Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

LGBT Mewabah di Banua, Apa yang Salah?

×

LGBT Mewabah di Banua, Apa yang Salah?

Sebarkan artikel ini

Oleh : Umi Diwanti
Pengasuh MQ. Khadijah al-Kubro Martapura, Aktivis Muslimah Kalsel)

Sebenarnya bukan pertama kalinya kasus LGBT di Banua viral. Namun akhir-akhir ini semakin memprihatinkan. Apalagi pelakunya mulai menjalari orang-orang berpendidikan. Seperti yang baru-baru ini videonya viral di Banua. Inipun hanya yang terungkap karena salah satu pelaku merasa kecewa lalu memposting video mesum mereka. Oleh polisi kasus ini dianggap melanggar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) terkait penyebaran video asusila di media sosial. (kalsel.prokal.co, 13/10/22)

Baca Koran

Sungguh miris, sesuatu yang terlarang dalam agama justru marak dalam negara beragama. Bahkan hingga Banua Kalsel yang notabene penduduknya didominasi muslim. Tentu ini merupakan tanda tanya besar. Menurut salah seorang psikolog Banua hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, trend mengikuti kehidupan masyarakat barat. Kedua, kemudahan mengakses media untuk unjuk gigi bahkan dicontohkan oleh banyak public figure. Ketiga, salah pola asuh anak. Misal anak merasa tidak diterima di lingkungannya maka dia akan mencari pengakuan di lingkungan lain. Salah satunya ke komunitas LGBT ini.

Namun yang pasti, penyimpangan ini bukan penyakit bawaan. Hanya kebiasaan dan ini bisa disembuhkan. “Hanya saja harus ada keinginan kuat dari yang bersangkutan, ada yang memfasilitasi dan perlu dukungan yang mengarahkan pada yang benar agar tidak kembali pada lingkungan yang sama”, papar Sabit Tohari, M.Si (klikkalsel.com, 29/9/2022).

Dari apa yang beliau sampaikan sungguh tergambar bahwa apa yang terjadi adalah efek diadopsinya kehidupan sekuler kapitalis. Yakni adanya pemisahan agama dari kehidupan, yang menjadikan materi sebagai tolok ukur kebahagiaan dan kemuliaan. Ajaran agama (Islam) yang menjadikan ridho Allah sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan telah tersingkirkan. Karenanya masyarakat lebih bangga mengikuti pola hidup Barat daripada terikat pada hukum syariat.

Dalam sistem pendidikan sekuler, sekolah hanya dijadikan sebagai pencetak SDM yang diperlukan oleh perusahaan atau sebagai pelaku dunia bisnis. Jikapun di dalamnya masih ada pelajaran agama, disampaikan sekedar tema ibadah. Itupun hanya sekedar anak bisa menjawab soal ulangan, masa bodoh mereka mau mengamalkan atau tidak. Padahal dalam Islam ilmu untuk amal dan tidak hanya mengatur ibadah tapi seluruh aspek kehidupan. Yang jika setiap orang memahaminya mereka akan sangat berhati-hati dalam setiap perbuatan. Takut melakukan larangan agama terlebih yang masuk dosa besar seperti LGBT.

Baca Juga :  DASAR KEBOHONGAN

Dalam keluarga, pendidikan di rumah pun sudah tergerus oleh kesibukan orang tua bekerja. Baik karena terdesak kebutuhan atau karena terobsesi gaya hidup hadon yang merupakan bentukan dari kehidupan sekuler. Selain itu juga disebabkan ketidakpahaman mereka bagaimana seharusnya mendidik anak. Karena mereka juga tidak pernah dididik tentang bagaimana cara mendidik anak sendiri. Alhasil semakin banyak anak yang kesepian dan mencari dunianya sendiri. Sementara media massa dan media sosial sekuler juga hanya mementingkan pemasukan. Konten apapun tidak dipermasalahkan termasuk LGBT. Sehingga anak-anak yang lemah pendidikannya tadi sangat mudah terpengaruh dan akhirnya menjadi follower bahkan copier kaum terlaknat tersebut.

Masyarakat pun semakin kehilangan kepedulian sosial. Karena gaya hidup sekuler memang mengajarkan individualisme dan setiap orang dipaksakan untuk menjunjung tinggi kebebasan orang lain. Karenanya kaum menyimpang ini semakin leluasa unjuk diri. Sebab dari sudut pandang hukum sekuler setiap orang terlindungi oleh hak asasi manusia. Inilah yang menyebabkan semakin banyak yang terinspirasi dan penularannya menjadi sangat masif. Sekalipun dalam masyarakat yang didominasi muslim seperti di Banua kita ini.

Berbeda jauh dengan kehidupan Islam. Konsep dasar Islam menyatakan bahwasanya setiap amal manusia wajib terikat pada ketetapan Allah SWT. Maka semua manusia diwajibkan untuk mengkaji secara sempurna aturan di dalam Islam lalu mengamalkannya. Kewajiban ini didukung penuh oleh negara yang menerapkan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan.

Sistem pendidikan Islam akan menancapkan akidah yang kuat. Memunculkan rasa takut yang besar kepada Allah SWT. Juga memberikan pemahaman hukum syara secara sempurna. Tak hanya urusan hablum minalllah (hubungan manusia dengan Allah) seperti ibadah tapi juga hablum binafsih (hubungan dengan diri sendiri) dan hablum minannas (hubungan dengan orang lain).

Baca Juga :  PENGORBANAN UNTUK SIAPA?

Sistem informasi dan teknologi pun sangat selektif dalam menyaring semua konten yang melanggar syariat. Konten yang melanggar, termasuk LGBT, tidak akan dibiarkan meski berpeluang besar jadi sumber pendapatan. Ini karena Islam juga punya sistem ekonomi yang sangat bisa diandalkan untuk mencukupi segala kebutuhan masyarakat dan bangsa tanpa harus melakukan yang diharamkan Allah.

Dalam Islam masyarakat dididik untuk saling amal makruf nahi mungkar. Sehingga ketika didapati prilaku menyimpang segera ada yang menegur dan melaporkan pada pihak berwenang. Selain itu negara dalam kehidupan Islam juga akan menurunkan para polisi di tempat-tempat umum untuk mengawasi perilaku rakyatnya. Jika ditemukan ada penyimpangan segera diambil tindakan berdasarkan ketetapan syariat Islam. Untuk kasus homoseksual ini jelas hukumannya berdasarkan sabda Rasulullah SAW, “Siapa menjumpai orang yang melakukan perbuatan homo seperti kelakuan kaum Luth maka bunuhlah pelaku dan objeknya!” (HR. Ahmad 2784, Abu Daud 4462)

Demikianlah Islam memiliki perangkat antisipasi dan sanksi yang jelas dan tegas untuk mengatasi kasus LGBT. Dari sini bisa dipahami bahwa LGBT berkembang pesat karena kehidupan saat ini jauh dari penerapan hukum-hukum Islam. Maka jika kita serius ingin menyelesaikannya tidak ada jalan lain kecuali dengan kembali pada pengaturan Islam di seluruh aspek kehidupan. Insyaallah masyarakat Banua, Indonesia bahkan dunia akan terpelihara dari LGBT dan berbagai kerusakan lainnya.

Iklan
Iklan