Oleh : Nor’alimah, S.Pd
Pendidik
Jajaran Polsekta Banjarmasin Utara mengamankan belasan remaja yang terlibat tawuran “perang” sarung di 2 lokasi berbeda di Jalan Sultan Adam dan Jalan Sungai Andai, Banjarmasin Utara, Minggu (2/4) dinihari.
Kapolsek Banjarmasin Utara, Kompol Agus Sugianto mengatakan, diamankannnya belasan remaja ini merupakan tindak lanjut adanya informasi terjadinya tawuran remaja. Berdasarkan informasi tersebut, Polsekta Banjarmasin Utara langsung bergerak ke lokasi untuk melakukan penertiban. Sebagian besar di antaranya berhasil dibubarkan, namun ternyata masih ada yang nekat kembali lagi hingga akhirnya diamankan.
Hasilnya, beberapa orang remaja yang masih berusia belasan tahun dan rata-rata pelajar SMP dan SMA tersebut berhasil diamankan. Dalam penertiban, petugas di lapangan juga berhasil menemukan barang bukti yang digunakan untuk tawuran di antaranya sarung yang diikat dengan batu. (Kalimantan Post, 3/04/2023)
Untuk menjaga keamanan di Bulan Suci Ramadhan di wilayah Hukum Banjarmasin Selatan, Jajaran Polsekta Banjarmasin Selatan, akan melakukan berbagai cara supaya masyarakat tak teganggu saat menjalankan ibadah puasa. Ia mengatakan, pihaknya akan meningkatkan patroli, guna menghindari terjadinya tawuran antar pemuda atau remaja.
Sedangkan untuk anggota Lantas Polsekta Banjarmasin Selatan, akan melakukan pengamanan balapan liar (Bali) di Jalan Bumi Mas dan di Jalan Gubernur Soebarjo Banjarmasin Selatan. (Kalimantan Post, 13/04/2023)
Perilaku remaja melakukan tawuran, tentu saja membuat keresahan di tengah kekhusyuan pelaksanaan Ramadhan. Para pemuda yang seharusnya menjadi tonggak penerus generasi justru menjadi penyebab keresahan masyarakat. Terlebih lagi mereka masih berstatus pelajar SMP dan SMA. Tentu kita bertanya mengapa semua ini bisa terjadi?
Kondisi ini menjadi cermin terjadi kerusakan pada generasi. Sistem pendidikan dalam mengarahkan kepribadian generasi yang benar belum terwujud. Hal ini bisa terlihat ketika remaja mengekspresikan eksistensi dirinya. Perilakunya cenderung meresahkan masyarakat.
Hal ini menjadi gambaran nyata hasil penerapan sistem kehidupan sekuler saat ini. Karena sistem ini memisahkan urusan agama dari kehidupan. Nilai-nilai agama hanya diposisikan sebagai ibadah ritual yang bersifat pribadi, bukan sebagai pengatur kehidupan manusia.
Dalam sistem ini manusia bebas melakukan perbuatan semaunya. Akibatnya, anak-anak kehilangan jati diri sebagai generasi pembangun peradaban. Mereka tidak mengenal standar halal dan haram dalam berbuat. Sebab yang mereka ketahui adalah bagaimana memuaskan hasrat eksistensi mereka sekalipun anarkis. Dari sinilah muncul para remaja yang melakukan tawuran atau balapan liar. Terlebih lagi banyak konten-konten di medsos yang mengajarkan demikian, sehingga membuat remaja terinspirasi.
Sistem pendidikan yang ada gagal membentuk kepribadian generasi. Hal ini disebabkan sistem pendidikan sekarang lebih mengedepankan nilai-nilai materialisme. Keberhasilan pendidikan hanya dilihat dari segi nilai kompetisi dan serapan tenaga kerja. Sedangkan penanaman akidah islam yang menuntun generasi memiliki kepribadian yang baik, justru diacuhkan. Pendidikan akidah diserahkan kepada pilihan individu masing-masing.
Kualitas generasi yang mulia dan beradab hanya akan dijumpai di dalam sistem Islam. Islam memerintahkan semua pihak harus terlibat dalam mendidik generasi dengan benar. Dari sisi keluarga, orang tua mendidik anaknya dengan akidah islam. Keluarga adalah pendidikan pertama dan utama. Keluarga inilah yang akan membuat anak-anak memiliki pemahaman yang benar.
Masyarakat sebagai lingkungan terdekat generasi adalah masyarakat yang memiliki kultur amar ma’ruf nahi munkar. Masyarakatnya taat terhadap aturan Islam. Sehingga apa yang didapatkan di rumah dan lingkungan sekitar tidak berbeda.
Sedangkan negara sebagai perangkat yang akan menerapkan sistem pendidikan Islam. Kurikulumnya akan melahirkan anak-anak yang memiliki kepribadian Islam. Memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Pendidikannya juga mengajarkan ilmu-ilmu alat sehingga mereka mampu mengarungi kehidupan dan menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan. Sebagaimana generasi terdahulu, yang mampu menghasilkan banyak karya seperti Imam Syafi’I, Al Khawarizmi, Muhammad Al Fatih dan masih banyak lagi
Maraknya kasus tawuran harus diselesaikan tuntas oleh negara. Negara wajib menindak tegas para pelaku memberi sanksi yang memberikan efek jera. Agar berbagai kasus yang serupa tidak berulang terjadi. Patroli yang dilakukan negara terhadap lingkungan masyarakat tidak hanya dilakukan di bulan Ramadhan saja, tetapi setiap saat. Agar terjaga kemananan dan kenyamanan masyarakat termasuk remaja, dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Negara mengatur media, agar setiap stasiun media hanya menampilkan tayangan yang diperbolehkan Syariah. Sehingga masyarakat akan teredukasi dengan tayangan yang ditampilkan. Demikianlah, Islam menyelesaikan persoalan tawuran. Wallahu’alam