Modifikasi Cuaca di Kalsel Sudah tak Efektik
Banjarbaru, KP – Teknologi modifikasi cuaca (TMC) sempat dilaksanakan di Kalsel dalam menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Pesawat TMC sempat mengudara selama 11 hari pada bulan Juli.
Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor, kembali mengusulkan TMC pada Agusutus dan September.
Pemerintah pusat sudah menyetujuinya, namun pelaksanaan TMC disebut tak lagi efektif.
Sebabnya saat ini sudah memasuki puncak kemarau, sedangkan TMC lebih efektif dilaksanakan sebelumnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, Bambang Dedi Mulyadi menerangkan, ada
kendala dalam pengoperasian TMC di Agustus lalu dan September.
Kendalanya adalah kondisi langit di Kalsel minim awan sehingga tidak potensial disemai menjadi hujan.
“Pemintaan bapak Gubernur Sahbirin Noor, untuk melakukan TMC telah disetujui. Kita sudah berkoordinasi dengan BMKG. Hasil koordinasi
dengan BMKG menyarankan TMC kurang efektif karena tingkat potensial awan masih rendah, jadi walaupun dilakukan TMC tidak berhasil,”
tuturnya kepada awak media, Senin (11/9).
Kendati demikian, penanggulangan karhutla di Kalsel mengoptimalkan upaya lainnya yakni pengoperasian helikopter water boombing untuk
titik hotspot yang sulit dijangkau dan mensiagakan petugas di lapangan. Bambang mengatakan, sesuai arahan Gubernur Kalsel Sahbirin Noor
untuk menyerahkan segala sumber daya yang ada secara terukur dalam penanganan Karhutla.
“Kita memperkuat upaya pencegahan, melalui informasi dan edukasi dalam sosialisasi terhadap masyarakat. Selanjutnya penanggulangan secara sigap dan peningkatan patroli rutin ke lahan potensi karhutla sebagai langkah detiksi dini,” tandasnya.
Pada TMC bulan Juli lalu, terlaksana tanggal 7 sampai 11 Juli dan dilanjutkan kembali tanggal 23 sampai 28 Juli. TMC sempat terhenti beberapa saat karena alasan perbaikan pesawat.
Jika dihitung, sepanjang TMC tersebut telah menghabiskan waktu 29 jam 55 menit.
Pihak Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) selaku pelaksanakan telah melaksanakan 13 sorti penerbangan penyemaian awan dan menghabiskan 10,4 ton bahan semai.
TMC di Kalsel digeber sebelum puncak musim kemaru. Mengapa demikian, menurut Koordinator Lab Pengelolaan TMC BRIN, Budi Harsoyo, upaya pembahasan lahan gambut melalui hujan buatan lebih tepat dilakukan sebelum puncak musim kemarau.
“Agar lebih optimal, TMC dilakukan sebelum puncak musim kering,” katanya.(mns/K-2)
