Banjarmasin, KP – Peringati Tragedi 23 Mei 1997 atau dikenal dengan “Tragedi Jumat Kelabu”, Sanggar Titian Barantai mengelar atraksi teatrikal di jalan Pangeran Samudera Kota Banjarmasin.
Para mahasiswa ini memperlihatkan dahsyatnya kejadian 27 tahun silam dengan aksi teatrikal di Jalan Pangeran Samudera.
Tidak hanya itu, para mahasiswa dari Uniska (Universitas Islam Kalimantan) melakukan aksi napak tilas, titik-titik yang menjadi pusat kerusuhan seperti Pasar Baru, Mesjid Noor, Hotel A, Kawasan Kota Lama hingga di Plaza Mitra.
Koordinator Produksi Teater Titian Barantai Uniska, Indra Rahman mengatakan total 30 orang mahasiswa yang ikut dalam aksi teatrikal, yang mengambarkan reka ulang kejadian 23 Mei Tahun 1997.
Hal ini terlihat dengan sosok orang buta yang tidak mengenal warna, hanya kegelapan.
Sementara, sosok orang tua sebagai pengingat agar kejadian masa lampau tidak terulang di masa mendatang.
Ketua Umum Teater Titian Berantai Uniska, Ahmad Mujahid Waridi mengatakan agenda tahunan ini sebagai pengingat agar warga Banjarmasin tidak pernah melupakan tragedi kelam, 23 Mei tahun 1997.
Kita tidak ingin tragedi ini kembali terulang apalagi menjelang pemilu 2024.
Kejadian yang berawal pada hari terakhir kampanye partai politik agar tidak terulang lagi.
Sebelum melakukan aksi teatrikal, kita melakukan riset terlebih dahulu, mencari berbagai artikel yang ada.
Hasil pencarian artikel inilah yang kita gambarkan secara sederhana melalui semacam reka ulang kejadian.
Selain itu, kita lebih banyak menggunakan warna hitam dan kelabu karena sampai hari ini pun pengusutan kasus kerusuhan masih abu-abu dan tidak terang benderang apalagi tuntas.
Sementara, menjelang pemilu 2024, sanggar Titian Berantai selalu mengingatkan agar proses pemilu berjalan secara aman dan damai melalui aksi-aksi satire.
“Cukup sudah kejadian jumat kelabu pernah terjadi, jangan sampai hal yang sama kembali terulang,” tutup Waridi. (mar/K-2)