BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Untuk memberikan pemahaman serta membatu dalam penguatan karier, terutama kepada anak anak yang mengalami perbedaan pendengaran dan juga komunikasi, Dosen pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Bimbingan konseling (BK) Uniska, Ainun Heiriyah, S.Pd, M.Pd, Kons menggelar workshop di Yayasan Rumah Disabilitas Borneo, Sabtu (27/4/2024).
“Pada dasarnya tidak ada perbedaan secara kasat mata dengan anak anak lainnya, hanya saja penderita tunarungu mengalami kesulitan dari gangguan yang berkaitan dengan pendengaran,” katanya.
Untuk itu diperlukan peran orang terdekat seperti oran tua dan guru untuk memberikan dukungan khusus agar anak tunarungu dapat meningkatkan kemampuan baik dalam belajar maupun perencanaan karier ke depannya.
“Derajat gangguan tingkatannya bervariasi, ada yang masih dalam tahapan ringan maupun tahapan yang berat. Terlepas dari ringan atau berat ketunarunguan yang diderita oleh anak tetap memerlukan layanan pendidikan secara khusus disesuaikan dengan kebutuhannya,” ucap Ainun.
Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang di sponsori oleh APBU Uniska, agar masyarakat dapat terbantu.
Dalam paparannya Ainun juga menyampaikan beberapa hal yang penting, dengan dibantu penerjemah isyarat.
“Kepercayaan diri yang tinggi haruslah dimiliki mereka untuk itu kita memberikan motifasi agar dapat diterapkan dalam kesehariannya,” ujarnya.
Ia juga menambahkan banyak metode untuk berkomunikasi sehingga anak dapat lebih mudah memahami dan menyerap informasi yang disampaikan oleh guru atau orang tua.
“Beragam metode belajar agar mereka dapat menyerap materi dengan lebih baik. Misalnya, menggunakan gambar, video, dan praktik untuk membantu anak dalam memahaminya,” ungkapnya.
Sementara, Ketua yayasan Rumah Disabilitas Borneo, Norhidayah mengungkapkan apa yang diberikan sangat membantu anak anak sehingga dapat menambah wawasan ke depannya.
“Kami mengucapkan rasa terima kasih dengan sejumlah masukan dan pembelajaran yang diberikan oleh uniska. Mudah-mudahan ini menjadi salah satu pembelajaran yang sangat beharga,” pungkasnya.
Kegiatan tersebut dilakukan dua hari dan diikuti sebanyak 19 peserta anak anak dari Yayasan Rumah Disabilitas Borneo, dengan disabilitas tuna rungu, tuna grahita, dan tuna daksa, namun paling banyak tuna rungu. (Fin/KPO-1)