Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Optimisme Kebangkitan Pemuda Islam

×

Optimisme Kebangkitan Pemuda Islam

Sebarkan artikel ini

Oleh : Bunda Khalis
Pemerhati Generasi Muda

Sebuah survei dari Harvard University (2016) menemukan bahwa 51 persen anak muda Amerika yang berusia 18-29 tahun tidak lagi mendukung kapitalisme. Hanya 42 persen yang mengatakan mereka mendukungnya, sementara hanya 19 persen yang mau menyebut diri mereka kapitalis. Sedangkan penelitian lain dari Harvard (2015) menunjukkan hanya 33 persen yang mengatakan mereka memilih sosialisme. Adapun survei Pew Research Center (2012), menemukan bahwa 71 persen dari anak muda Amerika Serikat usia 18-34 tahun merasa adanya konflik yang kuat antara yang miskin dan yang kaya pada masyarakat Amerika.

Kalimantan Post

Semakin banyak pemuda yang menyadari buruknya ideologi kapitalis. Maka semakin banyak upaya yang dilakukan. Ibarat semakin tinggi sebuah pohon maka semakin kencang angin yang menerpa. 

Pembajakan potensi pemuda oleh Imperialis Barat khususnya para kapitalis telah nampak nyata. Barat terus menarasikan bahwa pemuda menjadi sasaran strategis gerakan radikalisme. Survei The Pew Reseach Center pada 2015 menyatakan bahwa ada sekitar 4 persen atau sekitar 10 juta orang warga negara mendukung radikalisme. Sebagian besar dari mereka adalah kaum muda.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pun menyerukan kewaspadaan. Melalui Alvara Research (2020) mencatat bahwa hampir 30 juta penduduk Indonesia, 85 persen di antaranya generasi milenial usia 20-39 tahun masuk dalam indeks potensi terpapar radikalisme. Secara spesifik menyebutkan sekitar 23,4 persen mahasiswa dan pelajar mengaku anti-Pancasila dan pro terhadap Khilafah. Terdapat 383 akun maupun grup sosmed di 5 platform diduga melakukan penyebaran paham radikalisme sepanjang Oktober 2021. Secara terperinci penyebaran tersebut di 103 kontak Whatsapp, 70 channel Telegram, 188 akun/grup Facebook, 16 grup Tantan dan 6 akun Instagram. (Kompas, 14/11/2021)

Survei Alvara Research juga memperlihatkan bahwa satu dari empat peserta didik di Indonesia menyatakan siap berjihad untuk menegakkan khilafah atau negara Islam dan satu dari enam peserta didik memilih ideologi Islam dan negara Islam dibanding Pancasila dan NKRI. Hampir 25 persen peserta didik setuju dengan pernyataan bahwa negara Islam perlu diperjuangkan untuk penerapan Islam secara kaffah (menyeluruh). Dan hampir 20 persen peserta didik yang setuju khilafah sebagai bentuk pemerintahan yang ideal dibanding NKRI. Merespon realitas ini berbagai forum bersama akademisi digelar dalam rangka pencegahan terhadap radikalisme milenial.

Kapitalisme global sangat ambisius membidik pemuda di seluruh dunia untuk bergerak mengikuti doktrin mereka. Diorganisir oleh International Global Network -sebuah perusahaan yang berfokus pada pengembangan diri pemuda-, salah satu dari banyak konferensi internasional yang sudah digelar adalah Asia Youth International Model United Nations. Event tahunan yang berjalan sejak 2017 ini, sampai tahun 2020 sudah menerima 71.638 pendaftar dan memiliki 3.717 alumni dari 112 negara di dunia. Melaui gelaran ini pemuda di seluruh dunia dapat mengaktualisasikan dirinya, mempertajam pengetahuan tentang dunia internasional, meningkatkan kapasitasnya, serta menyuarakan pendapatnya untuk menciptakan solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan dunia.

Para pemuda akhirnya dibingungkan, direpotkan dan dibodohi dengan urusan ekstremisme, terorisme, dan radikalisme. Dan dialihkan dengan isu wasathiyah, nasionalisme, toleransi dan “pengembangan potensi”. Kapitalis telah membajak potensi pemuda muslim untuk mengusung ide mereka dengan menjadikan pemuda muslim hilang jati dirinya atau tidak percaya diri (insecure) dengan identitas dirinya sebagai seorang muslim. Sehingga, seyogyanya kita mengawal potensi pemuda untuk menyambut seruan penerapan lslam kaffah. Karena merekalah kelak yang akan menjadi pemimpin. Karena setiap episode sejarah selalu menonjol sebagai agen perubahan. Jangan sampai ada pembajakan bahwa mereka terpapar radikalis, ekstrimis, dan propaganda busuk lain ala kapitalis Barat.

Baca Juga :  Program Swasembada Pangan: Janji Manis atau Bukti Nyata?

Namun, sambutan umat Islam yang merindukan tegaknya hukum-hukum syariah makin meningkat. Pew Research Center dari AS yang melakukan studi di berbagai belahan negara Muslim dari pada 2008-2012, termasuk di Indonesia, menyatakan bahwa mayoritas Muslim di negara-negara studi tersebut menginginkan adanya hukum syariah. Termasuk di Indonesia, 72 persen muslim menginginkan hukum ini ada di negaranya. Kecenderungan serupa terjadi pada masyarakat Eropa. IFOP, Institut Opini Publik Prancis, Seperti dilansir Sputniknews pada Sabtu (7/11/ 2020) mendapati 57 persen dari sampelnya, yakni Muslim Prancis berusia di bawah 25 tahun, menempatkan hukum syariah di atas hukum Republik Prancis.

Di tengah kondisi umat yang begini rupa, memang hanya tersedia dua pilihan: diam lalu hanyut terbawa arus deras kehidupan jahiliah, atau berteriak lantang menyuarakan perjuangan Islam dengan terus-terang sehingga risalah Islam tegak dan kebaikan atau rahmat Islam terwujud secara nyata.

Kebangkitan Pemuda

Empat kunci perubahan atau kebangkitan, yaitu : a. Kesadaran tentang realita yang buruk. Umat Islam yang memiliki ghirah untuk melakukan perubahan akan menyadari buruknya realita yang terjadi saat ini. Hingga saat ini kondisi negeri-negeri Islam masih terpuruk di bawah hegemoni negara-negara penjajah. Baik penjajahan secara fisik melalui kekuatan militer maupun penjajahan secara ekonomi dan politik. Maka jadikan realita buruk di Dunia Islam saat ini yang dilakukan oleh penjajahan Barat sejak keruntuhan Khilafah Islamiyah, ditopang  juga oleh para pengusa boneka yang menjadi agen penjajah dan pemaksakan ideologi kapitalisme untuk diterapkan di negeri-negeri Islam terutama dalam aspek hukum, ekonomi dan politik sebagai realitas politik; b. Kesadaran tentang realita ideal. Kesadaran tentang realita yang mengarah pada pelenyapan akar krisis mendorong umat Islam untuk meraihnya. Hegemoni negara penjajah dan ideologi kapitalismenya di negeri-negeri Islam. Tanpa Khilafah, umat Islam di seluruh dunia terjajah, terzal
imi, terpuruk dan tertindas. Melalui Khilafah, umat Islam akan mampu mempersatukan potensinya menjadi satu kekuatan yang dahsyat dan menempati posisi strategi; c. Kesadaran tentang thariqah perubahan yang sahih. Perubahan yang dilakukan oleh umat Islam haruslah mengacu pada metode (thariqah) yang sahih, yakni metode perubahan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Pertama, Rasulullah saw membina para kader dakwah yang disiapkan menjadi tulang punggung perubahan. Kedua, dakwah juga diarahkan untuk mewujudkan masyarakat Islam, yakni dengan mengganti sistem jahiliah dengan sistem Islam; d. Adanya partai pengusung perubahan yang sahih. Negara-negara penjajah bersama para agennya akan berusaha menghalangi upaya ini. Mereka tentu sadar bahwa Khilafah itulah satu-satunya kekuatan yang akan mampu menumbangkan hegemoni mereka. Karena itu memperjuangkan perubahan tersebut harus dilakukan oleh umat Islam secara berjamaah dan terorganisir, sebagaimana dulu telah dilakukan oleh Rasulullah saw. bersama para shahabat.

Kebangkitan Umat Islam

Cahaya kebenaraan (Din al-Islam) tak akan pernah surut oleh gelapnya kebatilan. “Katakanlah, “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sungguh yang batil itu pasti lenyap”. (QS. al-Isra : 81).

Baca Juga :  Menjaga Akal Sehat Demokrasi: Kiprah Strategis PKB dalam Politik Nasional

Allah SWT menegaskan bahwa cahaya kebenaran, yakni Al-Islâm itu sendiri, akan selalu ada. Sebaliknya, kebatilan akan binasa. “Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut-mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya”. (QS. ash-Shaff : 8).

Maka tidak layak bagi orang yang berakal, dengan mencermati dalil, fakta dan sejarah secara menyeluruh, tentu akan sampai pada kesimpulan bahwa kebangkitan kembali umat Islam bukanlah delusi, namun sebuah keniscayaan. Di antara faktor-faktor pendukung kebangkitan umat Islam antara lain : a. Kejayaan itu senantiasa dipergilirkan. Memandang kemustahilkan kejayaan kembali umat Islam bertentangan dengan wahyu juga bertentangan dengan akal sehat. Apalagi dikaitkan firman Allah SWT, “Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih di antara kalian bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi”.

Imam Asy-Syaukani memaknai ayat ini. “Ini adalah janji Allah kepada orang yang mengimani Allah dan beramal shalih dengan (janji) kekuasaan kepada mereka di muka bumi, sebagaimana Allah telah mengangkat orang-orang sebelum mereka dari umat manusia menjadi penguasa.  Ini adalah janji yang berlaku umum untuk seluruh umat”. Iman dan amal shalih yang serius dari umat untuk mewujudkan apa yang telah dijanjikan 

Abdullah bin ‘Amru ra  pernah berkata: Suatu ketika kami berada bersama Rasulullah SAW sedang menulis. Saat itu beliau ditanya tentang dua kota, manakah yang akan lebih dulu ditaklukkan, Konstantinopel atau Rûmiyah? Rasulullah SAW menjawab, “Kota Hirakliuslah yang akan lebih dulu ditaklukkan”. Tatkala fitnah datang silih berganti (cobaan berat). Mereka yang selamat adalah mereka yang istiqamah dalam keimanan menegakkan Islam hingga maut menjemput; b. Keunggulan konsep Islam. Secara teoretis, konsep Islamlah yang paling sesuai dengan akal dan fitrah manusia serta mampu menjawab masalah kehidupan. Otentitas al-Quran tidak terbantahkan. Metode transmisi hadis Nabi SAW, juga sangat tinggi akurasi ilmiahnya. Sehingga, aneh dan tak masuk akal jika ada yang meragukannya; c. Faktor historis: umat Islam pernah berjaya. Umat Islam adalah umat yang pernah berjaya menguasai dunia lebih dari seribu tahun. Mengulangi kejayaan yang sudah pernah diraih adalah ‘lebih mudah’ daripada memulainya tanpa ada sejarahnya. Lebih dari itu, dari sejarah panjang tersebut, jika mau mengambil ibrah, menutup celah kekurangan lalu memboosting kelebihan masa lalu, niscaya kejayaan yang lebih besar akan dapat diraih di masa mendatang; d. Sambutan dan Cita-cita umat khususnya pemuda semakin meluas. Al-Amal adalah ar-rajâ (harapan yang disenangi oleh jiwa). Mirip dengan at-tamanny (angan-angan), namun berbeda. Al-Amal itu didahului oleh sebab-sebab yang memungkinkan apa yang diharapkan terwujud. Adapun at-tamanny tanpa didahului sebab-sebabnya yang dianggap berbahaya oleh para pengusung sekuler hanyalah karena pemuda saat ini memiliki cita-cita dan mau mengkaji Islam untuk diamalkan.

Penutup

Empat kunci perubahan tersebut akan sempurna ketika dipadukan dengan kekuatan utama lainnya yang ada pada diri umat Islam, yakni keyakinannya bahwa tegaknya kembali Daulah Khilafah Islamiyah itu merupakan janji Allah dan Rasul-Nya. Ini merupakan sikap i’tiqadi yang wajib bagi setiap Muslim untuk meyakininya. Allah SWT berfirman, “Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal salih di antara kalian, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa”. (QS. an-Nur : 55).

Iklan
Iklan