Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Upaya Sekulerisasi Pemuda Muslim Berkedok Perdamaian

×

Upaya Sekulerisasi Pemuda Muslim Berkedok Perdamaian

Sebarkan artikel ini

Oleh : Lia
Aktivis Back to Muslim Identity

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia, melalui Kasubdit Propaganda, Direktur Pencegahan BNPT, melakukan regenerasi dan pelatihan kepada 50 pemuda-pemudi di Kota Banjarmasin untuk menjadi Duta Damai Dunia Maya Kalimantan Selatan (Kalsel), 20-22 Juni 2023. (banjarmsin.tribunnews 26/06)

Baca Koran

Potensi demografi pemuda muslim dunia, sebagaimana prediksi lembaga riset asal Amerika Serikat Pew Research Center (PRC), akan mengantarkan Islam menjadi agama terbesar dunia pada 2075.

Pemuda muslim adalah aset berharga, kekuatan besar, energi bagi umat Muhammad SAW. Mereka pewaris agama yang menjadi pejuang dari tegaknya Islam dan kembalinya peradaban Islam yang agung.

Oleh karenanya, jika mereka diarahkan kepada pemahaman agama dengan cara yang benar dan terbiasa dengan kebenaran dan kebaikan yang mengalir darinya, mereka akan menjadi pemuda yang hatinya kukuh di atas kebenaran, percaya diri dengan keyakinan Islam, berani menyuarakan Islam sebagaimana pemuda pada masa Islam terdahulu, bersegera mendukung Islam ketika kebanyakan orang menolaknya, juga menjaga Islam dari berbagai penyimpangan dan serangan.

Namun, Barat menjadikan pemuda muslim bukan sebagai aset agama, melainkan aset ekonomi dan aset sekuler liberal dalam melawan “ekstremisme agama”. Hal ini Barat sampaikan dalam Strategi UN Youth 2030. Mereka membajak peran pemuda yang seharusnya berdiri di sisi agamanya, menjadi para duta kapitalisme sekuler.

Tidak cukup membajak peran pemuda dunia sebagai aset ekonomi, yaitu menjadikan mereka sebagai bumper kegagalan ekonomi kapitalisme, para pemuda juga didorong menjadi pionir perdamaian dunia dan aktif mencegah kekerasan ekstremis.

Barat membuat makna sendiri tentang “perdamaian dunia”. Begitu pun dengan “kekerasan ekstremis”, Barat menyusun narasi bahwa pelaku kekerasan adalah kelompok muslim.

Realisasi dari agenda global Barat bisa dilihat dari program unggulan BNPT dalam melibatkan pemuda untuk mencegah radikalisme adalah dengan membentuk Duta Damai. Duta Damai Dunia Maya merupakan pemberdayaan generasi muda Indonesia dalam menghadapi penyebaran ideologi terorisme dan ideologi radikal intoleran di dunia maya.

Baca Juga :  Pahlawan Kebudayaan dan Kesenian (Mengenang Titiek Puspa)

Duta Damai sendiri bertujuan untuk menyebarkan narasi perdamaian (moderasi Islam dan demokrasi keindonesiaan); serta mencegah radikalisme, terorisme, dan hal-hal yang dapat meruntuhkan NKRI.

Kepala BPNT Komjen. Pol. Boy Rafli Amar menyatakan, kegiatan Duta Damai Dunia Maya juga harus bisa menjadi trending topic. Di dunia nyata, Duta Damai juga aktif menjadi inisiator untuk pembuatan perjanjian kerja sama dengan salah satu universitas di kabupaten di wilayah masing-masing yang berfokus menyebarkan narasi perdamaian di kalangan mahasiswa melalui media sosial.

Dalam narasi yang dikampanyekan Duta Damai, terdapat cara pandang sekuler liberal Barat mengenai narasi beragama. Mereka telah meracuni pemuda Islam dengan Islam yang telah direformasi ala Barat dengan istilah “moderat”. Padahal, “moderat” adalah jalan tengah yang menginginkan penghapusan peran agama dalam kehidupan (sekularisme).

Oleh sebab itu, sejatinya, Duta Damai adalah duta sekularisme, liberalisme atas nama hak asasi manusia, dan demokrasi sebagai sistem politik. Padahal, semua ini bertentangan dengan akidah Islam yang meyakini Allah SWT sebagai Al-Khaliq (Maha Pencipta) sekaligus Al-Mudabbir (Maha Pengatur).

Duta Damai terus-terusan “direndam” dalam berbagai narasi sekuler liberal sebagai asas mendefinisikan syariat agamanya. Pada akhirnya, pemuda muslim akan meninggalkan cita-cita kebangkitan Islam dan praktik keislaman kafah dengan cara mengaitkannya dengan ekstremisme, radikalisme, dan terorisme.

Pemuda muslim pun makin jauh dari keyakinan bahwa Islam adalah agama spiritual sekaligus politik, yakni hukum Islam kafah sebagai solusi kehidupan, konsep persatuan umat global, menolak demokrasi, sekularisme, dan nilai-nilai liberal, mendukung konsep jihad dalam Islam, implementasi syariat serta upaya menegakkan kembali Khilafah berdasarkan metode kenabian. Bahkan, saat ini mereka justru berdiri berhadap-hadapan melawan Islam kafah. Wallahu alam bi showab.

Iklan
Iklan