Oleh : ANDI NURDIN LAMUDIN
Dalam buku berjudul “Hikmah Berpikir”, karya Imam Al Ghazali serta diulas Hanafi Anwar, dijelaskan jika berpikir itu ada cabang-cabangnya. Menurutnya, jika berpikir itu tidak lepas empat bagian, yaitu : 1). Mengenai hal ketaatan; 2). Mengenai hal kemaksiatan; 3). Mengenai sifat-sifat yang merusakkan; 4). Mengenai sifat-sifat yang menyelamatkan. Mengenai ketaatan, untuk pertama kalinya digunakan untuk meneliti kewajiban-kewajiban yang sudah ditentukan atas dirinya, apakah semua perbuatan-perbuatan itu sudah sesuai dengan apa yang ditentukan dalam agama Islam. Perlu dipikirkan adalah, apakah perbuatan-perbuatan itu ada hubungannya dengan anggota-anggota tubuh pada tubuh manusia. Dengan demikian, apakah sudah sesuai dengan yang dikehendaki agama Islam, serta merupakan hal yang dicintaiNya?
Dalam hal yang berhubungan dengan kemaksiatan, seyogyanya setiap manusia mulai sejak terbitnya mataharisampai terbenamnya memeriksa seluruh anggotanya yang tujuh, yaitu mata, telinga, lisan, kemaluan, perut serta tangan dan kaki. Kemudian apakah pada saat itu dalam kondisi masih tidak di dalam melakukan kemasiatan. Jika melakukan kemaksiatan itu kemarin, hendaklah menyesali dan meninggalkannya.
Mengenai sifat yang merusakkan, akan terlihat oleh hati nurani. Di mana sifat yang merusak adalah mulai dengan kehendak jiwa dan adanya niat yang buruk. Hawa nafsu yang berkuasa, mengalahkan pikiran suci tentang sifat-sifat Tuhan yang mungkin belum dikuasai secara baik dan benar. Maka akan menanglah hal yang bersifat kesyahwatan, kemarahan, kikir, kesombongan, ujub atau membanggakan diri sendiri, riya’ dan dengki, berprasangka buruk yang bersemayam dalam kalbu, lalai dan tertipu oleh perasaannya sendiri serta lain-lain lagi.
Sifat-sifat yang menyelamatkan di dunia dan akhirat ialah dengan banyak bertaubat jika tersesat jalan. Sabar di dalam menahan bencana, bersyukur ketika memperoleh kenikmatan, takut dan harap kerahmatan Tuhan, berzuhud di dunia ikhlas dan benar dalam ketaatan terhadap Tuhan. Mencintai serta mengagungkannya dengan ridha dengan TaqdirNya, sehingga menimbulkan rindu ingin bertemu denganNya. Semua itu tentu saja dalam hal yang bercabang itu tadi, sebenarnya mempunyai bibit yang sama untuk mengarah kepada TYME. Oleh karena itu itulah pentingnya ilmu pengetahuan tentang itu semua. Ilmu pengetahuan yang akal pikiran, serta pengalaman, yang mana terjadi dialektika pikiran yang menimbulkan rumus-rumus kepastian tentang sebuah jalan, atau jalan yang lurus.
Apalagi jika di zaman sekarang ini sudah berada ditingkat teknologi informasi, maka tentunya ajaran Al-Ghazali itu dapat terus berkembang, bahkan lebih mudah untuk disesuaikan dan kesamaan pemikiran dengan orang orang yang berada di dalam dunia maya. Rumusnya sudah jelas dan pasti, karena itu manusia hanya menjalankannya saja lagi, jika jalan itu terus diperjuangkan sampai menemukan “ilmu yakin”. Semua manusia akan menemukan “ilmu yakin”, karena semua manusia pasti akan mengalami kehancuran fisiknya. Karena itu kenalilah diri sendiri, serta kenalilah Tuhanmu.