Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Dibalik Kepentingan Event Entrepreneurship Campus

×

Dibalik Kepentingan Event Entrepreneurship Campus

Sebarkan artikel ini

Oleh: Nor Faizah Rahmi, S.Pd.I
Praktisi Pendidikan & Pemerhati Remaja

Puluhan stand meramaikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat (FEB ULM) Expo 2023 yang dilaksanakan Senin pagi. Tak hanya menjual produk UMKM, kegiatan tersebut juga memasarkan kuliner lokal. FEB Expo digelar di halaman kampus Ekonomi Bisnis Universitas Lambung Mangkurat. Selain menyediakan sedikitnya 50 stand, acara tahunan miliknya himpunan mahasiswa jurusan managemen ini juga diisi dengan live musik dan penanaman pohon bersama.

Baca Koran

Kegiatan berupa bazar ini diadakan untuk menjadi sarana implementasi teknik pemasaran dan wirausaha. Karenanya, stand – stand diisi dengan produk UMKM, jajanan lokal, serta jajanan kekinian. “Event ini untuk harlah 26 tahun fakultas kami, disini ada beberapa jajanan, dari mahasiswa yang berwirausaha,” ujar Muhammad Soeb Alfian, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Juruan Manajemen FEB ULM.

“Ini untuk mendidik mahasiswa berwirausaha, prodi kita Ekonomi unggulan kita wirausaha, kedepannya kalau dia lulus bisa mereka jadi pengusaha,” kata Muhammad Saleh, Wakil Dekan III FEB ULM Banjarmasin. Expo ini sendiri bentuk penyaluran kreatifitas mahasiswa yang akan berlangsung hingga Sabtu mendatang.

Kegiatan berwirausaha menjadi salah satu alternatif yang banyak dilakukan oleh para mahasiswa. Kondisi ekonomi yang sulit juga menjadi salah satu faktor yang memaksa mahasiswa harus bisa survive menghidupi dirinya sendiri, tanpa harus mengandalkan orang lain atau berharap bantuan kepada negara. Kewirausahaan menjadi aktivitas yang dianggap sebagai solusi untuk hal ini.

Transformasi kampus agar menjadi entrepreneurship campus/university kian diaruskan di tengah ancaman resesi ekonomi. Kampus difokuskan untuk memiliki
paradigma wirausaha dan harus mampu membangun ekosistem kewirausahaan yang melekat dalam praktik bisnisnya sehari-hari. Upaya untuk mewujudkan hal tersebut memperoleh dukungan penuh dari Pemerintah RI melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan adanya
program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Prof. Ir. Nizam, MSc, DIC, Ph.D mengatakan bahwa melalui program ini, perguruan tinggi dituntut untuk mempersiapkan kompetensi mahasiswanya, di antaranya adalah untuk menjadi wirausahawan. Salah satu program MBKM adalah memberikan hak kepada mahasiswa
untuk belajar di luar program studinya selama tiga semester. Selama kurun waktu tersebut, mahasiswa boleh memilih serangkaian aktivitas.

Prof Ismunandar selaku Plt Deputi Penguatan Riset dan Pengembangan serta Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) menyampaikan bahwa Indonesia baru bisa menjadi negara maju kalau jumlah pengusahanya terus bertambah.

“Saat ini baru sekitar 3 persen dari seluruh penduduk Indonesia yang menjadi pengusaha. Jumlah ini masih terlalu sedikit. Amerika Serikat dan Jepang menjadi negara maju karena lebih dari 10% penduduknya yang berwirausaha. Untuk itu Kemenristek/BRIN mendorong kampus-kampus agar mampu mencetak lebih banyak lagi pengusaha baru. Kampus perlu membangun ekosistem kewirausahaan,” ujar Prof. Ismunandar.

Baca Juga :  Ekologi Emosional, Ketika Merawat Bumi Sama dengan Merawat Diri Sendiri

Menurut laporan Global Entrepreneurship Index 2018 yang dirilis oleh The Global Entrepreneurship Development Institute (GEDI), Indonesia masih menempati peringkat ke-94 dari 137 negara. Laporan GEI ini membahas keterkaitan antara kewirausahaan, pembangunan ekonomi dan kesejahteraan. Menurut GEDI, kewirausahaan berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja yang akan mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perekonomian negara yang terus bertumbuh akan berkontribusi pada terciptanya masyarakat madani dan sejahtera, serta stabilitas di negara tersebut.

Laporan GEI 2018 juga memasukkan data tentang Human Capital Score. Merujuk laporan tersebut, Human Capital Score Indonesia juga masih terbilang rendah, yakni 16 persen. Bandingkan dengan Thailand yang Human Capital Score-nya 49 persen, Malaysia (63 persen), atau AS (100 persen). Rektor President University Prof Dr Jony Oktavian Haryanto mengatakan bahwa jika Indonesia ingin menjadi negara maju, ataupun sejajar dengan negara-negara, seperti AS, Inggris, atau Jerman, kita harus mampu menjadikan perguruan tinggi sebagai kawah candradimuka untuk mencetak lahirnya pengusaha-pengusaha baru. Untuk sampai ke sana, banyak hal yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi.

“Kami di President University bahkan sampai merombak kurikulum dengan memasukkan mata kuliah Entrepreneurship. Kami juga mendirikan inkubator bisnis, menggandeng para praktisi bisnis untuk menjadi mentor dan investor bagi bisnis-bisnis yang dirintis oleh mahasiswa,” paparnya. (kemdikbud[dot]go[dot]id).

Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) menjadi program prioritas Dikti yang pelaksanaannya didelegasikan kepada perguruan tinggi. Mahasiswa (secara individu atau kelompok) yang mempunyai minat dan bakat kewirausahaan dipacu untuk memulai berwirausaha dengan basis IPTEKS (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni) yang sedang dipelajarinya. Wirausaha Merdeka merupakan program yang diinisiasi oleh Kemendikbudristek spesial bagi para mahasiswa yang antusias terhadap dunia wirausaha.

Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat mengikuti Program Wirausaha Unggulan dari Perguruan Tinggi lainnya (https://wirausahamerdeka.id/).

Mahasiswa dengan orientasi kewirausahaan (entrepreneurial orientation) akan memiliki sikap proaktif, inovatif, dan berani mengambil risiko. Sikap seperti ini pada dasarnya baik dan positif, hanya saja, jika orientasi mahasiswa kemudian bergeser dari sisi keilmuan dan intelektualitasnya menjadi fokus ke arah ekonomi dan bisnis semata, ini yang harus diwaspadai.

Contohnya, ketika mahasiswa harus mengejar target bisnisnya agar berjalan sukses dengan tuntutan kinerja yang tidak selalu berjalan mulus dan stressing yang lumayan membutuhkan perhatian. Di waktu yang sama, mahasiswa harus menyelesaikan berbagai tugas kuliah yang banyak dan padat. Jika mahasiswa belum siap mental dengan kondisi ini, tidak mampu memanajemen waktu, pikiran dan tenaganya dengan baik, maka justru akan mengganggu perkuliahan.

Baca Juga :  Meningkatnya Penggunaan Gadget di Kalangan Siswa MI Nurul Hasanah Kecamatan Cempaka: Waspadai Dampak Jangka Panjang

Kita harus selalu ingat bahwa di dalam konteks cara berpikir kapitalisme, mahasiswa dengan orientasi kewirausahaan hanya dijadikan sebagai elemen kecil roda produksi yang harus senantiasa berputar mengikuti tuntutan pasar. Mahasiswa digiring untuk mengikuti cara berpikir kapitalisme yang hanya fokus pada bagaimana mendapatkan keuntungan materi (money oriented) dengan segala cara, tidak lebih. Selain itu, sikap proaktif, inovatif, dan berani mahasiswa dalam mengambil risiko harus dibarengi dengan penanaman paradigma yang tidak hanya mengejar keuntungan.

Namun, dilandasi dengan dorongan keimanan dan keyakinan bahwa semua perbuatan manusia akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Mahasiswa tidak hanya harus melek IPTEKS tetapi juga Imtak (iman dan takwa). Fungsi mahasiswa sebagai agent of change (agen perubahan) bangsa yang kritis terhadap berbagai fenomena sosial dan politik juga seharusnya tidak melemah. Semangat membangun peradaban yang lebih baik dari peradaban sekuler-kapitalistik saat ini harus terus berkobar.

Sayangnya, paradigma kritis mahasiswa ini makin lama tampak makin bergeser. Mahasiswa lebih fokus dan disibukkan dengan urusan pribadi dan akademis saja,
makin tidak peduli dengan permasalahan bangsa dan umat.

Islam menempatkan kaum intelektual pada posisi strategis dalam membangun kehidupan masyarakat dan peradaban. Mahasiswa sebagai salah satu kaum intelektual memiliki kedudukan penting dalam masyarakat. Mahasiswa sebagai pemuda dengan fisik kuat, semangat tinggi, keingintahuan yang besar sangat besar perannya dalam menentukan kualitas masyarakat. sejarah mencatat, kejayaan atau kemunduran sebuah peradaban juga ditentukan oleh seberapa hebat generasi mudanya.

Mahasiswa harus menyiapkan diri sebagai calon pemimpin di masa depan. Mahasiswa harus memiliki wawasan yang luas, bertakwa, dan memiliki kemampuan memimpin yang baik. Di masa kepemimpinan pemerintahannya Islam memiliki banyak pemuda Islam tangguh seperti Ibnu Abbas ra, Zaid bin Tsabit ra, Amr bin Salamah ra, Abdullah bin Amr bin Ash ra, Ibnu Mas’ud ra, Rafi’ bin Khadij ra, Umair bin Abi Waqqash ra, Jabir bin Abdullah ra, dan lainnya. mereka para pemuda cerdas, pembelajar, pemberani dan berorientasi pada akhirat.

Oleh karena itu, sebagai generasi muslim penerus peradaban, sudah seharusnya mahasiswa membentuk diri dengan kepribadian Islam (syakhsiyah Islam) yang tidak hanya fokus pembentukan pola pikir Islami, tetapi juga pola sikap yang baik (akhlak dan adab). Mahasiswa harus meningkatkan pemahaman Islam kafah yang rahmatan lil ‘alamin sehingga tidak mispersepsi terhadap ajaran Islam. Islam sejatinya adalah agama sekaligus pandangan hidup yang bisa diterapkan di semua lini kehidupan dan menjadi solusi bagi beraneka ragam persoalan bangsa yang sedang kita hadapi bersama.

Iklan
Iklan