Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

MENGHAYATI AYAT TUJUH

×

MENGHAYATI AYAT TUJUH

Sebarkan artikel ini

Oleh : CAKRAWALA BINTANG

Banyak kaum muslimin mengerti dan pernah terbaca, jika dalam kitab Majmu Syarif mengenai ayat tujuh. Semua itu untuk menjadikan seseorang muslim akan selalu berada pada ketenangan batin, dimana makna ayat tujuh adalah pegangan atau prinsip untuk mengatasi berbagai macam keadaan kehidupan sehari-hari, yang penuh dengan berbagai macam godaan kehidupan.

Baca Koran

Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah terhadap kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal”. (QS. At-Taubah : 51). Hal ini adalah karena jika seseorang yang berjuang di jalan Allah, maka bagi orang kafir dan munafik mengira akan dapat bencana kematian, padahal segala sesuatu itu memang sudah ada ketentuannya dari Allah SWT, kemungkinan bisa juga tidak akan mati. Karena berjuang itu adalah sikap mental. Namun seseorang yang tidak berjuang juga akan mengalami kematian, jika saatnya tiba. Maka dengan wahyu di atas, akan menguatkan seorang muslim untuk terus berjuang di jalan Allah SWT.

Pada ayat kedua, Allah berfirman, “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkan kecuali Dia. Serta jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hambaNya. Serta Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Yunus : 107). Bahwa sesuatu itu adalah qudrat dan iradat Allah SWT, yang mana dengan demikian seseorang bisa dikatakan dalam kebaikan dan kebenaran. Sebaliknya pula, bila ada di dalam kesesatan dan kegelapan, karena itu manusia tidak bisa dengan hanya mengatakan jika seseorang berada di negara tertentu, akan selamat serta merasa negaranya saja yang paling baik di dunia ini. Di dalam arti lain seorang pejabat negara tidak pantas untuk mengucapkan kata-kata paksaan serta tipu daya dan penindasan, jika seakan-akan hal-hal yang bertentangan dengan agama Islam, adalah sesuatu yang baik dan benar untuk rakyat dan negara. Selain itu kewajiban nabi serta orang beriman hanyalah menyampaikan ayat-ayat Allah SWT dengan terang, baik dan benar.

Baca Juga :  Belajar Berwirausaha dari Perempuan Tangguh Paniai Papua

Pada ayat ketiga disebutkan pada firman Alah SWT, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezeki-Nya. Serta Dia mengetahui tempat tinggal dan tempat penyimpanan binatang itu. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata”. (QS. Hud : 6). Oleh karena itu bisa saja kemungkinan ummat Islam berlawanan dengan program pemerintah, namun tidak berarti dengan demikian masalah rezeki akan terbengkalai serta karena itu, ummat Islam akan hancur dikarenakan tidak diperhatikan oleh pemerintah. Padahal semua alam raya, ada perhatian dari Allah SWT, mengenai tempat tinggal serta semua yang berhubungan dengan ekonomi.Hal itu dikarenakan boleh jadi pemmpin negara akan mendapat tekanan dari negara lain, yang menjadi kekuatan oligarkhi yang dapat mengendalikan negara satelit, sehingga menekan rakyatnya untuk meninggalkan agama Islam.

Pada ayat keempat, Allah berfirman, “Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binantang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus”. (QS. Hud : 56). Bahwa sebenarnya yang mengajarkan Islam adalah Tuhanku dan Tuhanmu, artinya Tuhan hanya satu. Tapi mereka tidak sadar.

Iklan
Iklan