Oleh : Wahyu Utami, S.Pd
Guru di Yogyakarta
Kondisi generasi muda saat ini semakin mengkhawatirkan. Pergaulan bebas yang berujung kehamilan tak diinginkan (KTD) semakin meningkat. Masa pandemi yang mengharuskan pembelajaran menggunakan gadget telah memberikan dampak besar terhadap penyimpangan perilaku generasi muda. Usia mereka yang labil belum mampu menyaring berbagai informasi yang masuk tanpa batas.
Data BKKBN pada 2020 menyatakan angka kehamilan tidak diinginkan di Indonesia 17,5 persen. Di provinsi DKI Jakarta saja, persentase umur kehamilan pertama di bawah usia 20 tahun pada 2020 tercatat 29,32 persen. Angka ini meningkat dibanding 2019 yakni 29,13 persen. Diketahui bahwa dari jumlah penduduk remaja (usia 14-19 tahun) terdapat 19,6 persen KTD dan sekitar 20 persen kasus aborsi di Indonesia dilakukan oleh remaja (BKKBN, 2021).
Selain KTD, pergaulan bebas juga menyebabkan penyakit yang menggerogoti fisik maupun psikis. HIV/AIDS menjadi virus mematikan yang menyerang generasi muda. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan sekitar 1.188 anak di Indonesia positif HIV. Data ini diperoleh selama Januari-Juni 2022. Kemenkes mencatat penderita HIV lebih banyak laki-laki ketimbang perempuan. Kalau data tahun 2021, 75 persen laki-laki dan 25 persen perempuan. Penderita terbanyak dialami mereka yang usia produktif.
Tren baru penularan virus HIV/AIDS yang tak hanya menyasar orang dewasa melainkan kalangan remaja karena pengaruh negatif media sosial (medsos). Setelah ditelusuri, mereka ternyata terlibat dalam pergaulan bebas setelah berkomunikasi dan berinteraksi dengan kenalan di medsos. Para remaja dan anak di bawah umur terdeteksi terjangkit virus HIV/AIDS saat menjalani voluntary counselling and testing (VCT) di rumah sakit dan puskesmas.
Hal ini diungkapkan Pengelola Program KPA Solo, Tommy Pranoto. Menurut Tommy, penularan HIV/AIDS yang menyasar kalangan remaja menjadi tren baru dalam setahun terakhir. “Tak sedikit remaja yang terjangkit HIV/AIDS di Kota Solo. Ini mengagetkan sekaligus memprihatinkan,” katanya. Awalnya, kata Tommy, para remaja itu berkenalan dengan orang lain melalui beragam platform di media sosial. Ada pula yang berkenalan dengan orang lain lewat aplikasi percakapan atau chatting. Dari aplikasi tersebut, mereka bertemu dan berhubungan secara intim (Solopos.com 2/8/2022).
Selain fisik yang digerogoti penyakit mematikan, generasi muda saat ini juga banyak yang terjangkit masalah gangguan kesehatan mental. Berdasarkan hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) pada Bulan Oktober 2022 , sebanyak satu dari tiga remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia memiliki masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Jumlah itu setara dengan 15,5 juta remaja di dalam negeri. Sebanyak satu dari 20 remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia juga mengalami gangguan mental. Angkanya setara dengan 2,45 juta remaja di tanah air.
Walhasil, alih-alih menjadi aset bangsa di masa depan, yang ada justru mereka menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara. Kondisi fisik dan psikis yang sakit menyebabkan mereka tidak bisa beraktivitas sebagaimana seharusnya seorang pemuda produktif.
Aturan hari ini dengan sistem sekuler telah menyebabkan generasi muda jauh dari agama. Pelajaran agama hanya menjadi pelengkap di mata pelajaran sekolah. Sudahlah jam pelajaran sedikit, materi yang diberikan pun juga hanya berupa hafalan saja sehingga tidak mampu membentuk karakter generasi Islam yang bertakwa dan sholih. Apalagi saat ini program moderasi beragama sangat genjar diaruskan di sekolah. Alhasil agama semakin jauh dari nilai-nilai hakikinya.
Akibatnya generasi tidak punya pegangan hidup dan rapuh. Sangat mudah stres dan sakit. Sungguh perusakan dan pengrusakan generasi telah terjadi secara masif. Akankah kita tetap tinggal diam?
Maka saat ini kita sangat butuh kembali pada aturan Allah, Dzat yang Maha menciptakan dan mengatur kehidupan manusia. Alloh memerintahkan manusia untuk melaksanakan Islam secara sempurna (kaffah) agar memperoleh kehidupan yang penuh barokah. Islam memiliki aturan yang jelas dan tegas dalam pergaulan lawan jenis sehingga bisa menghindarkan manusia dari pergaulan bebas yang berujung perzinaan. Misal Islam memerintahkan wanita untuk berpakaian menutup aurat, tidak boleh berkholwat/berdua-duaan dengan laki-laki asing, menjaga pandangan dan lain-lain.
Sungguh generasi muda menyimpan potensi yang luar biasa untuk umat. Namun sayang, kehidupan sekuler telah merenggut dan membajak potensi tersebut. Oleh karena itu kita harus bersama-sama bergerak menyelamatkan generasi muda. Semua elemen bangsa harus ikut andil dalam upaya penyelamatan ini.