Banjarmasin, KP – Setiap tanggal 10 Muharram selalu identik dengan beberapa aktivitas. Selain puasa Asyura, ada satu lagi hal menarik yang berkaitan erat dengan momen spesial tersebut yakni, membuat bubur Asyura.
Di Kalimantan Selatan, khususnya Kota Banjarmasin tradisi ini disebut Mengawah Bubur Asyura.
Mengawah dalam bahasa lokal masyarakat Banjar diartikan sebagai memasak dengan menggunakan wajan yang berukuran besar.
Bubur Asyura sendiri merupakan salah satu kuliner khas yang kerap diolah saat tibanya Tahun Baru Islam. Lebih tepatnya, sajian ini disatukan dengan pelaksanaan puasa sunah di bulan pertama kalender Hijriah, yakni Muharram. Pada hari ke-10 bulan Muharram, umat Islam merayakan Hari Asyura yang ditandai dengan puasa sunah.
Bukan hanya sebagai cara untuk memperingati Tahun Baru Islam, tapi Bubur Asyura juga mempunyai makna rasa syukur. Dimana tradisi ini sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu.
Menyambut 10 Muharram 1445 Hijriah tahun ini, Keluarga Besar YN’S Center dan Kerukunan Keluarga Bakumpai (KKB) pun membuat bubur Asyura bersama, yang kemudian dibagikan kepada warga masyarakat.
Founder YN’S Center, H Yuni Abdi Nur Sulaiman, mengatakan memasak bubur Asyura ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan pihaknya setiap tahun.
“Alhamdulillah, hari ini kita memasak bubur Asyura. Tak hanya di sini, tapi serentak di 36 titik di Kota Banjarmasin. Kurang lebih 100 pack bubur yang kita bagikan di setiap titiknya ,” ucap H Yuni, di tengah kegiatan pembagian bubur di Jalan Sutoyo S, Komplek Sederhana RT. 12, Banjarmasin Tengah, Jumat (28/7).
Ketua Umum Kerukunan Keluarga Bakumpai Pusat ini menambahkan, kegiatan memasak bubur Asyura ini juga sebagai upaya untuk melestarikan tradisi ini.
“Selain itu, kita juga ingin mengenalkan kepada generasi muda agar mengetahui tentang tradisi membuat bubur Asyura,” tutur Ketua DPD Golkar Kota Banjarmasin ini.
Sementara itu, salah seorang warga setempat, Masbudi, menyambut positif kegiatan memasak dan membagikan bubur Asyura yang dikomando H Yuni ini.
“Ini salah satu tradisi yang bagus untuk dilestarikan. Karena di sini kita bergotong royong. Ada rasa kebersamaan dan menjaga silaturahmi,” imbuhnya. (Opq/KPO-1)