Ditengah digitalisasi sejumlah sekolah memakai pmyedot untuk menekan kabut asap masuk di ruangan sekolah dan sejumlah sekolahpun menggunakan kipas angin
BANJARMASIN, KP – Hari Senin (09/09/2023) menjadi hari pertama dilakukaanya belajar tatap muka secara terbatas di PAUD, Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama di Kota Banjarmasin.
Jadwal masuk dan pulang siswa rata-rata berkurang satu jam dari pukul 08.00 hingga 12.00 WITA, dari biasanya pukul 08.00 hingga 13.00 WITA.
Namun, untuk belajar tatap muka menemui kendala, kondisi kabut asap pada Senin pagi (09/09/2023) yang kembali lebih pekat dibandingkan 2 hari sebelumnya sabtu (07/09/2023) dan minggu (08/09/2023).
Kepala Sekolah SDN Mantuil 1, Wahidah Herawati mengatakan harus menggunakan kipas angin untuk mengusir kabut asap.
“Kami tadi turunan ke sekolah, harus mengunakan kipas angin dengan kencang untuk mengusir kabut asap dari ruang kelas” kata Herawati.
Dirinya telah menyampaikan permintaan kepada pengawas sekolah untuk tidak belajar secara tatap muka karena kondisi kabut asap yang pekat.
Tidak hanya membuat murid SD batuk-batuk, namun juga guru dan kepala sekolah mengalami hal serupa dengan murid SD.
Sementara, SDN Kelayan Selatan 10 dan SMPN 8 juga melakukan belajar mengajar secara tatap muka di kondisi kabut asap yang lebih tipis.
Plt Kepsek SDN Kelayan Selatan 10, Roni mengatakan hanya melaksanakan himbauan untuk kembali belajar secara tatap muka sesuai dengan edaran dari Asisten 1 Setda Kota Banjarmasin, Machli Riyadi.
Untuk mencegah dampak kabut asap, siswa kelas 1 diminta untuk pulang pukul 10 pagi, sementara siswa kelas diatasnya boleh pulang pukul 12.00 siang.
Selain itu, siswa tetap diminta berada di dalam kelas dan memakai masket serta mengaktifkan UKS (Unit Kesehatan Sekolah)
Senada, Kepala Sekolah SMPN 8, Syaippullah mengatakan telah menjalankan sekolah secara terbatas, walaupun ada keberatan dari para guru soal efektifitas belajar mengajar.
Waktu belajar mengajar dipangkas dari biasanya 45 menit menjadi 20 menit per mata pelajaran.
Dirinya selaku kepsek, telah memerintahkan siswa untuk selalu memakai masker di dalam dan di luar ruang sekolah.
Bahkan, sekolah memberikan masker bagi siswa yang tidak memakai masker saat datang ke sekolah.
Sementara, orang tua justru terbelah dalam menentukan pilihan belajar secara tatap muka atau belajar secara jarak jauh di rumah.
Seperti orang tua siswa, Suhartini yang menginginkan cara belajar jarak jauh karena kondisi anak yang mengalami batuk akibat kabut asap.
“Tadi ulun mengantar anak ke sekolah kondisinya sakit, batuk-batuk, terpaksa ulun ne datang kembali menjemputnya,”katanya.
“Ulun khawatir pang kondisi kabut asap pina makin pekat, kalo kawa bisa belajar secara PJJ kaya tanggal 4 sampai 7 Oktober tadi” kata Suhartini.
Sementara, Orang tua siswa, Musrikah justru meminta tetap dilakukan belajar mengajar secara tatap muka karena sulit melakukan pengawasan belajar mengajar di rumah.Selain itu, anaknya tidak bersemangat kalau belajar sendiri di rumah.
“Bukannya ulun berbeda dengan yang lain, tapi ulun lebih setuju kalau belajar di sekolah, kalau belajar di rumah,ulun sulit mengajari dan mengawasi anak di rumah, banyak hauran” tutur Musrikah.(mar/K-3)