BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Siswa dari Taman Kanak-kanak.(TK) dari berbagai sekolah di Banjarmasin dan Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan begitu antusias mendengarkan dongeng disampaikan pendongeng anak nasional, Kak Iman Surahman di Aula Dispersip Kalsel, Senin (19/2/2024).
Apalagi kak Iman sebelum memulai mendongeng, sangat komunikatif dengan anak-anak TK yang menghadiri acara Dongeng Perpuspalnam tersebut.
“Mau cerita yang seram atau lucu,” pintanya mengawali dialognya dengan wajah dan mimik cukup lucu.
“Kalau cerita seram, takut cerita pocong, kuntilanak atau gendorowo,” kata Iman lagi dengan mimik wajah lucu dan badannya bergoyang-
“Tidak takut…,” teriak anak-anak serentak
“Jadi, takutnya sama siapa,” ucap Iman lagi. “Takutnya sama Allah ya…,” kata Iman yang disahut anak-anak: “Iya, takutnya sama Allah.”
Setelah anak-anak TK ini mulai fokus, Kak Iman pun memulai mendongeng dengan memperkenalkan temannya, boneka monyet bernama Tutung.
Kak Iman berkomunikasi dengan boneka monyet Tutung yang dialognya cukup mengocok perut anak-anak hingga tak henti-hentinya tertawa.
“Tutung, kenapa kamu tidak rajin sekolah, malas mengaji dan membaca,” kata Kak Iman.
Boneka Tutung pun menyahut: “Saya kan monyet, tak perlu sekolah, membaca dan mengaji,” jawab Tutung.
Usai memperkenalkan temannya Boneka Monyet Tutung, barulah Kak Iman mulai cerita inti kisah si Musang.
Anak-anak TK ini pun dengan seksama mendengarkan cerita Kak Iman yang cukup menarik dan jenaka.
Iman Surahman yang ditemui mengungkapkan mendongeng buatnya merupakan salah satu alternatif yang akan ditularkan ke semua orangtua sebagai perlawanan atau pertahanan anak dari dunia gadget.
“Sampai saat ini, semua orang dewasa belum sanggup menjadikan banper benteng itu,” ujarnya.
Menurut Iman, ketika orangtua berimajinasi lewat bercerita, fokus bercerita, benda kecil bernama gadget itu bisa dialihkan.”Karena saat ini anak-anak bukan sudah saatnya menerima informasi, tapi menyaring informasi. Dan itu tugas orangtua,” tegasnya.
Menyambut hari dongeng dunia yang diprakarsai teman-teman disini, lanjut Iman, dirinya mencoba menularkan ilmu mendongeng dan bercerita sama anak-anak betapa pentingnya menyampaikan pesan dengan cara menyenangkan dan tidak menakut-nakuti, tak menekan dan mengancam.
“Lewat bercerita dan mendongeng, pesan itu bisa disampaikan dan diterima anak-anak sambil tersenyum,” tandasnya.
Ditambahkan Kak Iman, mendomgeng dan bercerita itu pada prinsipnya satu wadah dalam ilmu komunikasi.
“Bercerita, mendongeng, berkisah, legenda dan lain-lainnya, kalau buat kami itu merupakan suatu cara berkomunikasi dengan baik, dengan menyenangkan kepada anak secara massal,” tandasnya.
“Selama ini kita suka terjebak legenda itu bukan cerita betulan, dongeng cerita fiksi, ini kisah sejarah. Buat saya makna pesannya, bukan visinya,” ucapnya.
Kak Iman pun menganalogikan makanan itu macam-macam, tapi bentuk manfaat makanannya yang harus dicerna. Makanannya untuk kenyang. “Semua rasa macam-macam masuk ke mulut kita,” ujarnya.
“Begitu juga semua bentuk persepsi pikiran anak-anak macam-macam. Tapi yang paling penting ujung dari pemikiran yang disampaikan ke anak apa. Pesan positif,” tegasnya.
Ditambahkan pendongeng nasional.asal Bekasi ini, bercerita merupakan salah satu cara membuat anak menerima pesan apa pun bungkusnya.
“Bercerita, mendongeng, legenda, pidato berkisah , ceramah buat saya itu one man show menyampaikan pesan sesuai dengan usia dan ruangnya,” ungkapnya.
Ketika bertemu dengan anak-anak, yang paling tepat untuk menyampaikan adalah mendongeng.
“Anak-anak ketika kumpul dalam suatu ruangan itu punya frekuensi berpikir dan frekuensi otak gelombang berbeda yang berbeda pastinya,” tegasnya.
Anak-anak datang ke acara mungkin terpaksa, mandi dipaksa, datang kesini tertinggal.
“Jadi, yang paling penting penyamaan frekuensi dan persepsi di awal.
Diopening anak-anak satu frekuensi dulu dengan sekian banyak metode,” ujarnya.
Ketika anak-anak sudah satu frekuensi, sudah siap menerima pesan, baru pesan masuk. “Jangan sampai ketika anak masih belum siap pesan masuk maka itu takkan bisa,” tandasnya.
“Sama seperti kita akan menasehati anak di rumah, anak belum siap menerima nasehat dan kita ajak duduk dengarkan ibu atau ayah mau bicara kita belum siap takkan masuk dan mental lagi-mental lagi dan esoknya akan hilang. Padahal sekali lagi cukup bila waktunya tepat
Terpisah, Adhetia Hailina, SE, ME selaku Kabid Pelayanan Pembinaan Perpustakaan pada Dispersip Kalsel mengatakan, jumlah peserta yang mengikuti Dongeng Perpuspalnam Bersama Kak Iman Surahman ini diikuti 19 sekolah di Taman Kanak-kanak lingkup Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar.
“Kami hanya mengundang anak TK, berdasarkan hasil penelitian, kalau ingin menanamkan nilai-nilai itu kepada orang yang lebih dewasa itu agak kurang masuk,” ucapnya.
Jadi, lanjut Adhetia, sasaran menanamkan nila-nilai moral, membangun karakter itu anak-anak TK.
Ditambahkannya, tujuan kegiatan ini dalam rangka menyambut hari dongeng sedunia yang sebenarnya bulan depan, tepatnya 20 Maret.
“Akan tetapi rangkaian ini mengikuti tema yang ditetapkan komunitas dongeng se dunia. Ada pun temanya Msmbangun Jembatan. Jadi, harapannya dengan kita mengadakan dongeng ini bisa membangun jembatan komunikasi,” tandasnya.
Apalagi, lanjut dia, sekarang ini dunia sedang terpecah belah, sedang berkonflik. Kita mulai membangun komunikasi melalui anak-anak. Harapan kedepannya mereka bisa mengatasi perbedaan itu tanpa terjadi perpecahan,” pungkasnya. (ful/KPO-3)