Persiapkan terlebih dahulu kekuatan dasar karakter pemuda Indonesia sejak dini. Tingkatkan terlebih dahulu pemahaman keluarga Indonesia bahwa tidak ada kesehatan yang utuh tanpa kesehatan jiwa. Karena sejatinya manusia bukan hanya makhluk sosial namun juga makhluk spirit (ruh). Tubuh tidak akan berarti apa-apa tanpa ruh. Bahkan tubuh akan mati tanpa ruh. Satu-satunya semangat dasar hidupnya ruh adalah keruhanian atau spiritualisme atau agama.
MEMASUKI hari ketiga bulan Januari ditahun 2024. Sudahkah anda membuat resolusi tahun baru? Dalam Dictionary Cambridge, resolusi tahun baru bermakna sebuah janji yang dibuat pada diri sendiri untuk mulai melakukan sesuatu yang baik atau berhenti melakukan sesuatu yang buruk, yang dimulai dari hari pertama di tahun yang baru. Contoh resolusi dapat berkaitan dengan pencapaian pendidikan, karier, keuangan, pengembangan diri dan kesehatan.
Dalam rubrik kali ini saya mengajak anda untuk mulai meletakkan urusan kesehatan mental menjadi salah satu resolusi tahun baru yang penting. Mengapa? Karena menurut World Health Organization (WHO) kesehatan mental merupakan bagian dari kesejahteraan manusia yang membuatnya mampu menghadapi tekanan (stress) dalam hidup, mengekspresikan kemampuan, belajar dan bekerja dengan nyaman serta mampu berkontribusi kepada masyarakat lainnya. Oleh karena itu gangguan pada kesehatan mental dapat mempengaruhi emosi, pikiran dan perilaku seseorang yang membuat seseorang merasa tidak bahagia, tertekan dan pada tahap terburuk dapat menghilangkan nyawa diri sendiri atau nyawa orang lain.
Mari kita google rekaman peristiwa sepanjang tahun 2023. Diberbagai daerah di Indonesia banyak terjadi peristiwa diluar nalar dan logika, Kejadian bunuh diri dilakukan bukan hanya orang dewasa namun sudah merambah ke anak-anak. Di kawasan Jagakarsa Jakarta Selatan, seorang ayah tega membunuh 4 anaknya yang masih kecil-kecil akibat cemburu pada istri. Bahkan satu hari jelang akhir tahun 2023 (31/12/2023) kemarin, seorang suami tega memutilasi istrinya menjadi 10 potong di teras rumah sendiri. Naudzubillah.
Ada fenomena apa ini? Laporan dari Indonesia-National Adolescent tentang survey kesehatan mental pada tahun 2022 menyatakan bahwa sebanyak 34.9% remaja Indonesia sudah mengalami masalah mental. Inilah titik kritis mengapa saya meminta semua orang menjadikan urusan kesehatan mental ini menjadi sebuah resolusi penting di tahun baru ini.
Apa sebenarnya penyebab fenomena masalah mental ini? Selain faktor besarnya tekanan kehidupan karier dan rumah tangga, salah satu yang menonjol adalah ketidakmampuan manusia menghadapi kemajuan zaman yang begitu pesat. Penjajahan teknologi telah membuka semua jendela informasi dunia tanpa batas dan dapat diakses secara pribadi dengan hanya bermodal kuota mulai sepuluh ribu rupiah.
Dengan adanya layanan aplikasi bioskop dalam gawai, generasi muda sudah sangat terbiasa dengan adegan seks bebas, sadisme, bullying dan bunuh diri yang masuk secara ekspresif dalam alur cerita film barat, mandarin dan korea. Kondisi ini diperburuk dengan beratnya tuntutan gaya hidup yang membuat mahalnya biaya gaul “ silaturahmi” karena harus kongkow di café dengan kendaraan motor atau mobil, busana dan aksesories yang harus terlihat keren dan trendy. Ah..semua memang membuat overthinking!
Dunia saat ini memang sedang tidak baik-baik saja. Mari kita lihat fakta betapa murungnya negara yang disebut negara maju secara teknologi dan ilmu pengetahuan seperti China, Jepang, Korea, Belanda, Perancis, Swedia, Spanyol, Slovenia, Ceko.
Salah satu contoh, berdasarkan riset, 28 persen masyarakat Belanda percaya dengan Tuhan, 39 persen lain percaya akan kekuatan hidup hasil dari diri sendiri dan 30 persen sisanya percaya bahwa Tuhan tidak ada. Negara Korea dan Jepang pun kini sesungguhnya menyesali bahwa kemajuan teknologi yang mampu mereka raih nyatanya menciptakan generasi individualis yang menolak sifat komunal dan semakin jauh dari agama dan cenderung atheis. Akibatnya individualis sulit untuk berkomitmen, sementara agama mengajarkan banyak komitmen.
Seketika bergidik membayangkan betapa beruntungnya kita memiliki pejuang kemerdekaan, memiliki pada wali,aulia dan ulama yang berhasil memerdekakan Indonesia dari penjajahan Belanda 3,5 abad lamanya. Jika tidak apakah kita akan bernasib sama dengan kepercayaan yang rendah terhadap spiritualisme dan konsep-konsep Ketuhanan?
Adakah fakta yang mengangkat fenomena bahwa untuk menjadi sejahtera dan makmur, tidak harus menjadi “maju”? Menjadi maju dalam arti industrialisasi atau infrastruktur sehingga para penduduknya kerja keras bagai kuda, sampai mengorbankan kesehatan mental hingga banyak yang depresi, yang pelariannya kalau tidak ke alcohol, narkoba, seks atau malah bunuh diri.
Jawabnya ada. Negara seperti Arab Saudi, Qatar dan Brunei Darussalam misalnya. Berpenduduk makmur tapi negaranya tidak masuk dalam kategori “negara maju”. Mengapa ? karena penduduknya masih memegang agama dan spiritualitas yang kuat. Yang celakanya urusan agama dan spiritualitas ini digambarkan dunia barat sebagai salah satu ciri keterbelakangan dan masih kuno (belum maju). Padahal bagi negara-negara yang memiliki basis spiritualisme yang kuat, label terpenting sebuah negara adalah kemakmuran, kesejahteraan dan keberkahan.
Persoalan keberkahan inilah yang membedakan. Keberkahan hanya bisa didapat dengan rasa beragama. Mengingat perjalanan hidup manusia tidak selamanya berjalan sesuai keinginan. Maka rasa cukup dan berkah merupakan benteng umat yang seyogyanya menjadi kekuatan dasar karakter yang perlu diasah sejak dini.
Diawal tahun 2024 ini, bersyukurlah kita besar dan lahir di Indonesia, negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Bersyukurlah kita urang Banjar, lahir dan besar ditanah seribu wali dan aulia. Melalui hadirnya Datu Kelampayan Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari yang sejak jaman dahulu menjaga nilai-nilai religi dalam sendi kehidupan di banua kemudian diteruskan dengan Abah Guru Sekumpul hingga para alim ulama yang hingga kini tiada jemu mengingatkan warga Banjar untuk terus berpegang teguh pada Allah Ta’ala.
Namun demikian, tanda-tanda menurunnya kualitas kesehatan mental pemuda Indonesia yang tersebut diatas merupakan peringatan besar bagi kita semua. Pemerintah Indonesia kedepan,diharapkan jangan salah langkah dalam menterjemahkan arti industrialisasi dan hilirisasi. Kemajuan yang diharapkan kedepan adalah kemajuan yang seimbang antara dunia dan akhirat, bukan kemajuan menuju sekularisme.
Persiapkan terlebih dahulu kekuatan dasar karakter pemuda Indonesia sejak dini. Tingkatkan terlebih dahulu pemahaman keluarga Indonesia bahwa tidak ada kesehatan yang utuh tanpa kesehatan jiwa. Karena sejatinya manusia bukan hanya makhluk sosial namun juga makhluk spirit (ruh). Tubuh tidak akan berarti apa-apa tanpa ruh. Bahkan tubuh akan mati tanpa ruh. Satu-satunya semangat dasar hidupnya ruh adalah keruhanian atau spiritualisme atau agama.
Jelang haul abah Guru Sekumpul ke-19 di bulan Januari 2024 ini, mari bersama kita torehkan Resolusi Tahun Baru 2024 : Memegang teguh tauhid, semakin baik ibadah kepada Allah SWT, Berjalan lurus bersama Rasulullah SAW serta mampu dikuatkan iman dan taqwa dari segala macam godaan kemajuan zaman yang terlihat indah namun bisa jadi membuat terlena. Insyaa Allah.