Banjarmasin, Kalimantanpost.com – Semenjak diresmikan di penghujung tahun 2021 lalu, dan membuka store di Jalan Gatot Subroto, Intalu, pakaian asli buatan anak banua ini terus eksis
memproduksi kebutuhan fashion dengan menonjolkan kekhasannya tersendiri.
Nama Intalu, ujar sang owner, Achmad Bayu Chandrabuwono, mengandung filosofi sesuatu yang tumbuh dari dalam dan memiliki kekuatan untuk keluar dari cangkangnya dan kemudian semakin bertumbuh.
“Kami menggunakan brand dengan nama Intalu, merupakan bahasa Banjar yang artinya Telur, dan sering kita konsumsi sehari-sehari. Tujuannya agar mudah diingat saja dan membrandingnya. Contohnya seperti merk Apple, nama buah tapi yang dijual adalah produk smart phone,” jelas Bayu, sapaan karibnya, Minggu (5/11/2023).
Selain itu, menurutnya, filosofi dari intalu atau telur sendiri, apabila dipecahkan dengan kekuatan dari dalam maka akan lahir anak ayam atau bebek. Kemudian menjadi dewasa, dan bertelur lagi, begitu seterusnya.
“Artinya terus berkembang. Semoga perusahaan ini juga bisa terus berkembang seperti filosofi intalu tersebut,” ujar Bayu.
Sebelum memulai usahanya saat ini, Bayu mengaku pernah merintis jualan baju dari event ke event. Bahkan, sewaktu kuliah di Jogja juga pernah jualan kerudung.
Dia juga terinspirasi dari banyaknya brand lokal yang tumbuh dan berkembang saat dirinya kuliah di Jogjakarta. Salah satunya adalah merk Dagadu yang cukup ikonik dengan Kota Jogja dan kerap dijadikan sebagai oleh-oleh khas dari Kota Pelajar tersebut.
“Selain Dagadu di Jogja, di Surabaya ada Cakcuk, dan di Padang ada Tangkelek untuk dijadikan oleh-oleh. Bahkan menjadi trend di kalangan anak muda di sana. Nah, berdasarkan sedikit pengalaman dan pengamatan di sana, saya melihat peluang itu,” bebernya.
Produk Intalu, kata Bayu memiliki desain kekinian dengan menggunakan kata-kata dalam bahasa Banjar dan berbagai keunikan tentang budaya di daerah.
Target konsumennya menyasar semua kalangan, karena produk Intalu tersedia untuk anak-anak hingga orang dewasa. Seperti baju, sendal, topi hingga tote bag (tas) dengan harga kompetitif, mulai dari Rp 75 ribuan.
“Saya bangga sekali dengan budaya dan segala keunikan yang ada di banua ini, yang bisa kita jual ke luar daerah bahkan ke luar negeri. Dan saya yakin kita orang banua hebat-hebat dalam berkreativitas,” katanya.
“Semoga nanti terwujud impian saya bisa buka konveksi sendiri di Banjarmasin dan membuka lapangan kerja. Sekaligus membantu melestarikan budaya daerah kita dengan media baju dan produk Intalu lainnya,” tuntas Bayu. (Opq/KPO-1)