Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Fenomena Pengemis Online, Penggunaan Platform Digital harus Memperhatikan Etika Sosial Masyarakat

×

Fenomena Pengemis Online, Penggunaan Platform Digital harus Memperhatikan Etika Sosial Masyarakat

Sebarkan artikel ini

Oleh : Haniffah Sri Rinjani
Mahasiswa Program Studi Teknologi Informasi, Universitas Sari Mulia

Beraneka ragamnya konten dan mudahnya akses informasi di platform digital sekarang membuat siapapun bisa menjadi apa dan mendapatkan apapun dari konten yang dapat menggambarkan ekspresi diri, kehidupan, lingkungan sekitar dan lainnya. Banyak hal yang bisa dimanfaatkan dari fasilitas yang disediaakan, terkhusus pada platform media sosial.

Baca Koran

Semua tergantung pada cara memanfaatkannya masing-masing, sebagai smart user harus bisa memahami perkembangan digital dan pemanfaatan yang baik dari apa yang sudah disediakan. Karena setiap berkembangnya media sosial maka, semakin beragam jenis dan tujuan penggunaan media itu sendiri. Saat ini hampir semua aplikasi media sosial memiliki fitur Live Video Streamer yang menjadikan dapat berinteraksi langsung dengan satu hingga ribuan orang dalam waktu yang sama. Contohnya yang sangat populer yaitu Instagram, Youtube, dan Tiktok.

Penyedia fitur tersebut sekarang sudah banyak disalahgunakan, yang seharusnya bertujuan menjadi tempat berkomunikasi kini penggunaan fitur tersebut malah menjadi alat untuk mendapatkan rasa empati dan belas kasih dari warga-warga online yang melihatnya, hal seperti itu kini sering disebut sebagai “Pengemis Online”.

Beberapa orang menjadikan penyediaan fitur tersebut sebagai tempat untuk mencari penghasilan dengan cara yang tidak senonoh. Tengah viral sebuah kasus sosial, dimana terdapat seorang ibu yang sedang melakukan live streaming bersama anaknya. Bukan seperti layaknya live pada umumnya, namun mereka melakukan live siram, dimana dalam live tersebut seorang ibu yang sudah tua berada dalam sebuah kolam air berlumpur yang kemudian dia akan mengguyur badannya apabila ada penonton yang memberikan ia hadiah atau gift.

Seorang ibu yang kulitnya sudah mulai kering akibat dinginnya air tidak menyadarkan sang anak untuk menghentikan live tersebut, bahkan membantu menyiram sang ibu. Adapun penyebab yang melatarbelakangi hal tersebut adalah fitur gift atau hadiah yang dapat ditukar menjadi uang tunai. Sehingga menjadi sorotan bagi masyarakat, dan melakukan berbagai cara salah satunya menjadikan bahan eksploitasi kemiskinan dengan menggunakan media sosial sebagai alat untuk menarik rasa iba sehingga warganet akhirnya mau memberikan gift. Tetapi banyak juga yang menentang konten tersebut.

Baca Juga :  MAMA KHAS BANJAR; “MEMILIH MATI”

Sosiolog Universitas Nasional, Sigit Rochadi mengatakan penggunaan media sosial oleh anak-anak muda sudah kebablasan, sering tidak disaring mana yang pantas, mana yang tidak pantas. Mereka menganggap ini adalah hal yang berbeda dan sesuatu kreativitas maka, ini perlu diupload di sosial media untuk menjadi tontonan. Diharapkan masyarakat untuk hal seperti ini jangan diapresiasi, karena ini bentuk mengemis dengan cara yang baru dan memanfaatkan media sosial dalam bentuk hal yang tidak benar. Beliau juga mengingatkan kreativitas boleh, inovasi boleh tetapi tetap memperhatikan etika sosial masyarakat. Namun mengingat kesenjangan hidup bagi masyarakat yang kurang, Sosiolog tersebut tidak mempermasalahkan jika orang yang bersangkutan dalam konten tersebut atas dasar kemauannya sendiri, karena hal seperti ini belum tersangkut hukum dalam pidana.

Karena tidak ada ketegasan hukum dalam hal seperti ini, maka fenomena pengemis online ini justru kian banyak dan saling bersaing untuk mendapatkan rasa empati warganet. Ada salah satu masyarakat mengatakan “Itu adalah bentuk kreativitas karena menghadapi situasi yang semakin kompetitif. Jadi mengemis ini tidak mudah, makin banyak saingan, sehingga mereka perlu berkreasi untuk mendapatkan belas kasihan masyarakat,” ucap dia sebagai pengisi konten hal tersebut. Ia juga menegaskan, biar masyarakat yang akan menghakimi hal tersebut dengan cara tidak menyumbang atau tidak menonton konten dimaksud. “Ini harus dipilah, kita tidak bisa menghakimi semuanya salah, harus dilihat siapa yang melakukan karena dia butuh hidup, itu tidak masalah. Ini kan sama seperti artis yang membuka donasi terbuka, kan sama. Lah kenapa kalau artis tidak dikecam, orang miskin dikecam,” kata dia. Serta pemerintah dan masyarakat dapat bertindak adil dan tidak menstigma negatif terhadap orang miskin. Sebab, banyak juga masyarakat miskin yang
perlu bantuan sehingga terpaksa untuk mengemis. Penindakan keras justru perlu dilakukan kepada orang yang memanfaatkan masyarakat miskin untuk kekayaan pribadi.

Baca Juga :  Relevansi Peran Koperasi untuk Target Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Menurut McGraw Hill Dictionary, media sosial adalah sarana yang digunakan oleh orang-orang untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara menciptakan, berbagi, serta bertukar informasi dan gagasan dalam sebuah jaringan dan komunitas virtual. Adapaun pendapat lain yang mengatakan bahwa media sosial adalah media berbasis internet yang memungkinkan pengguna berkesempatan untuk berinteraksi dan mempresentasikan diri, baik secara seketika ataupun tertunda, dengan khalayak luas maupun tidak yang mendorong nilai dari user-generated content dan persepsi interaksi dengan orang lain. Sekarang dengan kemudahan mengakses informasi yang ada di media sosial dapat mengubah sudut pandang seseorang untuk menggunakan media sosial itu sendiri.

Dikutip dari karya tulis yang berjudul Komunikasi Massa (2015) karya Nurudin menyatakan, fenomena tersebut dapat dilihat berdasarkan prinsip yang mendasar teori determinisme, dimana perubahan dalam berbagai bentuk komunikasi akan berdampak pada bagaimana manusia menjalani kehidupannya di masa depan. Dalam teori tersebut McLuhan juga menyatakan, bahwa media adalah sebuah pesan. fungsi dan emosi manusia dapat diperkuat dan diperluas melalui penggunaan media. Setiap bentuk media baru yang ditemukan dianggap sangat memperluas beberapa kapasitas manusia. Sebenarnya keberlangsungan bantuan pemerintah sangat mempengaruhi bagi banyak masyarakat terutama masyarakat yang kurang mampu.

Kurang perhatian dan ketegasan yang menyeluruh dari pemerintah, sehingga masyarakat menjadikan diri dengan mengeksploitasi kemiskinannya. Rasa empati pemerintah dan kreativitas yang bernilai dari masyarakat inilah yang harusnya menjadi jalan untuk menghilangkan fenomena ngemis online ini. Penggunaan media sosial yang benar juga menjadi salah satu bentuk untuk menjaga pola pikir yang baik.

Iklan
Iklan