Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Banjarmasin

Antisipasi Potensi Konflik Sosial Jelang Pemilu, Brigjend Nursalam : Masyarakat Perlu dibekali “Keamanan Berpikir”

×

Antisipasi Potensi Konflik Sosial Jelang Pemilu, Brigjend Nursalam : Masyarakat Perlu dibekali “Keamanan Berpikir”

Sebarkan artikel ini
IMG 20230610 WA0008

BANJARMASIN, kalimantanpost.com – Sejarah lahirnya Pembinaan Mental Angkatan Darat tidak terlepas dari awal perkembangan pembentukan Tentara Nasional Indonesia yang ditandai dengan pengambilan sumpah Jendral Sudirman pada tanggal 25 Mei 1946. Sebagai Panglima Besar Tentara, Jendral Sudirman menyampaikan pentingnya pendidikan agama dalam perjuangan terutama bagi para prajurit yang telah meletakkan komitmen jiwa raganya untuk bangsa dan negara.

Kepala Dinas Pembinaan Mental Tentara Angkatan Darat (DISBINTALAD), Brigjend Nur Salam Mallarangan saat ditemui Kalimantan Post (KP) di ruang kerjanya di kawasan Matraman Jakarta Timur menyampaikan bahwa pihaknya terus berupaya menggali semangat Jendral Sudirman untuk mengasah aspek spiritualitas sebagai landasan pergerakan dan pola pikir yang hakiki.

Baca Koran

Saat ini DISBINTALAD tengah mempersiapkan kurikulum baru untuk membekali prajurit dan masyarakat untuk memiliki “keamanan berpikir” agar mampu memilah dan memilih berbagai informasi dan tawaran ambigu dimasa depan khususnya jelang pesta demokrasi mendatang.

Program ini dipersiapkan atas dasar keprihatinan terhadap kondisi sosial politik saat ini yang sangat rentan terhadap perpecahan dan konflik horizontal. Nursalam menjelaskan persoalan keamanan harus selalu menjadi prioritas pertama bagi setiap warga negara, bukan hanya keamanan dalam arti fisik namun juga dalam pola pikir. Kendati tingkat pendidikan di masing-masing daerah berbeda, kekuatan spiritual keagamaan seyogyanya melahirkan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

“Di era informasi terbuka saat ini seseorang atau sekelompok orang dapat mengklaim egonya sebagai yang “paling”, sehingga cenderung mudah untuk menghujat, menghasut, menghakimi bahkan memfatwakan persoalan haram, halal dan kekafiran. Persoalan gaya busana saja dapat menjadi pemicu perdebatan.Oleh karena itu keamanan berpikir sebagai warga negara menjadi sangat penting, agar mereka mampu menerima perbedaan, mampu berpikir moderat dalam menghormati sesama umat beragama serta mampu membentengi diri dari paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila” ujar pria kelahiran Selayar, Sulawesi Selatan ini.

Baca Juga :  Warga Curhat Soal Jalan Rusak & Pendidikan, H. Gusti Yasni Iqbal Serap Aspirasi di Banjarmasin Tengah

Lebih lanjut mantan Wakil Asisten Komunikasi Elektronika Panglima TNI tahun 2021 ini mengingatkan agar segenap pihak waspada terhadap adanya upaya-upaya penggembosan ideologi dan kesatuan NKRI. Generasi muda perlu membentengi diri dengan cara mengasah keutuhan berpikir dan bergerak maju sesuai dengan hati, beramal ibadah sesuai agama yang diyakini plus direkatkan dengan 5 sila yang telah tercantum dalam Pancasila.

“Berpikir, beribadah dan bergerak dalam komunitas harus singkron dan sejalan, jangan terpisah-pisah. Misal agamanya ajarkan kebaikan, namun pemikiran dan komunitas yang diikuti radikal. Itu tidak sinkron dan pasti akan merugikan diri sendiri” tambah Nursalam.

Meski silabus program “Keamanan Berpikir” tersebut baru dilakukan secara masif pada tahun 2024, saat ini Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat tengah mempersiapkan pembentukan kader sebagai mentor melalui kegiatan pelatihan tatap muka dan edukasi secara online. (Rfz/KPO-1)

Iklan
Iklan