YS Agus Suseno Rela Ngutang Demi Terbitkan Buku Berbahasa Banjar

BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Keinginan YS Agus Suseno menerbitkan buku berbahasa Banjar begitu kuat. Namun, muncul permasalahan dirinya tak punya modal untuk mencetak buku dengan judul Baruh Urang Dikaruni, Baruh Saurang Taung.

“Saya pun akhirnya menemui penerbit Tahura Media yang dikelola Hajriansyah. Saya minta tolong terbitkan dulu buku ini, pembayaran belakangan alias bautang,” cerita Agus di acara diskusi buku karyang berjudul Baruh Urang Dikaruni, Baruh Saurang Taung di Meeting Room Banjarmasin Plaza Smart City Menara Pandang Lantai 3 Banjarmasin, Sabtu (30/9/2023).

Penyair senior Banua ini pun sangat bersyukur sahabatnya Hajriansyah bersedia menerbitkan dengan perjanjian pembayaran lewat penjualan buku tersebut alias bautang.

“Sampai sekarang saya masih terutang. Untungnya lagi Hajriansyah memberi tenggang waktu pembayaran hingga Desember mendatang,” papar Agus sedikit lega dan tertawa lepas.

Dirinya pun sangat bersyukur, Hajriansyah yang merupakan Ketua Dewan Kesenian Kota Banjarmasin ini rela mempromosikan bukunya lewat bedah buku maupun menjualkannya lewat sosial media.

“Alhamdulillah, buku saya lumayan banyak peminatnya walau pun belum cukup melunasi utang biaya cetaknya,” ungkapnya.

Dikesempatan itu,
Agus bercerita sebelumnya menulis buku ini, di tahun 2014 pernah diminta TVRI Kalsel membikin tulisan bahasa Banjar, termasuk running teksnya.

“Saya juga sering diminta menjadi editor sebuah buku Bahasa Banjar. Akhirnya, saya pun mencoba menulis buku tentang Bahasa Banjar,” paparnya.

Akhirnya terpikir dibenaknya kenapa tidak menulis sendiri buku cerita Bahasa Banjar. Akhirnya, pelan-pelan mencoba menulis buku berbahasa Banjar.

Menurut Agus, buku dengan judul Baruh Urang Dikaruni, Baruh Saurang Taung ini merupakan buku pertama diterbitkan.

“Setelah ini saya akan menerbitkan kembali buku Bahasa Banjar yang kedua. Semoga nantinya ada yang membantu menerbitkan buku saya,” paparnya.

Dia menambahkan buku Baruh Urang Dikaruni, Baruh Saurang Taung ini berdialek Banjar Hulu. “Saya menulis buku ini mempertahankan kemurnian Bahasa Banjar supaya tidak punah tergerus pengaruh bahasa lain,” tegasnya.

Agus pun berharap bukunya menjadi pelajaran muata lokal di daerah ini, karena banyak Bahasa Banjar yang hampir punah dan punah dimunculkan.

“Saya pun menulis Buku Bahasa Banjar beda dengan penulis sebelumnya. Saya bikin dalam bentuk cerita,” paparnya.

Hajriansyah yang bertindak sebagai host dalam bedah buku tersebut mengatakan dirinya dan Agus awalnya ragu juga, apakah cukup banyak peminatnya.

Berita Lainnya
1 dari 2,829

“Ternyata setelah diterbitkan dipromosikan cukup banyak yang beli. Malah ada yang pesan dari Jakarta, Tenggarong dan Tarakan,” ungkapnya.

Sementara itu, pembicara dalam bedah buku ini, Prof Rustam Effendi mengatakan ada beberapa hal positif dengan keberadaan buku ini.

“Menggunakan Bahasa Banjar yang hidup, yang benar-benar digunakan atau pernah digunakan yang berakar di masyarakat Banjar,” paparnya.

Misalnya, lanjut guru besar Linguistik FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ini, damhati bukan dalam hati, nusia bukan manusia dan lain-lain

Di buku ini, kata Rustam juga menghidupkan kembali beberapa kosa kata yang telah penah atau hampir punah seperti parigal, sutil, maniniwah, manyalaya, bilut, bapidak, upau, ayungnya dan lain-lain.

“Di buku ini juga mengungkapkan makna peribahasa yang juga sudah hampir punah dengan bahasa akrab dengan orang Banjar yakni Bahasa Banjar dengan gaya bercerita atau narasi fiksi, sehingga memudahkan orang Banjar memahaminya,” ungkapnya.

Selain itu, jelas Rustam, di buku ini juga berisi 182 peribahasa atau ungkapan yang dapat menjadi rujukan, data, informasi komprehensif tentang peribahasa Banjar serta masyarakat Banjar dahulu hingga sekarang.

Namun, Rustam menyarankan supaya buku ini lebih bagus bila dibuat glosarium dan indeks. Glosarium yang berisi penjelasan singkat tentang kosa-kosa kata atau ungkapan yang belum tuntas atau terjelaskan dalam isi buku ini.

Misalnya, baparigal ganap ganjil, cagat burit tundun, banyu bungul, kada jadi baras, sakit pada kayap dan lain-lainya.

Sementara Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pemko Banjarmasin, Drs M Ikhsan Alhak, MSi, sangat mengapreasi dengan diterbitkan buku berbahasa Banjar ini.

“Di buku ini ditulis sesuatu Banjar banar, ada keunikannya, ada pribahasa Banjar dan katanya dimunculkan hampir punah dan punah. Disini kekuatan buku Bahasa Banjar karya Agus Suseno ini,” tegasnya.

Namun, Ehsan juga menyarankan dalam buku yang berisi 161 tema ini disusun menurut abjad untuk mempermudah membacanya.

“Di buku ini juga bagusnya ada pengantar tokoh untuk memperkaya isi tulisan,” tegasnya.

Sementara itu, salah satu peserta diskusi, Syaiful Anwar menyarakan supaya buku cerita bahasa Banjar yang menggunakan Bahasa Banjar supaya dibaca kaum milineal atau generasi Z agar dibikin dengan cerita petualangan versi Banjar.

“Kalau penulis buku cerita dengan kisah petualangan Bahasa Banjar yang cukup menarik, pasti anak-anak dan remaja banyak tertarik membacanya. Ini secara tak langsung malajari mereka belajar Bahasa Banjar,” ucapnya.

Terlepas itu semua, dirinya sangat mengapreasi dan salut sama Agus Suseno menerbitkan buku berbahasa Banjar sangat minim sekali. (Mau/KPO-3)

Berlangganan via E-MAIL
Berlangganan via E-MAIL
Berita Menarik Lainnya

Situs ini menggunakan Cookie untuk meningkatkan Kecepatan Akses Anda. Silahkan Anda Setujui atau Abaikan saja.. TerimaSelengkapnya