BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Budaya karasminan pada masyarakat Banjar tidak pernah pudar. Hal ini terlihat dari ramainya pengunjung “Karasminan Banua Seribu Sungai” yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD Taman Budaya Provinsi Kalimantan Selatan pada Senin, 07 Agustus lalu.
Japin Carita Sanggar Lawang Banjarmasin bertajuk “Sangkankam Sangkanku” karya sutradara Fiersyah merupakan salah satu pertunjukan yang ditunggu. Meski baru dimulai hampir pukul sepuluh malam serta digelar dengan tata panggung dan suara seadanya, penonton yang merindukan karya seni tradisional Banjar itu terlihat tidak kehilangan antusiasmenya.
Dibuka dengan penampilan musik panting, kehadiran para pemain teater yang sebagian besar merupakan seniman veteran Taman Budaya seperti Bayu Bastari, Risty Wulan Suci maulani. M. Syahriel M Noor, Anwar Zain, Sasi, Riza Wardhany, Irwan Budiman, Farid Fadilah, Porna Hermawan, Ady tya Rachman dan Arief Rahman.
Alur cerita “Sangkankam Sangkanku” berawal dari keributan yang terjadi dikawasan pabrik penggilingan beras yang dimiliki dua orang juragan (Bayu dan Syahriel). Keributan dipicu atas kehadiran seorang perempuan muda berparas cantik (Yesfina) yang terlihat berada disekitar pabrik dan menjadi buah bibir para pekerja. Rumor tentang kecantikan perempuan muda itupun sampai kepada istri para juragan (Risty dan Rini) yang meyakini bahwa suami mereka diam-diam menyimpan daun muda.
Meski drama ini sarat konflik, Fiersyah berhasil mengemas seni mamanda tradisional menjadi tontonan segar dan lucu karena diselingi lelucon berbahasa Banjar, musik pengiring lakon watak para artis serta interaksi dengan penonton ala seni Lenong Betawi.
Menurut Fiersyah, drama Sangkankam Sangkanku merupakan salah satu kenyataan kehidupan yang penuh prasangka dan terus berkembang menjadi fitnah yang dapat menghancurkan keluarga bahkan sampai satu desa.
Emosi penonton terus digiring penuh rasa penasaran mengenai siapa sosok perempuan yang menjadi bahan gunjingan tersebut. Diakhir cerita Fiersyah berhasil membuat plot twist atau pemelintiran alur cerita yang mengagetkan. Ternyata perempuan itu digambarkan sebagai sosok penonton yang tersesat tidak duduk dijajaran kursi penonton namun malah ada di atas panggung.
Aksi tersebut membuat Gedung Balairung Sari, Taman Budaya seolah membahana dengan tepuk tangan dan sorak sorai penonton yang merasa di “prank” oleh alur cerita kreatif tersebut. (Rof/KPO-1)