Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Space Iklan

Space Iklan
Kabar BanuaTapin

Lestarikan “Manugal Banih Patawungan” Dayak Meratus di Tapin

×

Lestarikan “Manugal Banih Patawungan” Dayak Meratus di Tapin

Sebarkan artikel ini
IMG 20231224 WA0008 e1703388510254
Masyarakat Dayak Meratus Tapin memainkan musik "kurung-kurung" sebagai salah satu proses ritual tradisi "Manugal Banih Patawungan" di Desa Harakit, Sabtu (23/12/2023). (Kalimantanpost.com/Antara)
Space Iklan

TAPIN, Kalimantanpost.com –
Tradisi masyarakat Dayak Meratus Kecamatan Piani, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, menanam benih padi dan tanaman lain atau Manugal Banih Patawungan” akan dilestarikan pemerintah setempat. Pasalnya, tradisi ini memiliki potensi untuk menarik wisatawan.

“Manugal Banih Patawungan ini harus terus dilestarikan, ini masuk kategori wisata budaya,” ujar Penjabat Bupati Tapin Syarifuddin di Desa Harakit, Kabupaten Tapin, Sabtu (23/12/2023).

GBK

Syarifuddin menilai warisan budaya masyarakat Dayak ini sangat menjual dan bisa menjadi salah satu magnet untuk menarik wisatawan berkunjung ke Kecamatan Piani Kabupaten Tapin.

“Di mana ini sudah turun temurun dilaksanakan oleh masyarakat Dayak Meratus di Tapin,” tutur Syarifuddin.

Tokoh Dayak Meratus Tapin Pangbalum atau Rusdiansyah mengatakan Manugal Banih Patawungan memiliki arti menanam benih padi dan tanaman lain di satu lahan dengan cara gotong royong.

“Hasil panen nanti akan digunakan untuk pelaksanaan Aruh Ganal (ritual syukur panen besar),” ungkapnya.

Pangbalum mengungkapkan ritual Manugal Banih Patawungan untuk menolak bala hingga menyampaikan doa kepada Tuhan Sang Pencipta agar melimpahkan hasil panen dan berkah untuk masyarakat.

Keunikan acara Manugal Banih Patawungan, yakni adanya iringan musik “kurung-kurung” dengan alat musik terbuat dari bambu khusus dengan panjang lebih lima meter yang dibentuk sedemikian rupa.

Di Kecamatan Piani, terdapat delapan desa dihuni masyarakat adat yang kompak berpartisipasi untuk meramaikan atau menanam benih di lahan tersebut.

Dilihat secara seksama, peran kelompok laki-laki membuat lubang menggunakan tugal atau tongkat kayu, sedangkan kaum perempuan menyemai benih ke dalam lubang saat proses menanam.

Pada lahan seluas satu hektar lebih itu, aktivitas bercocok tanam dilakukan dengan waktu yang singkat karena melibatkan puluhan masyarakat. (Ant/KPO-3)

Baca Juga :  Pj Bupati Hadiri RUPS Luar Biasa Penggabungan BPR Batola Ke BPR Tapin

Iklan
Iklan
Ucapan