Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Space Iklan
OLAHRAGA

Sejarah Kelam Bulutangkis Indonesia, Tak Bawa Pulang Medali Asian Games

×

Sejarah Kelam Bulutangkis Indonesia, Tak Bawa Pulang Medali Asian Games

Sebarkan artikel ini
IMG 20231006 WA0001
Perolehan medali Indonesia di Asian Games sejak keikutsertaan tahun 1962 sampai sekarang. (Kalimantanpost.com/Instagram pb.ina)

BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Sejarah kelam melanda tim bulutangkis Indonesia di Asian Games 2022 Huangzhou, China. Sejak keikutsertaan Indonesia di Asian Games 1962, ini baru kali pertama tim Merah Putih membawa pulang satu medali pun.

Di Asian Games tahun 2018 lalu, Indonesia mendulang 2 medali emas, 2 perak dan perunggu, sedangkan Asian Games 2014, merebut 2 emas, 1 perak dan 1 perunggu.

Iklan

Memang, badminton pernah puasa medali emas di Asian Games tahun 1986, tapi masih bisa meraih 4 perunggu. Begitu juga di Asian Games 1990 hanya meraup 2 perak dan 6 perunggu.

Padahal di Asian Games Huangzhou China, bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang digadang-gadang mampu mendulang medali emas.

Selain tradisi meraih medali, tim badminton turun dengan kekuatan penuh. Di nomor tunggal putra ada Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie, di tunggal putri diperkuat Gregoria Mariska Tunjung dan Putri Kusuma Wardani.

Di ganda putra ada pemain nomor satu dunia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti. Khusus ganda putri, gagal meraih medali karena Apri mengalami cedera dan memutuskan mundur di babak 16 besar.

Namun, kenyataannya gagal total. Kepastian bulutangkis Indonesia tak membawa pulang medali, setelah tunggal putri Indonesia Gregoria Mariska Tunjung secara mengejutkan ditumbangkan wakil Jepang Aya Ohori dua set langsung, 10-21, 19-21 dalam babak perempat final, Kamis (5/10/2023) malam.

Sebelumnya, ganda putra nomor satu dunia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga menderita kekalahan dari wakil China Taipei Lee Yang/Wang Chi-Lin, 19-21, 18-21.

Begitu juga di tunggal putra yang menempati peringkat dua dunia, Anthony Sinisuka Ginting juga kalah dari wakil China Li Shi Feng dua gim langsung dengan skor 13-21, 17-21.

Baca Juga :  Presiden Jokowi Jengkel Kemenangan di Depan Mata Indonesia Atas Bahrain Sirna

Lebih memalukan lagi dibuat Jonatan Christie. Tak hanya gagal mempertahankan medali emasnya di Asian Games, dirinya langsung tersingkir di laga perdana nomor perorangan, pada Selasa (3/10/2023). Jonatan ditaklukkan Chou Tien Chen di babak kedua Asian Games 2023, setelah pada babak sebelumnya mendapat bye. Unggulan kedelapan itu kemudian kalah dari wakil Taiwan itu dua gim langsung 17-21, 17-21.

Hasil buruk yang diraih tim bulutangkis Indonesia membuat pecinta bulutangkis Indonesia kecewa berat dan meminta Reshuffle kepemgurusan PBSI.

“Sedih, kecewa. Ada apa dengan badminton Indonesia. Please kevin markus ayo bangkit,” tulis kastinibo di instagram pb.ina

Lalu, naylanash_ menambahkan :”ganti kepengurusan pbsi.”

“Nangis online berjemaah,” tulis mamamialoves.

Ada lagi permintaan ma_si1919: “Revolusi PBSI.”

Permintan reshuffle pengurus PBSI cukup wajar, karena tak hanya di Asia Games Huangzhou, di beberapa turnamen bulutangkis, pemain Indonesia ‘loyo’, tak bersemangat hingga gugur di babak awal.

Secara peringkat, Fajar/Rian nomor satu dunia, Ginting nomor dua tunggal putra dunia dan Jonatan juga berada di 6 besar dunia, namun secara permainan penampilan tidak menunjukkan sebagai pemain papan atas dunia.

Tidak ada fighting spirit di lapangan, fisik kedodoran dan tampil monoton dan tanpa variasi serangan hingga mudah dibaca lawan. Akibatnya, di babak awal langsung tumbang.

Hanya Gregoria yang punya tampil fight di lapangan, walau pun mengalami cedera tetap ngotot.

Hasil buruk di Asian Games ini bisa diambil hikmahnya, perlunya evaluasi menyeluruh mulai dari pemain, pelatih, sistem pelatihan maupun pengurus PBSI.

Tak perlu malu mendatangkan pelatih luar seperti China, supaya pebulutangkis Indonesia manja dalam latihan. Persaingan bulutangkis sangat ketat, tak lagi berlatih apa adanya, sehingga saat bermain dalam reli-reli panjang dan tempo tinggi kehabisan bensin.

Baca Juga :  Liga 1 - Misi Barito Putera Bangkit Setelah Jeda Internasional

Pengurus, pelatih dan pemain jangan alergi dikritik mantan pebulutangkis jika ingin badminton Indonesia berjaya.

Langkah selanjutnya, perlu pemotongan generasi, dengan mengeluarkan pebulutangkis yang dianggap mentok, walau pun punya peringkat di dunia dan diganti pemain muda. Apabila tak ada terobosan-terobosan dilakukan, badminton Indonesia semakin terpuruk dan tertinggal sama negara tetangga, Thailand, Malaysia apalagi sama China, India, Jepang dan Korea Selatan. (Syaiful Anwar/KPO-3)

Iklan
Space Iklan
Iklan
Ucapan