Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Wisata Religi di Kalimantan Selatan

×

Wisata Religi di Kalimantan Selatan

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ahmad Barjie B
Penulis beberapa buku Sejarah dan Budaya Banjar

Masyarakat Indonesia terkenal agamis, religius, mereka sangat menghormati para ulamanya, bahkan ada di antara ulama tersebut yang dianggap wali, memiliki karomah, diziarahi kuburnya dan diperingati haulnya setiap tahun, dibacakan manakibnya, dibacakan syair-syair maulid ad-Diba’i, al-Barzanji, al-Habsyi, Qasidah Burdah, dsb. Belakangan hal ini menjadi wisata agama, atau wisata religius, karena banyak masyarakat Islam yang rutin berziarah kepada makam-makam mereka, baik pada momentum peringatan haulnya, maupun pada hari-hari biasa.

Baca Koran

Di pulau Jawa di antara tempat-tempat ziarah yang sering dikunjungi oleh masyarakat Islam, termasuk dari daerah Banjar Kalimantan Selatan, diantaranya adalah makam Walisongo yang terletak di beberapa kota seperti Surabaya, Gresik, Kudus, Demak, Jakarta, dan sebagainya. Termasuk juga makam Syekh Muhammad Syawani Abdan (Guru Bangil) di Bangil-Pasuruan Ada juga makam Habib Luar Batang, Habib Kwitang, dll. Bahkan ada juga masyarakat Banjar yang sampai berziarah ke makam Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjari di Indragiri-Tambilahan Kepulauan Riau.

Destinasi Ziarah

Di Kalimantan Selatan terdapat beberapa makam ulama yang sering dijadikan sebagai objek wisata ziarah, peringatan haulnya biasanya selalu diperingati, baik secara kecil-kecilan, sedang bahkan besar-besaran. Di antaranya Makam Sultan Suriansyah, berlokasi di kompleks Makam Sultan Suriansyah di Kuin Utara Banjarmasin, haulan dilaksanakan 12 Rabiul Awwal. Di sini juga bermakam Khatib Dayyan, Haji Batu, sejumlah sultan, ulama dan tokoh lainnya. Setiap hari boleh dikatakan selalu ada dan banyak orang berziarah ke lokasi ini; Makam Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari Kalampayan Martapura, 6 Syawwal, selalu diziarahi oleh banyak orang setiap hari dan semakin memuncak pada waktu-waktu tertentu; Makam Datu Abdul Hamid Abulung berlokasi di Sungai Batang Martapura, haulannya jatuh pada tanggal 12 Zulhijjah. Setiap hari juga banyak yang berziarah.

Di sekitar tempat ini juga ada Masjid Datu Abdul Hamid Abulung yang dijadikan sebagai salah satu masjid Cagar Budaya oleh pemerintah; Makam Habib Basirih, berlokasi di Basirih Banjarmasin, haulannya jatuh pada tanggal 18 Jumadil Awwal; Makam Syekh Jamaluddin Surgi Mufti, terletak di Sungai Jingah Keluraan Surgi Mufti Banjarmasin, peringatan haulan jatuh pada tanggal 8 Muharram; Makam Datu Muhammad Amin, berlokasi di Banua Anyar Banjarmasin, haulan 10 Syawwal; Makam KH Kasyful Anwar Martapura, haulan tanggal 18 Syawwal; Makam Syekh Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul) di Sekumpul Martapura, haulan 5 Rajab.

Boleh dikatakan makam beliau termasuk paling sering dan banyak diziarahi, dan peringatan haul sering dilaksanakan secara besar-besaran, baik di Martapura maupun di kota-kota dan daerah-daerah lainnya. Banyaknya fasilitas rest area dan pelayanan makan-minum secara gratis, servis kendaraan bermotor gratis, bermalam gratis, termasuk di antara daya tarik haulan ini; Makam Syekh Abdussamad (Datu Sanggul), berlokasi Tatakan Rantau Tapin, 28 Zulhijjah; Makam Syekh Abdul Mu’in (Datu Nuraya) di Tapin, haulan 15 Zulhijjah; Makam Syekh Salman al-Farisi (Datu Gadung) di Rantau, haulan 9 Zulhijjah ; Makam Habib Ibrahim al-Habsyi di Nagara, haulan 14 Safar; Makam Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjari Mufti Indragiri di Indragiri-Tambilahan, haulan 4 Sya’ban; Makam Syekh Abdul Rasyid, pendiri PP Rakha Amuntai di Amuntai, haulan 12 Syawwal; Makam KH Ahmad Mugeni Nagara (ayah KH Muhammad Bakhiet), haulan 12 Zulhijjah; Makam Syekh Muhammad Sa’duddin (Datu Taniran) di Kandangan, haulan 5 Safar; Makam Syekh Zainal Abidin (Datu Kandang Haji) di Juai Balangan, haulan 17 Rabiul Akhir; Makam Syekh Muhammad Nafis di Binturu Kelua Tabalong, haulan 14 Rabiul Akhir; Makam Haji Muhammad Asyad Lamak di Pagatan, haulan 23 Rabiul Awwal; Makam Syekh Abdusssamad (Datu Bakumpai) di Marabahan, haulan 13 Safar; Makam Datu Insad di Pelaihari, haulan 5 Rabiul Awwal; Makam KH Ahmad Bakeri di Gambut, haulan 20 Rabiul Awwal; Makam KH Ahmad Zuhdiannor (Guru Zuhdi) di Banjarmasin, haulan 9 Ramadhan; Makam KH Muhammad Riduan Basri (Guru Kapuh) di Kapuh Kandangan, haulan 3 Muharram.

Baca Juga :  Memperbaiki Konektivitas Jalan Guna Tumbuhnya Ekonomi

Di samping yang disebutkan di atas, masih banyak lagi makam para ulama yang sering dijadikan sebagai objek wisata daerah, seperti makam Makam Syekh Muhammad Taher (Datu Daha) di Nagara yang sering disebut Kubah Dingin, makam KH Anang Djazouly Seman di Kompleks Pangeran Antasari Martapura, makam KH Anang Ramli HAQ di Ponpes Ubudiyah Bati-bati Pelaihari, dll.

Wisata ziarah yang sering dilakikan oleh masyarakat sering juga dengan mengunjungi masjid-masjid tertentu yang dianggap bersejarah dan memiliki ”karomah”. Di Kalimanan Selatan terdapat sejumlah masjid bersejarah, yaitu masjid-masjid yang tergolong tua usianya, sehingga dianggap sebagai bangunan Cagar Budaya yang dilindungi dan dipelihara oleh pemerintah dan oleh masyarakat dianggap memiliki karomah tersendiri. Di antara masjid tua tersebut adalah Masjid Sultan Suriansyah di Kuin Utara Banjarmasin; Masjid Jami Pasar Lama di Sungai Jingah Banjarmasin; Masjid Agung al-Karomah Martapura; Masjid Tuhfatur Raghibin Dalam Pagar Martapura; Masjid Datu Abdul Hamid Abulung Sungai Batang Martapura; Masjid Al-Mukarramah (Keramat) Banua Halat Tapin, di masjid ini sering dilaksanakan ritual ”baayun maulid”, dan air yang ada di ”tajau” digunakan untuk memandikan anak-anak dan sebagainya; Masjid Keramat Palajau HST; Masjid Su’ada Wasah Hilir Kandangan; Masjid Jami Sungai Banar Alabio HSU; Masjid Pusaka Banua Lawas Tabalong, Masjid Al-A’la Jatuh Barabai; Masjid Al-Mukarramah, Jannatul Ma’wa, dan Sirajul Huda, Juai, Balangan; Masjid Jami Ibrahim Nagara; Masjid Syuhada Pelaihari; Masjid Jami Pagatan, dll.

Di samping mengunjungi masjid-masjid yang dianggap memiliki nilai-nilai sejarah dan karomah, di antara warga masyarakat ada juga yang mengunjungi masjid-masjid tertentu karena ingin melihat atau mengagumi bangunannya yang dianggap besar dan mewah, seperti Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin, Masjid Agung al-Karomah Martapura dan sebagainya.

Perlu Pembenahan

Dalam konteks pengembangan wisata agama atau wisata yang berbasis syariah, maka tempat-tempat tersebut, perlu dikembangkan dan dikemas dengan baik, agar sejalan dengan nilai-nilai syariah, di antaranya dengan: Menjaga kebersihan, hal ini sangat penting, sebab kalau lokasi ziarah tidak bersih atau kotor, maka peziarah dari kalangan tertentu enggan mendatanginya, menyediakan toilet dan kamar mandi yang mencukupi dan bersih, biasa kelemahannya pada aspek ini, ketersediaan akses jalan, sarana dan prasarana yang memadai, serta adanya jasa transportasi yang aman dan dengan harga yang wajar, mengendalikan aksi premanisme dan peminta-minta, kebanyakan lokasi ziarah selalu disertai pemandangan banyaknya celengan dan orang-orang yang mengemis dengan berbagai cara. Hal ini dapat menghambat perkembangan wisata ziarah yang sehat. Seharusnya dikembangkan produk souvenir, panduan dan buku-buku yang dapat dibeli sebagai oleh-oleh untuk dibaca ulang oleh peziarah atau peneliti.

Pengelola hendaknya mengarahkan agar niat dan perbuatan peziarah tetap sejalan dengan ajaran agama, jangan sampai mengkultuskan orang yang meninggal, mengambil kain kuburan atau tanah kuburan untuk dibaw apuklang dan dijadikan jimat, atau hal-hal lain yang dapat merusak ketauhidan; Pengelola atau pemandu wisata yang menyertai rombongan peziarah hendaknya mampu mengisahkan nilai-nilai kehidupan ulama/wali yang makamnya sering diziarahi tersebut, agar dapat diketahui dan diteladani oleh para peziarah, tersedianya warung makan-minum dengan menu khas daerah setempat dengabn harga yang ”kada manganai”, maksudnya harganya harus wajar. Di antara keluhan wisatawan luar daerah selama ini, mereka sering makan-minum pada warung tertentu dengan harta yang tidak wajar, sehingga mereka kapok mendatangi lokasi wisata dan warung bersangkutan.

Baca Juga :  HAMBA ALLAH

Untuk tempat wisata umum, seperti wisata alam pantai, gunung, air terjun dan sebagainya, hendaknya disediakan toilet dan kamar mandi yang bersih, serta mushalla dan tempat wudlunya untuk tempat peziarah melaksanakan shalat, sehingga kewajiban shalat mereka tdak terabaikan selama berwisata. Bersamaan dengan itu hendaknya ada aturan dan petugas untuk melarang adanya penyalahgunaan lokasi wsiata untuk perbuatan tercela mislanya pergaulan bebas, dan ada petugas keamaan untuk mencegah terjadinya premanisme, pencurian, dan sebagainya.

Sekarang ini wisata agama sudah semakin berkembang, tidak saja di negara-negara muslim bahkan juga negara-negara nonmuslim. Alm. Prof Dr H Azyumardi Azra MA, cendikiawan muslim yang juga Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pernah mengatakan bahwa dalam sektor pariwisata sekarang ini, banyak negara saat ini sedang berbenah dan berlomba untuk menjaring kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara sebanyak mungkin. Salah satunya Jepang, kini mengembangkan pariwisata bernuansa syariah. Di antara yang mereka benahi adalah dalam aspek perhotelan. Banyak hotel di Jepang memperkuat nuansa keagamaan, dengan memperhatikan sisi syariah. Pemilik dan pengelola hotel menyediakan mushalla pada ruangan yang mewah dan representatif disertai tempat berwudlu yang nyaman. Di setiap kamar disediakan petunjuk arah kiblat, petunjuk waktu salat, tikar sajadah, mukena, kopiah dan kitab suci Alquran, juga kitab suci bagi agama selain Islam. Pada saat yang sama juga disediakan menu makanan/minuman dengan sertifikat halal hasil masakan para koki muslim, dan tempat pengolahannya pun terpisah dari pengolahan makanan/minuman yang diragukan kehalalannya menurut syariat Islam. Disediakan para pelayan muslim serta pakaian petugas hotel yang islami. Hotel juga menjauhkan dirinya dari penjualan miras dan hiburan yang dilarang syariat. Bus-bus pariwisata di Jepang juga dapat disulap sebagai mushalla, sehingga rombongan pariwisatawan yang beragama Islam dapat shalat dalam bus.

Penyediaan hotel dan sarana transportasi bernuansa syariah di atas dimaksudkan untuk menjaring wisatawan muslim dari Timur Tengah, Asia Tengah, Selatan dan Tenggara, termasuk Indonesia yang mayoritas muslim. Mereka yakin dan berharap kunjungan wisatawan ke Jepang semakin meningkat. Karenanya kebutuhan wisatawan yang beragama Islam perlu disediakan dari sekarang. Tampak bahwa meskipun Jepang tidak dikenal sebagai negara muslim, bahkan muslim di sana hanya segelintir, namun cara berpikir dan bersikap mereka sangat maju, sehingga sektor pariwisata pun diberi nilai-nilai keislaman.

Selama ini masih ada hotel yang menempatkan mushalla di ruang sempit yang kurang representatif, bahkan dekat WC. Ada pula yang channel televisinya melulu menampilkan wanita berbikini, padahal etiket yang dipasang di pintu melarang membawa wanita luar nikah dan sebagainya. Belum lagi banyak hotel menyediakan fasilitas THM yang bagi sebagian tamu kurang mengenakkan. Pariwisata identik dengan sea, sun dan sex sudah waktunya dirubah dengan menghilangkan unsur seksnya yang bersifat bebas. Belajar kepada kesiapan Jepang mengembangkan pariwisata bernuansa syariah, mestinya kita lebih siap lagi. Karena itu kita sangat mengharapkan agar hal demikian dibenahi.

Iklan
Iklan