Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Space Iklan
Opini

MAMPUKAH BERHAJI

×

MAMPUKAH BERHAJI

Sebarkan artikel ini
Iklan

Oleh : NURMADINA MILLENIA

Kalau melihat dari sejarah haji, yang dahulunya adalah dari cerita Ibrahim, Hajar dan Ismail. Dimana mereka terpisah karena memang diperintahkan Allah SWT, jika Hajar dan Ismail ditinggal di Padang pasir, yang kemudian Hajar sebagai ibu Ismail yang masih kecil berlari-lari di padang pasir untuk mencari air. Peristiwa mencari air yang sampai bolak-balik dari Shafa dan Marwah, menyebabkan ritual atau ibadah Sa’i. Dapat dikatakan jika adalah perjuangan untuk dunia, atau kebutuhan yang nyata oleh jasmani manusia. Itu ibarat benar-benar bersifat materil, kebutuhan materil, tujuan materil serta dapat dikatakan aksi materil, merupakan ekonomi dalam bentuk alam dan kerja.

Iklan

Jika melihat thawaf, merupakan cinta yang mutlak kepada Khalik. Dengan mengitari ka’bah artinya memasukkan ke dalam hari sanubari tentang hakikat iman dan tujuan bertauhid, berputar-putar seakan-akan datang seluruh penjuru arah. Menuju pada hanya Satu Tuhan. Tidak ubahnya seperti pelaksanaan surat Al-Ikhlas. Thawaf adalah ibarat kupu-kupu yang berputar-putar menghampiri nyala lilin sehingga tubuhnya terbakar dan hangus sedang abunya diterbangkan angin, seperti hilang di dalam cinta dan mati di dalam lautan cahaya. Namun Sa’i, bagaikan elang yang melayang-layang di atas bukit kelam dengan mengepak-ngepakkan sayapnya yang kuat untuk mencari makan dan menyambar mangsanya diantara batu-batuan. Ia menaklukkan langit dan bumi. Angin yang bertiup menerpa sayapnya sehingga ia dapat dengan leluasa terbang di angkasa. Ambisinya adalah menaklukkan langit. Di bawah rentangan sayapnya bumi terlihat sedemikian hinanya. Bumi takluk kepada tatapan matanya yang tajam serta awas! (terdapat dalam buku yang sangat legendaris dari Ali Shariati mengenai Haji).

Makna pengorbanan itu terjadi penting dalam ibadah Islam. Jika melihat surat Al-Kautsar, bahwa nikmat yang banyak telah diberikan Tuhan, karena tegakkan shalat dan berkorbanlah. Mereka yang membecimu akan terputus. Jika dibagi dua, makna shalat itu pada bulan Ramadhan,banyak shalat dan shalat tarawih, kemudian zakat fitrah dan idul fitri. Sedangkan keduanya adalah haji dan berkorban, yang sepertinya ibadah sosial, untuk manusia lainnya. Nampaknya hanya dengan korban dan pengorbanan tersebut, manusia bisa menebus dirinya untuk terlepas dari belenggu kekafiran dan kemusyrikan. Dimana pada hakikatnya kekafiran dan kemusyrikan itulah, yang membelenggu manusia sehingga tidak bisa memasuki surga. Maka telah diajarkan jika pengorbanan pada yang bersifat materi, adalah melepaskan manusia dari belenggu tersebut. Karena pada dasarnya telah diceritakan jika banyak manusia yang ingin kembali ke dunia serta ingin bersedekah atau mengorban apa saja, bahkan diceritakan anak isteri dan semua yang ada di dunia. Demi untuk menebus dirinya daripada kekafiran dan kemusyrikan itu.

Baca Juga :  Menteri yang Profesional

Padahal jika dihitung pengorbanan satu tahun,dengan ukuran sapi atau kambing. Dapat pula dihitung pengorbanan setiap harinya atau sedeqah setiap harinya. Karena jika bersedeqah satu hari Rp5.000, maka dapat dikatakan satu bulan adalah Rp150.000. Dalam satu tahun, menghasilkan Rp1,8 juta. Namun ini hanya satu contoh, dalam hal bagaimana caranya seorang manusia bisa membebaskan dirinya, jika pada satu tahun manusia harus berkorban senilai sapi atau kambing. Namun memang sudah sangat dijelaskan jika berkorban bagi yang mampu. Begitu juga haji. Sangat ideal jika kerja sama sesama manusia, dalam hal haji dan berkorban. Dapat bergantian seperti arisan. Banyak cara menuju surga, banyak cara untuk bebas dari neraka.

Iklan
Space Iklan
Iklan
Iklan
Ucapan