Oleh : ANDI NURDIN LAMUDIN
Perjalanan manusia di dalam membentuk Negara bermacam ragam, sehingga mereka mengatakannya demokrasi liberal, dimana kesepakatan untuk mendirikan negara yang bebas dan berkeadilan, persaudaraan dan persamaan. Disamping itu pula, ada yang namanya demokrasi komunis, yang mana ekonomi dan fasilitas umum dikuasai negara. Mereka hanya menunjukkan prestasi, kemudian prestasi itulah yang membedakan gajinya. Semua fasilitas yang ada hanyalah pinjaman negara. Namun semua itu, baik yang pertama ataukah yang kedua, mampukan menciptakan keadilan dan kebahagiaan pada diri manusia?
Karena itu, pada Al Qur’an disebutkan, “Katakanlah, sesungguhnya aku adalah seorang manusia seumpama kamu, hanya diwahyukan kepadaku, bahwa menuju satu hukum Tuhan Esa, barang siapa mengharapkan akan menemui Tuhannya, hendaklah ia beramal dengan amalan saleh dan janganlah ia mempersekutukan dalam menyembah Tuhannya dengan sesuatu apapun”. (QS. Al Kahfi : 110). Semua manusia itu sama dalam bentuk ciptaan Tuhan, semuanya tiada bedanya kecuali takwanya. Bedanya dengan Nabi Muhammad SAW hanyalah beliau mendapat wahyu, mengenai Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara diberlakukannya aqidah dan syariah, untuk mempertahankan iman kepada tuhan Yang Maha Esa itu. Maka dengan demikian setiap orang beramal amal saja dengan melakukan kegiatan yang baik bagi semua manusia. Namun semua itu karena untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Maka cara mendirikan Negara juga berdasarkan karena tujuan untuk mengabdi kepada TYME, sehingga dengan demikian dalam bentuk pemilihan umum dalam hal memilih pemimpin juga berlandaskan garis-garis yang telah diterapkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Demikian itu, karena tujuan hidup adalah untuk mengikuti Tuhan dengan segala petunjukNya, dimana semaunya itu akan disempurnakan dengan negeri yang bernama surga. Artinya demokrasi Ketuhanan itu adalah cara pandang seseorang yang mungkin berbeda dengan lainnya, namun semua itu juga untuk mengabdi kepada Tuhan YME itu tadi, sehingga dengan demikian, semarak pengabdian itu yang terhubung dari satu orang kepada orang lainnya, adalah demi Tuhan YME. Bisakah manusia mengerti akan semua itu?
Maka, semua itu pasti akan terjadi, namun sampai dimanakah perjalanan manusia di muka bumi ini dapat mengerti, jika hidup dan kehidupan itu adalah pasti ada yang menciptakan. Kehidupan itu tidak bisa tercipta sendirinya, seperti aliran sejarah materialistik, sehingga dalam aliran materialistik itu tidak ditemukan yang namanya Tuhan. Karena materi itu berputar dan berkesinambungan dari satu sel kepada kehidupan. Kemungkinan untuk kehidupan yang kedua, mereka tidak percaya dan meyakininya.
Alangkah ruginya dalam kehidupan di dunia ini, mereka yang tidak mengenal dirinya, kemudian mengenal Tuhannya. Mereka yang tidak mengenal dunia, kemudian ada yang lebih baik yaitu kehidupan akhirat. Berbagai macam contoh kehidupan dan bernegara,sampai adanya demokrasi. Demokrasi yang berarti pemerintahan rakyat itu sendiri, sampai dimanakah kesempurnaannya? Nampaknya mereka yang berkuasa dan berharta lebih banyak mempunyai peranan mayoritas dan mendominasi di banding mereka yang miskin dan bodoh. Karena demokrasi semata, tidak dilandasi oleh Tuhan YME.