Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

IMAN NAIK DAN TURUN

×

IMAN NAIK DAN TURUN

Sebarkan artikel ini
1 ustadz Dr Syafiq Riza Basalamah LC MA

Ustadz DR Syafiq Riza Basalamah.LC.MA

Iman seorang hamba tidaklah berada dalam satu keadaan. Ia akan beralih, seiring dengan ketaatan dan kemaksiatan yang mendominasinya. Jika ia menyibukkan diri dengan ketaatan, maka imannya akan kian bertambah. Jika ia menjatuhkan diri dalam kubang maksiat, maka tak ayal imannya akan jatuh bahkan bisa jadi tanpa tersisa.

Kalimantan Post

Saat Iman Kita Turun
Melakukan perenungan adalah salah satu cara untuk meningkatkan keimanan kita. Renungan biasanya dilakukan dengan memikirkan segala ciptaan-Nya, termasuk kenapa dan untuk apa kita diciptakan di dunia ini.

Akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah Yang Benar Tentang Iman
    Ahlussunnah adalah kelompok Islam yang pertengahan dalam menyikapi segala sesuatu, termasuk dalam perkara keimanan. Berbeda dengan kelompok khawarij yang memahami bahwa ketika seorang hamba melakukan dosa besar, maka imannya terhapus sepenuhnya dalam dada. Pun dengan kelompok mutazilah yang memahami iman sebagai sesuatu yang tidak bisa berkurang, bahkan separah apapun kemaksiatan yang dilakukan pemiliknya.
    Sufyan Ats Tsaury rahimahullahu mengatakan,
“Iman itu bertambah dan berkurang.” (Al Ibaanah karya Ibnu Batthah 1/852).

Tauhid Adalah Ketaatan Paling Tinggi
    Allah azza wajalla memerintahkan seorang hamba untuk bertauhid, sebagaimana firman-Nya (yang artinya),
“Tidaklah Aku (Allah) menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat : 56).
    Ibadah yang paling tinggi kedudukannya adalah mengesakan Allah azza wajalla dalam hal peribadahan.

Termasuk dari iman adalah rasa harap kepada Allah, berharap pahala dari amalan kita, berharap surga, berharap wajah Allah.. karena rasa harap adalah wujud mengakunya kita atas kelemahan kita, dan hanya kepada Allah lah kita berharap, bukan kepada selain-Nya

Kesyirikan Adalah Penoda Keimanan
    Menyekutukan Allah dalam hal peribadahan, baik syirik kecil atau syirik besar, memiliki konsekuensi menodai keimanan seseorang. Baik secara keseluruhan (keluar dari Islam) sebagaimana syirik besar atau sebagian (tidak mengeluarkan pelaku dari islam) sebagaimana syirik kecil.
    Allah azza wajalla berfirman (yang artinya),
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisaa’ : 48).

Baca Juga :  Menjaga Akal Sehat Demokrasi: Kiprah Strategis PKB dalam Politik Nasional

Sumber :
Disusun & Dipublikasikan Oleh Tim Ilmiah Elfadis
Kajian Ketika Iman Turun
Jum’at, 3 Jumada al Ula 1442 H / 18 Desember 2020

Iklan
Iklan