BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Para peserta peserta Bedah buku Meratus, Izinkan Aku Jatuh Cinta yang diperakarsai Dinas Perpustakaan dan Kerasipan (Dispersip) Kalimantan Selatan begitu antusias mendengarkan pemaparan sang penulis HS Hudang yang menceritakan latar belakang memberi judul Meratus dan latar budaya suku Dayak yang diangkat.
“Saya sangat merasa penasaran dan tertarik dengan cerita di buku ini. Pas ada bedah buku, saya pun menghadirinya,” papar Farid Izzuddi disela-sela acara bedah buku peserta Peserta Bedah buku Meratus, Izinkan Aku Jatuh Cinta di aula Dispersip Kalsel, Kamis (25/1/2024).
Mahasiswa semester 7 Prodi Teknik Informatika Uniska Banjarmasin ini menambahkan dirinya cukup banyak ilmu yang didapat, terutama tentang menulis cerita.
Selain Farid, para peserta yang masih berstatus mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (ULM), UIN Antasari Banjarmasin dan pelajar ini lebih banyak menanyakan tentang teknik menulis cerita, bagaimana menumbuhkan kepercayaan diri menulis dan lain.
Juga pendongeng nasional asal Bekasi, kak Iman Surachman juga menyimak bedah buku tersebut melalui chanel youtube milik Dispersip Kalsel
HS Hudang yang memiliki nama lengkap Wirayanto Hadisucipto mengatakan bila melihat atau mendengar namanya, orang mengira dirinya orang Jawa dan hanya mengaku-aku orang Dayak Meratus.
“Saya benar-benar lahir dan besar di Pedalaman Pegunungan Meratus Hulu Sungai Tengah. Saya memang keturunan langsung orang Dayak dan kebetulan orangtua saya memberi nama seperti orang Jawa,” paparnya.
Sebagai putra daerah suku Dayak Meratus, lanjut dia, akhirnya terpanggil menulis tentang Meratus dari sisi lain keindahan panorama alamnya dan dibumbui dengan kisah percintaan sepasang kekasih beda suku dan adat
“Selama ini muncul ke publik tentang ekploitasi tentang tambang, terbelakang, klinis dan lain-lain dan minim sekali tentang literasi tentang budaya, keindahan alam dan rasa kekeluargaan yang cukup tinggi disana. Saya pun menulis, ini lho Meratus,” ucapnya.
Hudang pun mengungkapkan di buku Meratus, Izinkan Aku Jatuh Cinta ini merupakan cerita fiksi empat sekawan yang suka berpetualang dan suka menjelajahi pegunungan di Jawa hingga Sumatera.
“Mereka kemudian ingin tantangan baru diliburan kuliah semester kali ini dengan berpetualang ke Pegunungan Meratus. Sebelum kesana mereka mencari informasi tentang pegunungan tersebut hingga suku Dayak. Awalnya sempat was-was mengenai suku Dayak mendengar dan cerita kemistikannya,” paparnya.
Setelah melakukan pendakian ke Gunung Meratus, mereka terpesona keindahan alamnya serta keramahan suku Dayak dengan adat istiadat yang menarik seperti warga mengadakan pengobatan dengan cara Balian.
“Malah diceritakan Dedy Armando, salah satu empat sekawan jatuh cinta dengan gadis Dayak bernama Diyang. Namun, cinta mereka ‘terputus’, karena Diyang yang merupakan anak kepala Suku Dayak telah dijodohkan sama pemuda Dayak juga,” paparnya Hudang.
Singkat cerita, Dedy dan kawan-kawan pulang dengan hati sedih dan kembali dengan kegiatan rutin, mengikuti perkuliahan.
“Tak disangka diawal perkuliahan, Diyang ternyata mendaftar di kampus Dedy, sehingga rasa cinta pun tumbuh mekar kembali,” ucapnya.
Namun, cerita percintaan keduanya di buku ini sampai disini. “Nanti saya bikin lagi dibuku cerita selanjutnya di tahun ini juga,” ujar Hudang.
Ditambahkan dalam menulis buku cerita ini, dirinya tak perlu melakukan riset, karena dirinya lahir dan besar di pegunungan meratus. Jadi, tahu persis kondisi alam, lingkungan, adat istiadat disana dan tinggal menulisnya aja lagi.
“Saya menulis buku ini selama setahun, karena harus berbagi dengan pekerjaan saya di TVRI Kalsel,” ujarnya.
Hudang pun berharap, bukunya disukai segala lapisan masyarakat dan ada yang tertarik untuk diangkat kecerita layar lebar. “Obsesi saya kesitu,” ucapnya
Dirinya pun sangat berterima kasih kepada Kepala Dispersip Kalsel Dra Hj Nurliani Dardie MAP yang telah memfasilitasi bedah buku miliknya.
Kepala Dispersip Kalsel, Dra Hj Nurliani Dardie MAP mengatakan selama ini pihaknya sangat perhatian dengan penulis buku yang ada di Banua.
“Salah satunya kami memfasilitasi dan menyediakan tempat dan snact untuk peserta bagi penulis yang bukunya dibedah disini,” ucapnya.
Kepada penulis di Kalsel yang ingin bukunya dibedah di Dispersip Kalsel, lanjut Bunda Nunung, panggilan akrab, Nurliani Dardie, bisa menghubungi ke stafnya, bu Erma dan Mbak Unuy.
Bunda Nunung juga menceritakan, sebenarnya sudah banyak penulis lokal yang bukunya dibedah di Dispersip Kalsel buku Randu Alamsyah, Aliansyah dan lain-lain
“Lewat bedah buku ini, diharapkan karya-karya penulis Banua dikenal hingga ke nasional,” pungkasnya.
Acara bedah buku Meratus, Izinkan Aku Jatuh Cinta dibuka oleh Wildan Ahyar Kabid selaku Pelayanan dan Pembinaan Dispersip Kalsel dihadiri Kepala Dispersip Bunda Nunung dan jajarannya. (ful/KPO-3)