DEPOK, kalimantanpost.com – Di tengah isu sepinya kajian keIslaman di lingkungan Kampus Universitas Indonesia, Dewan Pengurus Masjid Ukhuwah Islamiyah menggelar Majelis Semaan Al Qur’an Mantab dan Dzikrul Ghofilin untuk pertama kalinya pada Sabtu, 17 Juni 2023.
Dipimpin langsung oleh KH Manbaul Huda, dan dihadiri ratusan jamaah sejak subuh hingga pukul 23.00 wib, kegiatan di masjid berasitektur indah yang terletak di samping Danau Universitas Indonesia itu seolah menandai kembali maraknya pendidikan rohani keagamaan pasca pandemi covid-19 di lingkungan UI.
Diawali dengan kegigihan Prof.DR.Luthfi Dzuhdi, Guru Besar Kajian Timur Tengah yang kerap menggelar kajian literatur Keislaman di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Pengurus DKM Masjid Ukhuwah Islamiyah menyatakan bahwa informasi seputar sepinya jamaah Masjid UI tidak benar.
Pihaknya justru berupaya mempersiapkan rangkaian kegiatan yang bertujuan menghidupkan nuansa Islam yang moderat di lingkungan kampus UI sekaligus membantu mahasiwa dan jamaah memiliki kemampuan untuk membentengi diri sendiri agar tidak lemah ilmu dan lemah jiwa dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin berat.
“Universitas Indonesia sebagai salah satu wadah embrio pemimpin bangsa masa depan harus mampu melahirkan generasi yang dapat menyeimbangkan kehidupan dunia sebagai jembatan menuju akhirat. Terlebih saat ini aksi kekerasan, penyimpangan seksualitas, bunuh diri, radikalisme, narkoba, begal dan tindak kriminalitas lainnya semakin meningkat terjadi di kalangan generasi muda” tegas Luthfi yang juga aktif sebagai pengurus DKM Masjid UI Depok.
Dipilihnya Majelis Semaan Mantab & Dzikrul Ghofilin sebagai salah satu kegiatan di Masjid UI karena pendekatan dakwah majelis ini dinilai cocok untuk generasi muda yang relatif tidak mau “digurui” untuk urusan pribadi dan pergaulan. Sejak tahun 1982, Majelis yang digagas Almarhum KH Hamim Tohari Djazuli atau Gus Miek dari Pondok Pesantren Al Falah di Ploso Kediri ini tidak pernah menyajikan ceramah dan tausyiah, tidak ada yang berujar atau menasehati. Jamaah hanya dipersilakan menyimak pembacaan ayat suci Alquran yang dibacakan oleh para penghafal Alquran dan berdzikir bersama menandai khatam 30 juz Al Quran.
Mengutip ajaran Gus Miek disampaikan bahwa Alquran menyajikan keberkahan yang setara baik bagi yang membaca maupun yang menyimak. Allah hanya melihat keikhlasan hati para pencintaNya. Sedangkan dari tinjauan makna nama, “semaan” bermakna menyimak, “mantab” bermakna orang yang bertobat, sementara “dzikrul ghofilin” bermakna mengingat Allah bagi orang-orang yang lupa. Sebagai informasi, Majelis Semaan Alqur’an Mantab dan Dzikrul Ghofilin telah berkembang pesat diberbagai pelosok Indonesia salah satunya di jabodetabek mulai diperkenalkan pada tahun 2002.
“Biarkan Alquran sebagai obat dan solusi berbagai permasalahan, berikan ruang seluas-luasnya kepada para jamaah untuk “berkomunikasi” langsung dengan sang pencipta melalui kegiatan semaan Alquran” jelas KH Mambaul Huda, ulama asal Jember yang juga cucu Rois Am PBNU tahun 1984 KH Ahmad Shiddiq.
Majelis Semaan di Masjid UI juga dihadiri oleh pengurus PCNU Depok serta para tokoh ulama dari Jabodetabek dan Jawa Timur antara lain KH Nurkholis aziz, penggiat semaan awal dengan Gus Miek, Gus Toni Widodo, mantan Jubir Gus Dur, KH Ahmad Suadi Pengasuh Ponpes Arroudloh Paserpan Pasuruan dan KH Mustofa Abdul Ghofur Pimpinan Pondok Pesantren Ayyatirahman Parung Bogor serta tokoh pendidik dan tafsir Al Quran Dr. Umi Lilik Umi Kaltsum. (RFZ/KPO-1)