Banjarbaru, KalimantanPost.com- Sejak diresmikan pekan lalu tugu nol kilometer Kota Banjarbaru menyuguhkan berbagai makna pada setiap ornamen, sebagai simbol perjalanan panjang Ibu Kota Kalimantan Selatan.
Di depan tokoh pendiri Kota Banjarbaru seperti Dr Ir HM Yunus Djarmie dan H Abdullah, yang menjadi pambakal Loktabat pada masa itu. Wali Kota Banjarbaru, Aditya Mufti Ariffin berharap ikon baru di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) bisa mengingatkan generasi muda bagaimana penggagas dan perjuangan Banjarbaru dari yang hanya sebuah kecamatan menjadi kota administratif.
Dikatakan jika awal mula Kota Banjarbaru dimula dengan pertemuannya dengan sejumlah pihak dari Tim sembilan atau tim penggagas Panitia Penuntut Kotamadya. Dalam buku berjudul ‘Banjarbaru Menuntut Kotamadya’, yang dicetak pada tahun 1967. Yang berisi perjalanan panjang saat itu.
“Di situ lah kami melihat kemudian menggali sejarah Banjarbaru ini yang sepertinya ada benang yang tak teruraikan, ada kekusutan yang berhenti di tahun 1960-an tersebut,” jelas Hudan Nur salah satu tim Wabul Sawi.
Hudan Nur mengatakan terdapat 46 orang tim penuntut Banjarbaru sebagai ibu kota atau kotamadya di Kalsel.
Dari 46 orang tim penuntut itu pula, ia mendapatkan informasi bahwa lima orang di antaranya yang masih hidup, dan dari lima itu dua di antaranya bisa dihubungi dan ingatannya masih ada yakni Ir Dr Yunus Djarmie dan Ir Rakhmadi HT (85).
“Dari pertemuan dengan Ir Rakhmadi HT itu kita mendapat informasi ada yang namanya tim prakarsa sebelum adanya tim penuntut yang diisi oleh empat orang, salah satunya A. Fadhillah,” sambungnya.
Hal terbaru jika salah satu tim tersebut adalah ayah kandung dari almarhumah Hj Hayatun Fardah atau kakek dari Wali Kota Banjarbaru Aditya Mufti Ariffin. Dan A Fadhillah sendiri memiliki peran penting dalam memprakarsai Kota Banjarbaru sebagai Kotamadya.
Dari buku tersebut ada empat orang yang menginginkan percepatan Banjarbaru dari status kecamatan menjadi kota administratif waktu itu melaksanakan pertemuan dan titik temu itu tidak lain dilaksanakan di belakang titik nol yang telah diresmikan yaitu di kediaman KH Zafri Zamzam.
Dalam pertemuan itu pada bulan September 1964 dicetuskan secara bersama semboyan untuk membuat kota banjarbaru menjadi sebuah kota Wabul Sawi (Wani Baidabul Sanggup Manggawi)..
Menanggapi hal itu, Wali Kota Banjarbaru Aditya Mufti Ariffin mengatakan masyarakat tidak hanya tinggal namun sudah harusnya mengetahui jasa-jasa para pendiri Kota Banjarbaru.
“Di sini ada relief yang mengisahkan tentang berdirinya Banjarbaru seperti yang disampaikan sejarawan. Mudah-mudahan menjadi pengingat bagi generasi akan sejarah Kota Banjarbaru,” jelas Wali Kota Aditya.
Halnya bentuk ornamen pohon bangkal yang hanya tumbuh pada kondisi tertentu, juga digambarkan dengan makna merefleksikan Kota Banjarbaru sebagai ibu kota. (Dev/K-3)