Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

PEMBANTAI INGIN MELARIKAN DIRI

×

PEMBANTAI INGIN MELARIKAN DIRI

Sebarkan artikel ini

Oleh : NURMADINA MILLENIA

Hidup di zaman di mana saya lahir tahun 2000, dapat dikatakan yang lagi heboh dengan istilah “generasi millennium”. Generasi, yang menurut Alfin Tofler, generasi ketiga, setelah generasi industri dan yang jadul lagi adalah generasi pertanian. Rupanya generasi millennium ini diperebutkan calon presiden dan calon legislatif untuk mendukung mereka sebagai wakil rakyat. Ada apa ya? Namun generasi millennium ini hanya enaknya saja, karena generasi kakek dan nenek, bahkan generasi orang tuanya belum kenal dengan handphone (HP), yang merupakan alat canggih sebagai bukti adanya generasi telekomunikasi informasi.

Baca Koran

Puluhan tahun di bawah 2000-an, banyak juga masalah yang terpendam, atau istilah hukum yang belum terselesaikan? Waduh ramainya bukan main. Apalagi pada 1998, dimana ada pergantian presiden, bahkan mereka sering menyebutnya dengan istilah Reformasi. Namun lima tahun kemudian, ada lagi yang menyebut dengan “Boleh saja reformasi, namun jangan sampai repot nasi!”. Saya yang masuk generasi millennium jadi bingung dengan istilah-istilan itu. Namun kami juga tetap mengikuti pendapat orang tua dan generasinya.

Ada yang bila jika hukum itu stabil dan sepadan, jika mencubit maka rela dicubit. Jika dimaki, maka tentunya siap dimaki. Maka kalau ada yang diculik, maka siap juga untuk diculik. Jadinya akan begitu? Namun generasi di Banjarmasin ini, jika orang-orang Kelayan, daerah yang paling kumuh dan padat di Banjarmasin ada yang bercerita, jika peristiwa tahun 1997, banyak orang yang hilang? Ada apa ya, karena ceritanya terjadi kerusuhan sehingga tim keamanan begitu respons, karena banyak toserba menjadi sasaran mereka, yang apakah kelaparan atau kemiskinan, yang menyelamatan diri karena kebakaran. Dipikir-pikir daripada hangus terbakar, maka pakaian dan makanan yang ada lebih baik diselamatkan dengan mengambil sedikit saja, mungkin itu pikiran rakyat banyak yang tidak mampu pada suatu kota. Namun itu justru menjadi alasan tim Keamanan untuk mengatakan mereka itu adalah pencuri dan perampok di dalam keadaan genting.

Baca Juga :  KINERJA LEGISLATID DI DAERAH

Maka, banyak orang di Banjarmasin hilang, entah ke mana sampai sekarang belum kembali. Kehilangan suami atau anak. Wah, seru banget, itu ternyata juga merupakan sebuah keadaan yang sampai saat ini masih menyisakan rasa penasaran, bahkan juga dendam sosial. Kemana mereka mengadu? Tentu saja pada negara dan pemerintahan pada saat terjadi peristiwa tersebut. Oleh karena pemilihan presiden dan wakilnya atau caleg itu pasti seru. Karena itu akan menentukan seperti apa “karakter pemerintahan” akan berlangsung pada sebuah negeri. Saya juga semakin tambah mengerti, jika Kota Banjarmasin, yang nampak tenang ini ternyata menyimpan rahasia-rahasia yang bisa menentukan perjalanan bangsa ini.

Mereka yang melanggar hukum tentunya harus berani untuk diadili. Mereka yang memegang kekuasaan, harus bertanggung jawab pada rakyat kecil. Hukum bukan hanya untuk kekuasaan dan menjaga kekuasaan saja. Namun yang lebih penting lagi adalah mungkin hanya beberapa roti untuk makan, bisa menjadikan pertikaian dan pembunuhan, di masyarakat bawah. Namun tidak dipikirkan oleh kekuasaan dan tim keamanan, jika mereka latihan dan sehari-hari memakai anggaran Negara yang besar.

Iklan
Iklan