BANJARBARU, Kalimantanpost.com – Berdasarkan data yang dirilis ole Kementerian Kesehatan RI, menunjukkan prevelensi stuntung di Kalimantan Selatan naik dari 24,6 persen pada tahun 2022 menjadi 24,7 persen tahun 2023.
Hal tersebut mendapat tanggapan dari Sekretaris Komisi IV DPRD Provinsi Kalsel, Firman Yusi, yang mengaku cukup prihati. Meski kenaikannya terbilang tipis namun hal tersebut dianggapnya menjadi sebuah kegagalan.
“Berbeda dengan tahun sebelumnya, Kalsel termasuk yang mampu menurunkan secara drastis dari 30 persen di tahun 2021 menjadi 24,6 persen di tahun 2022,” ujarnya.
Secara nasional, Firman mengatakan jika Kalsel harusnya mampu menurunkan hingga 14 persen ditahan 2024 ini. Dia menyebutkan, secara nasional Kalsel harusnya bisa turunkan sampai menjadi 14 persen di 2024 ini, sehingga upaya penanganan stunting harus di evaluasi melalui koordinasi dengan Kabupaten/Kota.
“Semuanya kerja ekstra keras memenuhi target menjadi 14 persen, artinya kita harus bisa turunkan sekitar 10,7 persen dan itu pasti butuh effort yang luar biasa,” ucapnya.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) sendiri terus mendorong agar Kabupaten/Kota dapat meningkatkan capaian pendataan stunting di aplikasi E-PPGBM sebesar 95 persen berdasarkan target nasional. Melalui kegiatan Rapat Persiapan Kegiatan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting di Kantor DPPPA-KB Kalsel Banjarbaru, Rabu (29/5/2024).
Tenaga Ahli Bidang PPM Bappeda Kalsel, Yahdian noor mengatakan peran Bappeda Kalsel dalam kesempatan ini adalah untuk mensingkronkan program kegiatan yang dilakukan oleh SKPD terkait dalam penanganan stunting.
“Kegiatan ini tidak terencana, artinya program ini berasal dari pusat dan penyelenggaraannya secara mendadak. Bappeda Kalsel menyesuaikan program yang sudah disusun oleh SKPD agar sesuai dan dilaksanakan secara serentak yaitu kegiatan intervensi stunting serentak pada bulan.
Saat ini ada beberapa Kabupaten/Kota sudah mencapai target mencapai 95 persen, seperti Kabupaten Balangan dan Tanah Bumbu pada tahun 2024. Walaupun ada ada mencapai target, namun, masih ada beberapa daerah dengan capaian yang terendah, salah satunya Kota Banjarbaru.
Ia mendesak agar daerah yang belum capaian target untuk dapat meningkatkan capaian pendataan pada sistem E-PPGBM. Hal ini sangat penting karena pencatatan yang akurat dapat membantu penanganan stunting pada anak di seluruh wilayah Kalsel. (ADV/Dev/KPO-3)