Tanjung, KP – Pemerintah Kabupaten Tabalong terus melakukan segala upaya untuk meminimalisir angka kasus Demam Berdarah atau Demam Berdarah Dengue (DBD), kendatipun di daerah bermottokan Saraba Kawa ini, hampir tak ditemukan lagi adanya warga terkena penyakit yang amat mematikan itu.
Memasuki tahun ketujuh, dihitung sejak tahun 2016 sampai dengan pertengahan tahun 2023, Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong mencatatkan data, hanya menemukan sedikit kasus DBD dan masih dapat dihitung dengan jari, tanpa ada kematian.
Kesemuanya itu berhasil tercegah, tertanggulangi, tertolong dengan berbagai upaya yang telah dilakukan. “Memang masih ditemukan kasusnya, namun sangat sedikit jumlahnya atau boleh dikatakan sebenarnya sudah tidak ada lagi DBD di daerah kami. Sejak tahun 2016 lalu sampai sekarang, sejak tujuh tahun lalu itu,” kata Bupati Tabalong Dr Drs H Anang Syakhfiani M.Si, belum lama tadi saat didaulat menjadi narasumber pada Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan DAK Program P2P Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2023 yang berlangsung di Hotel Rattan Inn Banjarmasin.
Dalam kesempatan itu ia menyampaikan Topik Strategi Penanggulangan DBD di Kabupaten Tabalong yang dinyatakan berhasil tidak hanya di tingkat Provinsi, namun secara nasional. Demikian selanjutnya, orang nomor di Tabalong ini juga bakal menjadi pembicara di kegiatan skala Asean yang akan berlangsung di Bogor, Jawa Barat dalam waktu dekat.
Lebih lanjut Anang menceritakan, bagaimana daerahnya memberantas permasalahan DBD yang dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal dan kondisi geografis kabupaten paling ujung utara Provinsi Kalimantan Selatan. Selain melalui perencanaan, kerja keras, komitmen bersama serta kolaborasi dan sinergitas. “Tabalong menjadi perlintasan provinsi, baik bagi masyarakat yang akan ke Kalimantan Tengah juga Kalimantan Timur dan sebaliknya. Daerah perlintasan ini menjadi rentan bagi kami untuk terhinggapi DBD yang dibawa dari luar kabupaten,” sebut Anang.
Hal ini, lanjut Anang menjadikan tantangan tersendiri bagi Pemkab Tabalong untuk melakukan berbagai upaya. Baik itu berupa peningkatan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, klinik, Puskesmas, upaya mitigasi, pembentukan tim, sosialisasi, penyelenggaraan lomba-lomba kebersihan dan kesehatan serta lainnya. “Penanggulangan yang kami lakukan tak bisa sendiri, namun melalui komitmen bersama, kolaborasi dan sinergitas dengan banyak pihak. Baik itu dengan DPRD, Camat, Lurah dan juga Kepala Desa, Perusahaan yang ada di daerah, Forkopimda, serta organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan,” kata Anang.
Anang menyebut, banyak pejabat sering hanya bisa menyuarakan tentang kolaborasi dan sinergitas. Namun tidak mengerti bagaimana cara melakukannya. Begitu halnya mengenai inovasi yang berarti melakukan suatu cara baru untuk merubah agar menjadi lebih baik dibandingkan menggunakan cara lama.
“Saya katakan kepada mereka untuk melakukan inovasi, tidak perlu yang rumit-rumit,” tandasnya.
Kabupaten Tabalong tercatat paling rendah kasus DBD di Provinsi Kalimantan Selatan dan nomor empat secara nasional pada Tahun 2022 lalu. “Hal ini berkat inovasi Sapuluh menit Abatisasi Jajantik Aedes Demam Berdarah Dengue (Sapu AJA DBD) dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J),” demikian tegas Bupati. (ros/rel/K-6)