“Iya, kalau di toko ini yang paling laku adalah beras Pamanukan dan Thailand, karena teksturnya hampir sama dengan beras Banjar. Harga beras Pamanukan sebelumnya Rp 12.500 sekarang naik jadi Rp 13.500 per liter. Sedangkan beras Thailand juga naik, dari Rp 11.000 jadi Rp 12.000 per liter,” ujar Ansyari.
BANJARMASIN, KP – Saat beras lokal atau beras Banjar harganya melonjak ketika gagal panen di Kalsel, masyarakat mulai banyak yang beralih ke beras jenis Pamanukan dan Thailand.
Selain harganya lebih murah, beras ini memiliki tekstur pera atau karau (dalam bahasa Banjar) yang memang disukai lidah orang Banjar.
Varietas beras Pamanukan didatangkan dari Kabupaten Subang, dan memasuki pasar beras di Banjarmasin dan sekitarnya sejak beberapa bulan lalu.
Beras ini mulai bersaing dengan beras varietas lokal seperti siam, karang dukuh dan lainnya yang diproduksi dari daerah penghasil, seperti Gambut, Kabupaten Banjar dan Anjir, Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Hanya saja, saat ini pasokan beras Thailand dan Pamanukan agak berkurang, sehingga harganya pun otomatis mengalami sedikit kenaikan.
Demikian juga dengan Beras Jawa yang harganya rata-rata naik dalam seminggu terakhir.
“Naik antara Rp 500 sampai Rp 1.000 per liter. Informasinya, karena pasokannya belum masuk-masuk,” ungkap Ansyari, penjaga Toko Mutiara Beras di Jalan Sungai Andai, Banjarmasin Utara, Rabu (6/9).
Menurut Ansari, beras Thailand dan Pamanukan ini paling banyak dicari warga, setelah beras Banjar.
“Iya, kalau di toko ini yang paling laku adalah beras Pamanukan dan Thailand, karena teksturnya hampir sama dengan beras Banjar. Harga beras Pamanukan sebelumnya Rp 12.500 sekarang naik jadi Rp 13.500 per liter. Sedangkan beras Thailand juga naik, dari Rp 11.000 jadi Rp 12.000 per liter,” ujar Ansyari.
Sementara, kata dia, untuk beras Banjar harganya justru mengalami penurunan dalam beberapa beberapa minggu ini.
“Mungkin pasokannya masih lancar karena banyak petani yang panen. Makanya, beras lokal atau beras Banjar harganya mulai turun. Seperti beras Unus Sedang Gambut dari Rp 17.000 turun jadi Rp 16.500 per liter,” tambahnya.
Diketahui sebelumnya, tahun 2022 lalu produksi padi Kalsel sempat menurun karena adanya serangan hama atau virus tungro, sehingga membuat padi mengecil atau kerdil, dan akhirnya banyak yang gagal panen.
Namun, pada musim tanam 2023 ini, terlihat tanaman padi di Kalsel sudah mulai membaik, hingga optimis bisa kembali panen raya.
Di Toko Mutiara Beras ini terbilang cukup banyak menyediakan jenis beras dengan harga bervariasi. Konsumen jadi punya banyak pilihan, tinggal menyesuaikan selera dan harganya saja lagi.
Misalnya saja, untuk jenis beras lokal harga per liter, beras Hanyar Rp 12.500, Unus Rp 16.500, Siam Sedang Rp 11.500, Gambut Karau Rp 16.500, Karang Dukuh Rp 16.000, Mayang Jambon Rp 17.500, Mutiara Super Rp 18.000, Mayang Anjir Rp 20.500 dan Mayang Super Rp 21.000.
Ada pula jenis beras yang didatangkan dari luar daerah, seperti beras Jawa Wangi Rp 12.000 dan beras Jawa Pulen Rp 11.000. (Opq/KPO-1)