Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Ekonomi

Usaha Sepuh Perhiasan yang Masih Bertahan

×

Usaha Sepuh Perhiasan yang Masih Bertahan

Sebarkan artikel ini
8 3klm
PERAJIN SEPUH -Salah seorang perajin sepuh perhiasan di kawasan Pasar Malabar Banjarmasin tengah mengerjakan orderan konsumen. ((KP/Opiq))

Banjarmasin, KP – Usaha kerajinan sepuh perak dan emas belakangan ini banyak ditinggalkan lantaran harga perak dan emas terus melambung, sehingga hampir-hampir tak terjangkau kantong para perajin.

Salah seorang perajin, Fauzi, yang biasa membuka lapak di kawasan Pasar Malabar Banjarmasin, mengakui usaha tersebut kini banyak ditinggalkan lantaran biaya produksi yang makin tinggi.

Baca Koran

“Dulu puluhan perajin yang berusaha di sini, tapi sekarang tinggal beberapa orang saja yang bertahan,” ujarnya, Jumat (26/1/2024).

Menurut Fauzi, menurunnya usaha tersebut lantaran harga bahan baku, khususnya emas yang terus melambung hingga Rp1 Juta lebih per gram. Emas ini nantinya akan dicairkan melalui proses yang kemudian digunakan sebagai bahan campuran saat melapisi perhiasan, seperti cincin pria dan wanita, liontin, kalung, dan sebagainya.

Perajin di Malabar, biasanya menggunakan buah klarak atau rerek/lamuran, merupakan tumbuhan yang dikenal karena kegunaan bijinya yang dipakai sebagai deterjen tradisional.

“Kita sering menggunakan air klarak fungsinya sebagai pembersih alami. Jadi, perhiasan yang mau disepuh dibersihkan dahulu, airnya nanti dialiri arus listrik 13 ampere untuk melunturkan kotoran yang melekat di cincin.

Setelah kotorannya luruh baru nanti kita lapis dengan cairan perak atau emas,” ungkapnya.

Untuk membuat air emas, lanjut Fauzi, dia menggunakan 1/2 gram emas, yang bisa digunakan untuk melapis 100 buah cincin, anting atau liontin. Harga bahan emasnya berkisar Rp 550 ribu per gram.

Sedangkan untuk membuat air perak, Fauzi menggunakan 2 gram perak, sekali melarut untuk 40 buah cincin. Harga bahan peraknya sekitar 15 ribu per gram.

“Setelah disepuh bisa awet berbulan-bulan. Tapi ketahanan warna tergantung pemakaian. Kalau yang memakainya apik tentu akan lebih awet,” imbuhnya.

Baca Juga :  Dislautkan Kalsel Dorong Ekspor Komoditas Perikanan Lewat Misi Dagang Internasional 2025

“Upah sepuh untuk perak harganya Rp5 ribu sampai Rp10 ribu untuk per buah cincin, tergantung ukuran. Sedangkan yang warna kuning Rp30 ribu untuk yang tebal warnanya. Lebih mahal karena pakai emas,” tambah Fauzi.

Saat ini, kata Fauzi, meski konsumen tidak terlalu ramai tapi dalam sehari ada saja orang yang datangdatang untuk menyepuh perhiasannya.

“Alhamdulillah, ada saja orang yang datang. Meskipun tak seramai waktu musim batu-batu perhiasan sedang booming pada tahun 2014-2015 lalu,” tutupnya. (Opq/K-1)

Iklan
Iklan