Martapura, KP – Capaian metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) masih sangat rendah, karena pengetahuan masyarakat masih kurang
pada kelebihan metode ini, keterbatasan jumlah tenaga terlatih serta sarana yang ada.
Salah satu kabupaten/kota di Kalsel yang capaian KB MKJP masih sangat rendah terdapat di Kabupaten Banjar, dari 84.847 jumlah
pasangan usia subur, hanya 4,70 persen yang menggunakan MKJP, dengan rincian IUD 924 (1,09 persen), implan 2.551 (3,01 persen),
Metode Operasi Wanita (MOW) 21 (0,02 persen) serta Metode Operasi Pria (MOP) 495 (0,58 persen).
Data Puskesmas Martapura Barat juga menunjukkan hal sama, dimana cakupan MKJP rendah. Dari 3.200 jumlah pasangan usia subur hanya
3,78 persen, terdiri menggunakan IUD hanya 8 orang (0,25 persen), implan 98 orang (3,06 persen), MOW 15 orang (0,47 persen) serta
MOP tidak ada.
Sedangkan dilihat dari pola pemilihan jenis alat kontrasepsi di Indonesia, sebagian besar peserta KB aktif masih memilih suntik KB
dan pil sebagai alat kontrasepsinya, bahkan sangat dominan, lebih dari 80 persen dibanding metode lainnya, dimana suntik KB
sebesar 62,77 persen dan pil 17,24 persen.
Hal inilah yang membuat kelompok Pengabdian Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (ULM) diketuai Dr dr Siti Wasilah
MSi Med untuk melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) persiapan KB metode kontrasepsi jangka panjang pada ibu hamil
trimester III di wilayah lahan basah, Selasa (19/9) kemarin, di Posyandu Desa Keliling Benteng Ulu, Kecamatan Martapura Barat.
Edukasi ini mengingat KB pasca salin adalah strategi tepat, karena risiko kematian tertinggi di alami wanita kembali kurang dari
12 bulan setelah bersalin.
Bila semua pasangan suami istri menunggu 24 bulan untuk hamil kembali, angka kematian balita akan berkurang 25 persen.
“Sebelum turun lapangan, kami sudah melakukan analisa situasi dari permasalahan mitra,’’ kata dr Siti Wasilah, Minggu (24/9).
Menurutnya, Kecamatan Martapura Barat salah satu dari 20 kecamatan di Kabupaten Banjar angka capaian MKJP masih belum sesuai
target, hanya 3,78 persen.
“Rendahnya penggunaan MKJP ini karena masih banyak pemikiran masyarakat setempat yang salah, juga kurang mengerti pemakaian MKJP,”
tambah Fakhriyah, selaku anggota yang melakukan teknis di lapangan.
Menurutnya, masyarakat juga takut MKJP yang menurut mereka harus dioperasi dan ketakutan alat yang dimasukkan ke dalam rahim
maupun bawah kulit. “Takut dan salah persepsi, mereka banyak enggan menggunakannya” imbuh Andini Octaviana, SKM MKes selaku
anggota tim.
Narasumber Dr Meitria Syahadatina Noor dr MKes mengatakan, ibu hamil sebagai sasaran kegiatan begitu antusias mengikuti dan
mendengarkan informasi-informasi yang dipaparkan.
“Ada juga sesi diskusi dan tanya jawab, Alhamdulillah ibu-ibu disini bisa menjawab dengan benar,” katanya.
“Kegiatan ini diharapkan meningkatkan 80 persen pengetahuan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Martapura Barat. Juga tersusunnya
berbagai media, seperti buku saku MKJP dan video edukasi yang diperuntukan untuk ibu hamil tersebut,” pungkas dr Siti Wasilah.
(wan/K-7)