Sampah halangi arus lalu lintas, jajaran PUPR Kota Banjarmasin malah kompak menghilang ?.
BANJARMASIN Kalimantanpost.com – Bikin malu dipandang mata serta selalu dikeluhkan warga adanya tumpukan “pampangan” atau sampah di bawah Jembatan Pasar Lama (Jembatan 9 November), yang beraksesoris Rp11 M (Miliar), ini lambat gerakannya mengaatasi.
Hingga tumpukan, sudah ada beberapa hari menghalangi arus lalu lintas sungai Pantauan, hingga pukul 16.00 WITA, tumpukan sampah dari banjir di Hulu Sungai Martapura (pampangan) masih menumpuk dan belum ada penanganan dari PUPR atau Pasukan Turbo, untuk memecah pampangan hingga bisa dilewati kendaraan sungai.
Dari keterangan warga Seberang Mesjid, Rudi, tumpukan sampah yang bercampur dengan material kayu dan enceng gondok telah menutup arus lalu lintas sungai atau kelotok (perahu bermesin) sejak Jumat (12/1) lalu.
Kelotok yang ingin melintas harus mematikan mesin dan melewati jalur pinggir sungai secara berhati-hati dan perlahan hingga meminggirkan tumpukan itu dulu dengan batangan bambu.
Celah jalur air ini disebutnya sangat sempit dan baru bisa dipergunakan saat air pasang.
Kemacetan parah kelotok yang melintas terjadi saat jelang acara puncak Haul Guru Sekumpul sekitar Sabtu dan Minggu lalu.
Saat itu, sampai puluhan kelotok yang tidak bisa melintas dan harus memutar arah melewati Sungai Barito.
Ia mempertanyakan kapal Sapu-Sapu dan petugas dari PUPR Kota Banjarmasin yang biasa cepat tanggap memecah tumpukan gulma dan sampah.
Saking kesalnya, warga berusia 59 tahun ini menyebutnya sebagai tidak berguna.
“Tidak berguna sama sekali Kapal Sapu-Sapu, mereka iharapkan untuk menarik dan memecah tumpukan sampah, malah tidak keliatan.
Biasanya kalau ada pampangan sedikit saja sudah ada petugas yang membersihkan jalur sungai, kami sebagai warga merasa terganggu karena tidak bisa beraktifitas,” kata Rudi.
Sementara, Jajaran PUPR Kota Banjarmasin kompak menghilang.
Permintaan konfirmasi dan keterangan melalui telepon dan media sosial baik dari Kepala Dinas PUPR, Kabid (Kepala Bidang) Sungai hingga kepala UPTD yang menjadi komando pasukan Turbo tidak direspon apa pun.
Sebelumnya juga soal jembatan dengan lampu sorot serta air mancur menari ini, mendapat kritikan netizen, yang dinilai mubazir dan tidak berumur panjang.
Namun Walikota Ibnu Sina menjawab bahwa penetapan nilai proyek pemasangan aksesoris sebesar Rp11 M tidak serta merta dan mengada-ngada.
“Kita tidak ngada-ngada dalam menetapkan nilai 11 milar itu, semua ada perencanaanya,” katanya.
Ibnu Sina menyebutkan nilai pemasangan aksesoris jembatan ini tergolong lebih murah dibandingkan membangun jembatan baru.
“Masih lebih murah untuk menghiasi jembatan dibandingkan untuk membangun jembatan baru,” sebutnya.
Ia menantang para pengkritik Jembatan Pasar Lama untuk mengerjakan sendiri jika bisa dengan biaya lebih murah.
“Silahkan kalau bisa menghias Jembatan Pasar Lama, dengan biaya Rp1 miliar atau lebih murah, tolong pian kerjakan,” sebutnya. (mar/K-2)