“Ada beberapa faktor yang mempengaruhi turunnya angka kemiskinan di Kalsel. Salah satunya perekonomian Kalsel pada triwulan I tahun 2023 yang mampu tumbuh 5,12 persen,” ungkap Martin.
BANJARMASIN, KP – Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel merilis angka kemiskinan di provinsi ini. Berdasarkan data, penduduk miskin di banua pada Maret 2023 berjumlah 188,93 ribu jiwa. Atau berkurang 13 ribu jiwa jika dibandingkan dengan data September 2022. Saat itu penduduk miskin di Kalsel berjumlah 201,95 ribu jiwa.
Disandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, kemiskinan berkurang 6,77 ribu jiwa. Karena pada Maret 2022 jumlahnya 195,70 ribu jiwa.
Kepala BPS Kalsel, Martin Wibisono menyampaikan, dilihat berdasarkan tempat tinggalnya, jumlah penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2023 tercatat 83,99 ribu jiwa. Sedangkan di perdesaan, angka kemiskinan mencapai 104,93 ribu jiwa.
“Ada beberapa faktor yang mempengaruhi turunnya angka kemiskinan di Kalsel. Salah satunya perekonomian Kalsel pada triwulan I tahun 2023 yang mampu tumbuh 5,12 persen,” ungkap Martin.
Selanjutnya, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2023 yang turun 0,79 persen, bila dibandingkan dengan TPT Agustus 2022. Selain itu, inflasi yang cenderung menunjukkan penurunan juga turut mempengaruhi berkurangnya angka kemiskinan di Kalsel.
“Inflasi pada Maret 2023 sebesar 0,77. Lebih rendah dibandingkan September 2022 yang mencapai 1,42,” jelas Martin.
Terkait pengukuran angka kemiskinan, Martin menyebutkan, BPS melihat dari pemenuhan kebutuhan dasar penduduk.
“Dengan pendekatan ini, kemiskinan dilihat dari ketidakmampuan sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur menurut Garis Kemiskinan (GK),” paparnya.
Metode pengukuran yang dilakukan adalah dengan menghitung GK penduduk yang terdiri dari dua komponen, yakni Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).
“Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan,” ujar Martin.
Kemudian, diterangkannya lagi, jika penduduk memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan, maka dikategorikan sebagai warga miskin.
“GK di Kalsel pada Maret 2023 sendiri sebesar Rp 604.266 per kapita per bulan,” ujarnya.
Persentase dan jumlah penduduk miskin di Kalimantan dan Indonesia pada Maret 2023, seluruh provinsi di Kalimantan berada di bawah rata-rata nasional.
“Kalsel merupakan provinsi dengan persentase penduduk miskin terendah di Pulau Kalimantan. Sementara, persentase penduduk miskin tertinggi tercatat di Kalimantan Barat,” katanya.
Dari sisi jumlah, Kalimantan Barat merupakan provinsi yang paling banyak penduduk miskinnya, dengan persentase 4,44 persen kemiskinan perkotaan dan pedesaan 8,07 persen.
Sedangkan Kalimantan Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk miskin paling sedikit di Pulau Kalimantan, dengan persentase 5,18 persen perkotaan dan 8,74 persen di pedesaan.
Garis Kemiskinan tersebut bersumber dari beberapa faktor. Di antaranya, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK Maret 2023, baik di perkotaan maupun di perdesaan, yakni beras. Ini memberi sumbangan terbesar mencapai 20,44 persen di perkotaan dan 26,19 persen di perdesaan.
Komoditi lainnya adalah telur ayam ras (4,77 persen di perkotaan dan 3,78 persen di perdesaan), kemudian daging ayam ras (3,61 persen di perkotaan) dan mi instan (3,38 persen di perdesaan), dan seterusnya.
Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar, baik pada GK perkotaan dan perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, perlengkapan mandi, air, pakaian jadi perempuan dewasa, dan seterusnya.
Selain itu, Martin juga menyampaikan, nilai ekspor Kalsel saat Juni 2023 mencapai US$ 1,05 miliar atau turun 6,38 persen dibanding ekspor Mei 2023 senilai US$ 1,12 miliar.
“Jika dibandingkan dengan bulan Juni 2022 yang sebesar US$ 1,73 miliar, nilai ekspor saat Juni 2023 turun sebesar 39,19 persen,” sebutnya. (Opq/K-1)