BANJARMASIN, Kalimantanpost.com –
Sasirangan merupakan kain khas Kalimantan Selatan (Kalsel) yang diproduksi oleh sebagian besar masyarakat Kota Banjarmasin, terutama di Kampung Sasirangan.
Pembuatan kain Sasirangan menggunakan pewarna sintetik, sehingga menghasilkan limbah cair yang berwarna pekat dan mengandung zat kimia berbahaya pencemar lingkungan. Limbah cair sasirangan yang dihasilkan belum ada pengolahan khusus dan langsung di buang ke badan air.
“Sebelumnya, belum terdapat pengolahan terhadap limbah cair sasirangan, sehingga limbah yang dihasilkan langsung dibuang ke badan air,” ucap Astalani, salah satu pengrajin Sasirangan di Kampung Sasirangan, Banjarmasin, Selasa (24/10/2023).
Kondisi ini membuat keresahan mengenai pencemaran air di sungai Kalsel bila tidak ditanggulangi dengan baik.
Ini juga menjadi urgensi penelitian Tim PKM Riset Eksakta yang terdiri dari Mahasiswa program studi Fakultas FMIPA dan mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik mengenai pengembangan sistem pengolahan limbah cair sasirangan dengan pemanfaatan purun tikus.
“Limbah cair sasirangan menjadi penyumbang sumber pencemar di sungai Kalsel, khususnya Banjarmasin tepatnya di Kampung Sasirangan dimana masyarakatnya merupakan pengrajin sasirangan dengan skala industri rumah tangga,” ujar Raida Salsabila, ketua
tim PKM Riset Eksakta Universitas Lambung Mangkurat (ULM).
Ditambahkannya, selama berjalannya industri tersebut, belum ada pengolahan limbah cair sasirangan yang baik dan benar serta masyarakat disana langsung membuang limbah tersebut ke kolong rumah yang langsung menuju ke sungai Martapura dan memiliki potensi besar untuk mencemari badan air,” ucapnya.
Berdasarkan pada permasalahan terhadap limbah cair sasirangan tersebut, lanjut Raida, membuat suatu inovasi, yaitu Pengembangan Sistem Pengolahan Limbah Cair Sasirangan dengan Metode Ozonisasi Menggunakan Media Filter Keramik Komposit Berbasis Purun Tikus.
“Purun tikus kami pilih untuk dijadikan suatu objek dalam penelitian ini karena potensinya dalam mengurangi parameter pencemar yang terkandung di dalam limbah cair sasirangan sangat siginifikan,” jelasnya.
Menurut Raida, purun tikus dikombinasikan dengan keramik untuk dijadikan sebagai adsorben serta diletakkan sebagai material penyusun di filtrasi.
“Metode ozonisasi kami lakukan untuk menurunkan parameter warna serta mampu untuk menurunkan pH dari yang semula basa menjadi pH netral. Ozonisasi kami lakukan variasi juga terhadap waktu penggunaannya yaitu selama 30 menit dan 60 menit,” paparnya.
Dia menambahkan, penggabungan dari material serta metode tersebut terbukti efektif untuk menurunkan parameter pencemar seperti padatan tersuspensi dengan efisiensi setelah filtrasi sebesar 64 persem, setelah sedimentasi dan adsorbsi sebesar 75 persen, setelah ozonisasi selama 30 menit sebesar 80 persen dan ozonisasi selama 60 menit 90 persen.
“Hasil efisiensi tersebut menjadi indikator kami, penurunan yang siginifikan terhadap parameter pencemar dapat membuktikan bahwasannya penggunaan purun tikus yang dijadikan media filter dan keramik komposit serta dengan adanya metode ozonisasi dapat menurunkan beberapa parameter hanya dengan pengolahan yang sederhana dan dapat dengan mudah untuk dibuat,” pungkasnya. (ful/KPO-3)