Kebutuhan beras lokal Banjarmasin mencapai 10 ton, sementara produksi beras mencapai 6 ton.
BANJARMASIN, KP – Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kota Banjarmasin, HM Mahmud mengatakan menyusul sempitnya luas lahan ditambah kondisi gagal panen yang memaksa petani melakukan tanam ulang, membuat dinasnya bersama Dinas Perdagangan dan Industri harus mendatangkan beras murah dari provinsi Jawa Barat.
Selama ini memang hasil panen dari Kota Banjarmasin sangat tidak cukup karena jumlah penduduk yang sangat besar.
Kondisi 2 tahun terakhir, Kota Banjarmasin selalu gagal panen sehingga kebutuhan beras diperoleh dari Kabupaten Tetangga, Yaitu Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Barito Kuala.
Hal ini menyebabkan Kota Banjarmasin selalu mengalami inflasi akibat kenaikan harga beras lokal.
Terlebih warga Kota Banjarmasin sangat menyukai beras lokal seperti Karang Dukuh atau beras Mayang, serta sangat menolak beras bibit unggul karena pulen dan terasa lembek.
Kebutuhan beras lokal Banjarmasin mencapai 10 ton, sementara produksi beras mencapai 6 ton.
Sementara, Kabid Penguatan dan Pengembangan Dinas Perdagangan dan Industri Kota Banjarmasin, Rahman Norrahim mengatakan beras asal Kabupaten Subang sering disebut Beras Pamanukan jumlahnya sangat banyak atau produksinya surplus.
Dirinya yakin beras ini sangat disukai warga kota Banjarmasin karena sudah banyak dijual di lapak pedagang beras di Pasar Sentra Antasari Kota Banjarmasin.
Menurutnya Pemko Banjarmasin menjadwalkan MOU pengiriman beras dengan Pemkab Subang pada akhir bulan januari mendatang.
Anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika memberikan saran untuk Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Kanwil Kalimantan Selatan untuk mengatasi gagal panen di tahun depan. Pasalnya, saran yang diberikan juga untuk mengantisipasi adanya resesi dan krisis pangan global di tahun depan.
“Harus ada kerja sama dengan petani untuk membangun kepercayaan kepada Bulog dengan menggunakan membawa 3T (truk, timbangan, tunai) sehingga petani dapat langsung menjual hasil panen kepada Bulog dan meminimalisir persaingan dengan mitra di daerah,” jelas Yeka.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Bulog Divisi Regional Kalimantan Selatan, Muhammad Imron Rosidi, mengatakan bahwa pihaknya sudah terjun, sudah ada satker dan satgas namun pada dasarnya pihaknya kalah bersaing dengan mitra. Pasalnya, ketika petani sedang terdesak membutuhkan dana, maka petani akan menjual kepada mitra sebelum dipanen oleh petani. (nau/K-3)