PALANGKA RAYA, kalimantanpost.com – Eksport bahan galian tambang jenis baoksit di stop pemerintah, berdampak pada pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah (Kalteng) triwulan kedua pada 2023 ini melambat.
Kepala Badan Pusat Statistik Kalteng Eko Marsoro, Senin (7/8) mengungkapkan, ekonomi Kalteng pada triwulan II tahun 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 2,76 persen dibanding triwulan I sebelumnya yang mampu mencapai lebih dari 3,22 persen.
Kontribusi pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 48,09 persen diikuti lapangan usaha jasa perusahaan sebesar 5,18 persen serta penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 4,45 persen.
“Lapangan Usaha Real Estat, Jasa Pendidikan, serta Pertambangan dan Penggalian mengalami kontraksi masing-masing sebesar 3,21 persen, 1,32 persen, dan 0,23 persen,” ucapnya.
Lapangan usaha yang melemah atau terkontraksi sehingga ekonomi melambat bidang pertambangan dan penggalian minus 17,89 persen. Disebabkan adanya larangan eksport bahan mentah baoksit. Sedangkan batu bara juga berkurang.
Meski demikian menurut Eko pihaknya itu hanya sementara atau mengalami shock, dan dipercaya untuk triwulan ke III akan kembali bangkit, sehingga kinerja eksport mampu memberikan kontribusi besar bagi tumbuhnya ekonomi Kalteng.
Dari segi sumber penciptaan ekonomi di triwulan yang sama (y on y ) kategori industri memberikan andil besar yang mencapai angka 1,68 persen, diikuti sektor pertanian, kehutanan dan perikanan 0,96 persen, serta perdagangan besar dan eceran, reparasi kenderaan 0,86 persen.(Drt/KPO-3)