Peradaban Malang, Karena Fitrah Ibu Hilang

Oleh : Nor Latifah
Pemerhati Perempuan dan Generasi

Wanita adalah manusia yang identik dengan sifat kasih penuh sayang. Peka, perasa bahkan mudah tersentuh sebab begitu halus perasaan nya. Begitulah ia diciptakan. Wajar saja, jika.seorang ibu itu adalah dari kalangan perempuan. Sebab sifat-sifat dan karakter mereka.

Namun, beberapa fakta tidak menunjukkan demikian. Sebagian wanita yang telah jadi ibu nyata nya juga bisa saja melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan fitrah atau sifat dasar mereka. Seperti berita menghebohkan beberapa minggu lalu, seorang ibu muda berusia 25 tahun berinisial YN melakukan pelecehan seksual kepada belasan anak dibawah umur. Ibu muda yang berdiam di Kota Jambi itu melakukan aksinya melalui usaha Rental PS yang ia rintis. Anak-anak yang datang ke tempatnya di paksa menonton hal-hal tidak senonoh serta melakukan hal tidak sepantasnya. (tvOnenews.com)

Salah satu orangtua korban Effendi mengatakan, korban dipaksa menerima permintaan ibu muda tersebut saat rental PS sedang sepi. Para korban dipaksa untuk menyentuh bagian-bagian tubuhnya. Dan untuk korban wanita, mereka diminta untuk menonton film dewasa yang sudah disiapkan pelaku. Dan si suami pelaku tidak mengetahui perbuatan istrinya itu. (KOMPAS.com)

Sungguh miris, kenyataan kehidupan saat ini. Seorang wanita yang biasanya jadi korban, malah juga bisa menjadi pelaku. Hal ini bukan sebuah kebetulan, sebab sistem kehidupan saat ini memang telah membentuk orang-orang, termasuk para ibu menjadi sosok berkpribadian buruk.

Kehidupan bebas yang membayangi setiap aktivitas saat ini menjadikan setiap orang tidak lagi bertindak sesuai syari’at. Memang, sistem sekuler pada dasarnya telah mengklaim dirinya tidak akan terikat dengan agama. Hingga akhirnya, menjadikan pornografi dan pornoaksi hal yang biasa untuk dinikmati. Hal-hal vulgar berseleweran dan dengan mudah ditemui. Semua kalangan usia maupun kasta turut teracuni.

Ditambah lagi, tidak ada kontrol negara yang mengatur setiap tontonan warga negaranya. Rakyat dibiarkan bebas menonton hal tidak senonoh. Situs-situs pornografi bahkan dibiarkan terus mengalir ditengah-tengah dunia maya. Tak terbendung, hal-hal seperti ini akhirnya menjadikan semua kalangan tidak lagi lurus dalam pemuasan seksual nya. Dan lebih parah, fitrah ibu tak luput menjadi kambing hitam, tergerus dan perlahan hilang.

Para ibu, tidak lagi terarah pada fitrah dirinya yang sebenarnya, malah berkebalikan. Sosok ibu yang harus nya menyayangi dan mengasihi, nyatanya bahkan bisa menjadi bak racun bagi anak-anak. Padahal seorang ibu memiliki peran mulia. Dari rahimnya, akan terlahir insan cemerlang para penerus peradaban. Karena itulah kecerdasan hingga perangai seorang ibu merupakan faktor penting bagi pendidikan anak-anaknya. Dan di sistem sekuler saat ini, sosok ibu berkualitas pencetak anak emas jarang ditemui.

Berita Lainnya
1 dari 738
loading...

Berkaca pada realita, nyatanya sistem sekuler yang menjadi asas setiap aturan hidup saat ini tidak lah mampu menyelesaikan masalah seperti ini. Kapitalisme-sekularisme menganut faham bahwa hak asasi manusia adalah basis untuk seseorang bebas bertindak dan berekspresi. Selama negeri ini masih memakai konsep ini, maka dipastikan, paradigma itu akan selalu menjadi pijakan dalam setiap pembuatan Undang-Undang.

Dan kenyataannya, UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) maupun UU pornografi dan pornoaksi yang telah dibuat di negeri ini tidak menyelesaikan masalah. Malah tak jarang, Undang-Undang tersebut menjadi kontroversi di tengah masyarakat hingga penerapannya yang cenderung destruktif. Hingga akhirnya, alih-alih menyelesaikan masalah, penerapannya kadang malah menambah masalah.

Sebagai seorang muslim yang agamanya telah mengatur semua urusan kehidupan manusia, maka perlu merenungi sistem Islam. Islam telah menetapkan peran dan pemeliharaan terhadap fitrah seorang ibu. Dalam Islam, ibu adalah seorang guru yang merupakan pendidik pertama bagi anak-anaknya. Karena itulah, ibu berperan begitu penting terhadap masa depan peradaban.

Islam akan mengukuhkan peran ibu sesuai fitrah penciptaannya. Dan dengan kuasa Allah, manusia terlahir melalui rahim ibu. Sosok yang terlahir dengan fitrah penuh kelembutan dan kasih sayang.

Hingga ada sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah, bahwa seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya, “Ya Rasulullah, kepada siapakah aku berbakti yang utama?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi?” Rasul pun menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi?” Rasul pun menjawab, “Ibumu.” Orang itu pun bertanya kembali dan Rasul pun menjawab, “Kemudian ayahmu.”

Dan Allah SWTb dengan tegas menyatakan bahwa hukum-Nya lah yang terbaik. Tidak ada hukum lebih baik selain dari apa yang telah ditetapkan-Nya. Allah SWT berfirman, “Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”. (QS. Al-Maidah [5]: 50).

Akhirnya, solusi terbaik adalah dengan kembali dan menaati seruan pembuat hukum seluruh alam, yaitu Allah SWT. Pelecehan seksual datang dari sistem buruk dan harus diakhiri dengan mencampakkan sistem buruk itu sendiri. Kemudian, menerapkan sistem yang datang dari pengatur dan penguasa semesta yang Maha Adil.

Dengan Islam, fitrah ibu akan terjaga. Islam telah menetapkan peran mulia bagi seorang ibu, yakni sebagai pendidik dan penjaga generasi. Disini tidak tertinggal peran negara. Islam menetapkan fungsi negara sebagai penjamin bahwa peran dan posisi strategis seorang ibu terlaksana. Tidak lain dengan menerapkan Islam secara sempurna. Wallahua’lam.

Berlangganan via E-MAIL
Berlangganan via E-MAIL
Berita Menarik Lainnya

Situs ini menggunakan Cookie untuk meningkatkan Kecepatan Akses Anda. Silahkan Anda Setujui atau Abaikan saja.. Terima Selengkapnya