Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Nikah Muda: Solusi Pergaulan Bebas dan Kenakalan Remaja

×

Nikah Muda: Solusi Pergaulan Bebas dan Kenakalan Remaja

Sebarkan artikel ini

Oleh: Abdul Rahman Ramadhan, S.Ak
Mahasiswa Prodi Hukum Keluarga Islam STDI Imam Syafi’i Jember

Dalam beberapa tahun terakhir, isu pernikahan usia muda menjadi perhatian serius di masyarakat. Beberapa pihak menganggap bahwa menikah pada usia muda memiliki konsekuensi negatif, seperti keterbatasan pendidikan dan pengalaman hidup yang belum memadai. Baru-baru ini, Wakil Presiden Maruf Amin mengeluarkan anjuran yang kontroversial yaitu agar masyarakat tidak menunda pernikahan. Dikutip dari situs CNN Indonesia, “Ini saya kira jadi anjuran supaya diadakan keseimbangan, jadi jangan menunda nikahnya, sebab kalau tidak prediksinya nanti yang banyak yang tua, yang muda yang produktif itu rendah,” kata beliau usai menghadiri acara Indonesia Emas 2045 Muserenbangnas RKP 2024 di JCC Senayan.

Baca Koran

Pandangan yang disampaikan oleh Wakil Presiden tersebut tentu saja menuai pro dan kontra di masyarakat. Beberapa kalangan menganggap bahwa anjuran tersebut tidak mempertimbangkan aspek-aspek penting, seperti kematangan emosional, stabilitas keuangan, dan kesiapan dalam menjalani kehidupan berkeluarga. Namun, ada juga yang sepakat dengan pandangan tersebut, berpendapat bahwa menikah pada usia muda dapat memberikan manfaat bagi individu dan masyarakat.

Namun, apabila mencermati melalui perspektif Hukum Keluarga Islam, anjuran untuk nikah muda bisa menjadi solusi bagi maraknya pergaulan bebas dan kenakalan remaja di kalangan mahasiswa saat ini. Pergaulan bebas dan kenakalan remaja merupakan fenomena sosial yang menjadi perhatian penting. Bagi mahasiswa, masa perkuliahan seringkali menjadi waktu yang penuh tantangan, di mana mereka terpapar dengan berbagai pengaruh negatif yang dapat menghancurkan masa depan. Banyak mahasiswa yang terjebak dalam gaya hidup tidak sehat ini, yang dapat berdampak negatif pada perkembangan mereka secara pribadi dan akademik.

Memasuki era Society 5.0, arus informasi dan pengaruh dari media sosial sangatlah kuat. Banyak mahasiswa terjebak dalam gaya hidup yang tidak sehat, yang dapat mengarah pada pergaulan bebas dan kenakalan remaja. Dalam hal ini, menikah dapat menjadi benteng perlindungan yang kuat untuk menghindari pergaulan yang tidak sehat. Dengan memiliki pasangan hidup yang setia, individu akan lebih fokus dalam menjalani kehidupan berkeluarga dan membangun ikatan yang lebih bermakna.

Baca Juga :  TANYA JAWAB DALAM ISLAM

Keputusan untuk menikah pada usia muda juga dapat memberikan stabilitas emosional dan dukungan sosial. Dalam hubungan pernikahan, pasangan hidup saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menghadapi tantangan hidup. Bagi mahasiswa, dukungan dari pasangan dapat menjadi pendorong yang kuat dalam menyelesaikan studi mereka dengan baik. Dalam hal ini, pernikahan muda dapat memberikan manfaat positif bagi perkembangan diri dan pencapaian akademik para mahasiswa.

Dengan memiliki pasangan hidup, mahasiswa akan merasakan adanya tanggung jawab yang lebih besar. Mereka akan memiliki kewajiban untuk saling mendukung, berkomunikasi, dan mengambil keputusan bersama. Tanggung jawab ini dapat membantu mahasiswa menjaga fokus pada tujuan akademik dan mengurangi kecenderungan terlibat dalam pergaulan bebas dan kenakalan remaja.

Menikah juga akan membantu mahasiswa dalam menetapkan prioritas hidup. Dalam pernikahan, pasangan dapat saling membantu untuk mencapai tujuan akademik dan karir masing-masing. Mereka dapat saling mendorong dan mendukung satu sama lain dalam upaya mencapai kesuksesan. Dengan memiliki tujuan bersama, mahasiswa akan cenderung lebih fokus dan terarah dalam kehidupan mereka, menghindari godaan pergaulan bebas yang dapat mengganggu perjalanan akademik mereka.

Dari segi lingkungan, menikah akan membawa mahasiswa ke dalam lingkungan yang lebih stabil dan sehat. Dalam pernikahan, mahasiswa memiliki kesempatan untuk membentuk hubungan yang positif dengan pasangan, keluarga mertua, dan anggota keluarga lainnya. Lingkungan yang stabil dan mendukung ini dapat memberikan pengaruh positif dan membatasi akses mereka ke pergaulan yang berpotensi merugikan. Interaksi dengan anggota keluarga yang lebih tua dan berpengalaman juga dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai tradisional dan norma-norma sosial yang membantu mencegah perilaku kenakalan remaja.

Menikah juga dapat berkontribusi pada pengembangan pribadi dan kematangan mahasiswa. Dalam pernikahan, mereka harus menghadapi tantangan, mengatasi perbedaan, dan belajar untuk beradaptasi dengan perubahan. Ini membantu mereka tumbuh sebagai individu yang lebih dewasa, bertanggung jawab, dan stabil. Mahasiswa yang menikah cenderung memiliki sikap yang lebih matang dalam menghadapi tantangan sehari-hari dan dapat mengambil keputusan yang lebih bijaksana.

Baca Juga :  Menyongsong Tantangan Mahasiswa Pendidikan di Zaman Sekarang

Terakhir, menikah akan memberikan mahasiswa sumber dukungan emosional yang konsisten. Pasangan hidup dapat menjadi teman, pendengar, dan penasihat yang setia. Mereka saling mendukung dalam menghadapi tekanan akademik, kehidupan sehari-hari, dan tantangan pribadi. Dukungan emosional ini dapat mengurangi kebutuhan mahasiswa untuk mencari pergaulan bebas sebagai pelampiasan emosi negatif atau sebagai cara untuk mencari perhatian.

Meskipun menikah bukanlah solusi yang cocok untuk semua mahasiswa, hal ini dapat menjadi alternatif yang baik bagi mereka yang ingin menghindari pergaulan bebas dan kenakalan remaja. Menikah membawa stabilitas, tanggung jawab, prioritas yang jelas, lingkungan yang stabil, pengembangan pribadi, kematangan, dan dukungan emosional. Namun, sebelum memutuskan untuk menikah, mahasiswa perlu mempertimbangkan dengan matang kesiapan pribadi, kesiapan pasangan, dan dukungan yang ada dari keluarga dan masyarakat sekitar.

Penting untuk dicatat bahwa menikah pada usia muda juga membutuhkan persiapan yang matang. Pasangan yang berencana untuk menikah harus memiliki komunikasi yang baik, memahami tanggung jawab yang akan mereka emban, dan memiliki visi yang sejalan dalam membangun keluarga. Pendidikan dan pengalaman hidup yang cukup juga merupakan faktor penting untuk mempersiapkan diri dalam menjalani pernikahan. Karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu memiliki waktu yang berbeda dalam memutuskan kesiapan mereka untuk menikah. Wallahu a’lam.

Iklan
Iklan