Ustadz DR Syafiq Riza Basalamah.LC.MA
Iman seorang hamba tidaklah berada dalam satu keadaan. Ia akan beralih, seiring dengan ketaatan dan kemaksiatan yang mendominasinya. Jika ia menyibukkan diri dengan ketaatan, maka imannya akan kian bertambah. Jika ia menjatuhkan diri dalam kubang maksiat, maka tak ayal imannya akan jatuh bahkan bisa jadi tanpa tersisa.
Saat Iman Kita Turun
Melakukan perenungan adalah salah satu cara untuk meningkatkan keimanan kita. Renungan biasanya dilakukan dengan memikirkan segala ciptaan-Nya, termasuk kenapa dan untuk apa kita diciptakan di dunia ini.
Akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah Yang Benar Tentang Iman
Ahlussunnah adalah kelompok Islam yang pertengahan dalam menyikapi segala sesuatu, termasuk dalam perkara keimanan. Berbeda dengan kelompok khawarij yang memahami bahwa ketika seorang hamba melakukan dosa besar, maka imannya terhapus sepenuhnya dalam dada. Pun dengan kelompok mutazilah yang memahami iman sebagai sesuatu yang tidak bisa berkurang, bahkan separah apapun kemaksiatan yang dilakukan pemiliknya.
Sufyan Ats Tsaury rahimahullahu mengatakan,
“Iman itu bertambah dan berkurang.” (Al Ibaanah karya Ibnu Batthah 1/852).
Tauhid Adalah Ketaatan Paling Tinggi
Allah azza wajalla memerintahkan seorang hamba untuk bertauhid, sebagaimana firman-Nya (yang artinya),
“Tidaklah Aku (Allah) menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat : 56).
Ibadah yang paling tinggi kedudukannya adalah mengesakan Allah azza wajalla dalam hal peribadahan.
Termasuk dari iman adalah rasa harap kepada Allah, berharap pahala dari amalan kita, berharap surga, berharap wajah Allah.. karena rasa harap adalah wujud mengakunya kita atas kelemahan kita, dan hanya kepada Allah lah kita berharap, bukan kepada selain-Nya
Kesyirikan Adalah Penoda Keimanan
Menyekutukan Allah dalam hal peribadahan, baik syirik kecil atau syirik besar, memiliki konsekuensi menodai keimanan seseorang. Baik secara keseluruhan (keluar dari Islam) sebagaimana syirik besar atau sebagian (tidak mengeluarkan pelaku dari islam) sebagaimana syirik kecil.
Allah azza wajalla berfirman (yang artinya),
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisaa’ : 48).
Sumber :
Disusun & Dipublikasikan Oleh Tim Ilmiah Elfadis
Kajian Ketika Iman Turun
Jum’at, 3 Jumada al Ula 1442 H / 18 Desember 2020