Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
HEADLINE

Akibat Cuaca dan Tungro, Produksi Padi Kalsel Turun

×

Akibat Cuaca dan Tungro, Produksi Padi Kalsel Turun

Sebarkan artikel ini

Banjarbaru, KP – Sektor pertanian di Provinsi Kalsel pada 2022 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan 2021 silam. Penurunan itu meliputi produksi gabah kering giling (GKG), beras yang dihasilkan, hingga luas panen.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Kalsel, Syamsir Rahman, tak menampik produksi padi di provinsi ini turun ratusan ribu ton.

Kalimantan Post

Walaupun begitu, menurutnya, produksi padi tetap surplus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kalsel.

Ia menyebut, kebutuhan beras untuk 4,3 juta jiwa masyarakat Kalsel hanya sekitar 400 ribu ton, sedangkan produksinya tahun lalu hampir 500 ribu ton.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel, mencatat produksi padi di provinsi ini pada 2022 turun 196,89 ribu ton atau sekitar 19,37 persen.

Fungsional Statistisi Ahli Madya BPS Kalsel, Fachri Ubadiyah, mengatakan produksi padi di Kalsel sepanjang Januari hingga Desember 2022 hanya 819,42 ribu ton GKG (gabah kering giling).

Padahal tahun sebelumnya mencapai 1,02 juta ton GKG.

Ia menjelaskan, jika produksi padi itu dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka setara dengan 484,83 ribu ton beras.

“Turun 116,50 ribu ton atau 19,37 persen dibandingkan 2021 yang sebesar 601,33 ribu ton,” jelasnya dalam kanal YouTube BPS Kalsel.

Dilihat per daerah, Fachri menyebut, produksi padi paling banyak dihasilkan oleh Kabupaten Barito Kuala (Batola). Petani di Batola pada 2021 sampai 2022 mampu menghasilkan 186.867 ton GKG.

Terbanyak kedua dihasilkan Kabupaten Banjar, dengan produksi padi mencapai 129.050 ton GKG.

“Terbanyak ketiga produksi padi dari Hulu Sungai Tengah, yakni 109.758 ton GKG,” ujarnya.

Dari mana jumlah produksi padi didapatkan? Fachri menyampaikan, angkanya diperoleh dari hasil perkalian antara luas panen (bersih) dengan produktivitas.

Baca Juga :  23 Ribu Rekening Judi Online Diblokir, Pemerintah Ajak Publik Aktif Melapor

“Luas panen tanaman padi di lahan sawah harus dikoreksi dengan besaran konversi galengan,” jelasnya.

Untuk luas panen, Fachri menuturkan, berdasarkan hasil survei Kerangka Sampel Area (KSA), sepanjang 2022 lahan yang dipanen petani Kalsel sekitar 214,91 ribu hektare.

“Angka ini turun 39,35 ribu hektare atau 15,48 persen, dibandingkan 2021 yang mencapai 254,26 ribu hektare,” tuturnya.

Perhitungan luas panen ini kata Fachri, menggunakan metode KSA yang sudah mereka lakukan sejak 2018.

Dalam melakukan penyempurnaan penghitungan luas panen dengan metode KSA, BPS bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) & Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang sekarang bergabung menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN).

“Kami juga bekerjasama dengan Badan Informasi dan Geospasial (BIG),” ujar Fachri.

Ia menjelaskan, KSA ini memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari LAPAN dan digunakan BIG untuk mendelineasi peta lahan baku sawah yang divalidasi, serta ditetapkan oleh Kementerian ATR/BPN untuk mengestimasi luas panen padi.

Penurunan produksi padi, Fachri menuturkan, hal ini disebabkan oleh tingginya curan hujan, yang mengakibatkan tanaman padi terendam. “Ditambah lagi serangan hama tungro di sejumlah daerah yang menjadi sentral produksi padi,” tuturnya. (mns/K-2)

Iklan
Iklan