Marabahan, KP- Untuk menghadiri undangan peringatan hari besar agama Hindu di Desa Dwipasari Kecamatan Wanaraya Pj Bupati Batola Mujiyat harus menungangi si Kuda Besi berupa motor Trail, mahfum saja jalan untuk menuju lokasi harus melalui jalan yang berlubang dan berlumpur.
Begitu sampai di lokasi Pj Bupati di sambut dengan perayaan ogoh-ogoh dan iringan musik gamelan yang begitu rampak dan kompak di mainkan.
Melihat potensi pariwisata, Mujiyat ingin desa Dwipasari sebagai Destinasi Wisata Adat dan Budaya.
Ratusan warga Desa Dwipasari di Kecamatan Wanaraya tampak telah memadati balai Desa dengan pakaian adat lengkap. Pawai ogoh-ogoh ini dalam rangkaian perayaannya Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945. Sejumlah tarian disajikan demi menyambut orang nomor satu di Batola ini.
Didampingi sejumlah Asisten dan Staf Ahli, turut mendampingi Pj Bupati Kepala Dispora Batola Birin, Kasat PolPP Daftar Fajar dan sejumlah Camat. Kepada masyarakat Desa Dwipasari, Pj Bupati sampaikan harapannya untuk event ogoh-ogoh menjadi destinasi wisata adat dan budaya di Batola.
“Kita punya keinginan kuat agar Desa Dwipasari bisa menjadi destinasi wisata adat dan budaya yang berlangsung tiap tahun, ” harap pria yang juga Kepala BPSDM Prov Kalsel ini.
Salah satu yang menjadi kendala menurut Mujiyat infrastruktur, lantaran jalan poros kabupaten yang menghubungkan Dwipasari, Sidomulyo dan Roham Raya rusak parah. Padahal jalan tersebut merupakan urat nadi perekonomian warga Dwipasari yang sebagian besar merupakan pekebun sawit dan karet.
“Mudahan dalam tahun anggaran 2023 diprogramkan dan dikerjakan dengan segala kemampuan yang tersedia di Pemkab Batola,” jawab Mujiyat menenangkan Warga.
Terkait Destinasi wisata adat dan budaya yang merupakan salah satu dari sumber daya terbarukan, Pj Bupati minta Disporbudpar Batola segera berkoordinasi dengan pihak terkait.
Terdapat dua ogoh-ogoh yang dibuat warga Dwipasari berbobot puluhan kilogram yang diangkat dan diarak puluhan pria, baik dewasa maupun remaja. Kedua patung yang merepresentasikan Bhuta Kala itu diarak ke empat penjuru angin, sebelum kemudian dibakar di pinggir sungai.
Sebenarnya ogoh-ogoh tidak memiliki hubungan langsung dengan Hari Raya Nyepi. Namun patung ini tetap boleh dibuat sebagai pelengkap kemeriahan upacara.
“Ogoh-ogoh tersebut merupakan simbol sifat-sifat buruk seperti marah, dengki maupun sombong. Makanya ogoh-ogoh berbentuk menyeramkan dan jelek,” papar I Wayan Mika, Wakil Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Wanaraya.
“Selanjutnya ogoh-ogoh itu dibakar sebagai simbol memusnahkan sifat-sifat buruk atau negatif supaya tidak menggangu catur brata penyepian,” tambahnya.
Selepas saksikan pawai ogoh-ogoh rombongan trail Pj Bupati bergerak menuju Desa Kolam Kanan untuk penuhi pula undangan pawai ogoh-ogoh dapat perayaan Nyepi 2023.(ag/KPO-1)