BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Kekhawatiran tim futsal Indonesia tak.lolos ke Piala Asia Futsal 2024 Thailand menjadi kenyataan. Tim Merah Putih secara menyakitkan ditumbangkan Arab Saudi 2-3 dalam pertandingan terakhir Grup B di Green Hall, Dammam, Arab Saudi, Kamis (12/10/2023) dinihari.
Akibat kekalahan itu, Indonesia hanya menempati posisi ketiga Grup B dengan poin 4 dari sekali menang, satu kali seri dan sekali kalah.
Arab Saudi memastikan diri lolos keputaran Piala Asia Futsal 2024 mendampingi Afganistan dengan poin 6 dari 2 kali menang dan satu kali kalah, sedangkan Afganistan sebagai pamuncak Grup B dengan poin 7 dari 2 kali menang dan sekali seri.
Di partai terakhir Grup B, Rabu malam, Afganistan membantai Makau 18-2.
Dipertandingan melawan Arab Saudi, Indonesia tak memasang kiper Muhammad Albagir sebagai kiper dan Syauqi Saud Lubis yang mendapat kartu merah. Begitu juga pelatih Marcos Sorato tak bisa mendampingi di pinggir lapangan, karena mendapat kartu merah saat melawan Afganistan.
Sebagai starter, timnas Indonesia menurunkan Ahmad Habibie, Dewa Rizki Amanda, Samuel Eko, Rio Pangestu dan Ardiansyah.
Sama seperti melawan Afganistan, organisasi pertahanan tim futsal Indonesia begitu buruk, sehingga kebobolan tiga gol dalam tiga menit.
Ini terbukti di babak pertama kecolongan tiga gol melalui serangan balik cepat Arab Saudi melalui Fares Fahad di menit 16 lewat tendangan keras yang gagal dihalau kiper Ahmad Habibie.
Berselang satu menit kemudian, lewat skema serangan balik cepat, Fares Sahad membawa bola ke sisi kanan dan meneruskan ke Moath Mohammed yang mampu menuntaskannya dengan gol.
Nawaf Mubarak melengkapi gol ketiga di menit 18 setelah menerima umpan Nasser Zayed.
Indonesia berusaha memperkecil ketinggalan selama dua menit tersisa, namun hingga babak pertama usai, tetap tak bisa membalas.
Memasuki babak kedua, Indonesia akhirnya memperkecil ketinggalan menjadi.1-3 melalui Ardiansyah Runtubol pada menit ke-24..
Firman Ardiansyah menambah gol di menit 32 memanfaatkan bol di depan gawang Arab Saudi.
Upaya Indonesia mengejar ketertinggalan menjadi buyar saat Samuel Eko mendapatkan kartu merah setelah melanggar Nasser Zayed di menit.
Hingga babak kedua berakhir, Indonesia kalah 2-3 atas Arab Saudi.
Kegagalan Indonesia lolos keputaran final futsal Piala Asia 2024 merupakan mimpi buruk dan suatu ‘kemunduran’ setelah ditangani pelatih asal Brazil, Marcos Sorato.
Walau pun pelatih ini punya jam terbang cukup tinggi serta punya reputasi sangat bagus sebagai pemain dan pelatih, termasuk meraih gelar juara liga futsal di Spanyol dan Brasil serta membawa Timnas Brazil meraih Piala Dunia Futsal 2008 dan 2012, tapi bukan garansi bisa membawa timnas Indonesia tampil lebih baik.
Federasi Futsal Indonesia (FFI) yang merekrut Marcos Sorato bulan Agustus 2023 merubah gaya permainan tim futsal Indonesia yang tadinya memiliki zona marking ketat, kerjasama dan kekompakan tim di lapangan, disiplin dalam bertahan maupun menyerang yang telah ditanamkan dua pelatih sebelumnya, Kensuke Takahashi asal Jepang selama 3 tahun dengan memotong satu generasi, merekrut pemain muda. Begitu juga pelatih asal Iran Mohammad Hashemzadeh melakukan hal yang sama selama setahun selama menjadi pelatih futsal Indonesia.
Penggantinya, Marcos Sorato berusaha dalam tempo dua bulan ingin merubah gaya permainan ala Brazil, mengandalkan skill individu. Akibatnya, permainan gaya ini membuat rapuhnya pertahanan futsal Indonesia terlihat saat ketinggalan 2-6 sebelum akhirnya menyamakan kedudukan 7-7.
Marcos Sorato juga masih belum memahami karakter dan temperamental pemain Indonesia yang mudah terpancing emosinya. Ini terbukti di dua pertandingan mendapat kartu merah, Sauki dan Samuel Eko serta sang pelatih sendiri yang akhirnya merugikan tim.
Berbeda dengan pelatih sebelumnya, baik.Kensuke Takahashi dan Mohammad Hashemzadeh mempelajari karakter dan budaya Indonesia, sehingga bisa beradaptasi dengan pemain.
Misalnya, Mohammad Hashemzadeh mengetahui Evan Soumilena berasal dari Indonesia Timur dan punya skill bagus tapi cepat emosi, didekatinya dengan menjadikamma sebagai kapten tim, sebagai starter dan bila emosinya muncul langsung ditarik. Hasilnya, Evan menjadi mesin gol futsal Indonesia.
Selain itu, kedua pelatih asal Jepang dan Iran ini mengetahui pemain Indonesia kurang disiplin, sehingga pondasi disiplin ini ditanamkan di dalam maupun luar lapangan.
Lalu, kepercayaan diri para pemain pun dibangun kedua pelatih ini supaya tak minder terhadapi lawan bagus seperti Jepang dan Iran.
Hasilnya, tim futsal Indonesia mampu bersaing di Asia, bahkan bisa menembus peringkat lima besar Asia. Pecinta futsal Merah Putih sudah punya mimpi mengukir sejarah lolos ke Piala Dunia seperti Thailand.
Namun, Federasi Futsal Indonesia yang suka gonta ganti pelatih membuat buyar pondasi permainan Indonesia menjadi ke gaya lama.
Diharapkan pelatih Marcos Aurelio Sorato Zapelini mendapat pelajaran berharga di Piala Asia untuk berbenah, tak hanya mengandalkan skill individu pemain, tapi karakter, psikologi dan budaya Indonesia sehingga tim futsal bisa bangkit kembali. (Syaiful Anwar/KPO-3)