Oleh : Muhammad Ighfar Dwi Yahya
Mahasiswa IAIN Palangka Raya
Masih ingat dengan kisah Enik Ekawati, mungkin itulah yang dilakoni seorang ibu di kabupaten Tuban Jawa Timur, Sang ibu rela jual ginjal di pinggir jalan, demi membayar utang sang anak, ratusan juta rupiah, yang kalah bermain judi online anaknya.
Belakangan ini saya menyaksikan sebuah tren negatif yang tumbuh setidaknya di kalangan rekan-rekan yang rutin saya temui hampir setiap hari, yaitu tren bermain judi dengan basis online Piala Dunia 2022.
Melakukan serta menonton permainan sepak bola memang sebuah hal yang begitu menyenangkan karena menciptakan Kedekatan antar pendukung (supporter) yang berdampak positif ini pun dapat membantu menciptakan suasana yang kondusif dan menjadi hiburan.
Selain itu, menonton permainan sepak bola dapat memberikan manfaat lain, seperti membantu meningkatkan motivasi, melihat cara orang lain bermain dan menang, serta melihat hasil akhir dari permainan yang dipertontonkan, dapat memberikan inspirasi dan motivasi yang baik bagi orang lain untuk berusaha mencapai hasil yang lebih baik.
Namun hal ini lah yang dimanfaatkan segilintir orang untuk mencoba keberuntungan nya untuk melakukan judi di sela sela waktu senggang ataupun ajakan dari teman temanya untuk berjudi.
Berbagai macam teknik pun dilakukan para bandar agar mendapat pemain baru yang siap mengelontorkan uang saku mereka contohnya Memberikan fasilitas bagi pemain, Isu kemenangan lebih besar dari pada kekalahan dan bahkan sampai menghubungi calon pemain satu persatu agar ingin bermain di situs mereka (bandar).
Motivasi berjudi semakin berkembang karena pelaku merasa bergairah untuk terus memainkan judi online, yang kemudian menimbulkan rasa pengharapan yang tinggi akan kemenangan.
Saat ini saja Perputaran uang judi online pada Piala Dunia 2022 yang digelar di Qatar, sebuah negara di jazirah Arab, diperkirakan menembus US$ 35 miliar atau sekitar Rp545 triliun, pandemi Covid-19 dan momen Piala Dunia yang digelar pada Desember membuat minat orang untuk ikut judi melonjak tajam.
Dilansir dari Telegraph, perputaran uang judi yang menembus US$ 35 miliar pada Piala Dunia Qatar meningkat 65 persen dibandingkan Piala Dunia 2018 yang digelar di Rusia.
“Pandemi melambungkan minat orang untuk berjudi secara online,” tutur analis Barclays, dikutip dari Telegraph.
Perjudian piala dunia adalah bentuk perjudian di mana pelaku bertaruh pada hasil pertandingan di seluruh dunia, Taruhan pada Piala Dunia adalah bentuk populer dari taruhan olahraga dan sering menarik banyak pemain.
Perjudian piala dunia melibatkan taruhan pada hasil pertandingan, juga taruhan pada statistik tertentu seperti skor, jumlah gol, jumlah kartu kuning, dan lain-lain, Pemain dapat memasang taruhan pada tim manapun atau pada kedua tim, serta taruhan pada hasil akhir, parlay dll.
Dengan meningkatnya promosi dan mudahnya akses untuk membuka situs Judi membuat banyak memincut anak muda sebagai pemain, Namun tidak menutup kemungkinan gen milenial atau gen sebelumnya tidak bermain, namun judi online lebih melekat secara tidak langsung dan telah menjadi trend khususnya bagi remaja, hal ini lah yang menjadikan judi online sebagai hal yang terus menerus dimainkan dan tidak pernah kehilangan pasar.
Menurut wawancara via telepon yang saya lakukan telah mendapat 2 hasil yang berbeda dari para penjudi online piala dunia.
Menurut pelaku judi online An (21) mengatakan, bahwa ketika ia merasa bosan ia memilih untuk bermain judi online (parlay) karena lebih mudah di pahami dan mudah di akses ujarnya.
Sementara itu, pelaku judi online Ya (20) menyampaikan, judi online menjadi suatu kebutuhan yang dimana untuk memenuhi suatu kebutuhan sekunder dalam hidup.
Dan Ironisnya mereka masih duduk pada bangku kuliah dan sudah menjadi salah satu banyak korban dari judi yang terjebak ego dan nafsu untuk mencari kekayaan dari judi.
Meningkatan kepatuhan hukum, penegakan hukum yang lebih ketat, menjadi salah satu tindakan pencegahan dari pemerintah untuk mencegah tindakan Perjudian yang ilegal, Pemberantasan judi online di Indonesia cukup berat, disebabkan situs atau aplikasi judi online terus bermunculan dengan nama yang berbeda, meski aksesnya telah diputus.
Ada baiknya jika kita waspada terhadap jeratan permainan judi yang ternyata merugikan dan merusak seiring waktu juga saya merasa prihatin dengan korban yang baru menyesal setelah hartanya habis dikuras permainan judi online mereka tidak hanya tidak sadar akan tetapi jika candu dengan judi otak akan merespon sama dengan contoh kecanduan menonton video porno.