Banjarbaru, KP – Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, mencatat masih terdapat balita di Kalsel yang mengalami masalah gizi. Jumlahnya mencapai 104.276 balita.
Balita dengan masalah gizi berpotensi alami stunting.
Permasalahan stunting saat ini menjadi fokus pemerintah ditanggulngi.
“Stunting memang harus kita atasi bersama, mengingat dampaknya yang serius dimasa depan.
Selain aspek kesehatan, kualitas juga akan menurunkan produktifitas,” jelas Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi (ADPIN) BKKBN RI, Drs. Sukaryo Teguh Santoso, di sela Puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan 2024, di Qin Hotel Banjarbaru, Selasa (22/7).
Ia menyampaikan, tantangan terbesar di bidang Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan KB adalah masih tingginya prevalensi stunting, sebagai salah satu indikator pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Sscara nasional, meskipun tahun 2023 penurunannya kecil, namun dia tetap bersyukur bahwa upaya penurunan stunting menunjukan tren positif.
“Kita masih memiliki waktu untuk mencapai target penurunan 14 % di tahun 2024.
Karena itu, berbagai terobosan yang sudah dilaksanakan di Kalimantan Selatan agar terus ditingkatkan,” ujarnya.
Pada Juni yang lalu, kita telah melaksanakan Pengukuran dan intervensi serentak di Posyandu untuk PPS,” tambahnya.
Potret Kalsel selama gerakan intervensi serentak, dari sasaran jumlah Balita 283.839 (Data EPPGBM), sebanyak 279.608 yang diukur (98,51 persen).
Selanjutnya dari jumlah Balita yang diukur, terdapat 104.276 (37,29 persen) Balita bermasalah gizi, dan 1,85 persen atau 1.933 balita yang dilakukan intervensi,” urainya.
Di Kalsel, masih ada peningkatan 0,1 persen dan ini perlu ditangani sehingga Stunting bisa ditekan.
“Maka fokus dalam waktu yang singkat tahun ini, selain dilakukan intervensi/pendampingan terhadap Calon pengantin, Bumil, dan Balita.
Kami mohon balita-balita bermasalah gizi (sebagaimana data hasil intervensi serentak Posyandu di atas), dilakukan Intervensi baik spesifik (ASI, PMT) maupun sensitif (penyediaan air bersih, sanitasi, KB),” ujarnya.
[]Berupaya
Sementara itu, Sekda Provinsi Kalsel, Roy Rizali Anwar, menyampaikan Pemerintah Provinsi Kalsel, sejauh ini melaksanakan program germas Cinta Banua.
Program ini berupaya meningkatkan kesadaran, pengetahuan, sikap dan perilaku anak usia sekolah terhadap budaya hidup sehat.
Sehingga diharapkan dapat tumbuh sebagai pemuda-pemudi usia produktif yang kuat, sehat, dan berdaya saing.
Selain itu, menjawab tantangan yang ada di sektor stunting, Pemerintah Daerah Kalsel terus menggalakkan intervensi pencegahan stunting yang dimulai sejak prenatal, masa kehamilan, dan masa 1.000 hari pertama kehidupan.
“Upaya pencegahan tersebut kami lakukan dengan melibatkan mitra strategis dan kolaborasi lintas sektor,” tandas Roy.
Momentum Harganas ini, lanjut dia, perlu dimanfaatkan sebagai daya ungkit dalam pencapaian program bangga kencana dan percepatan penurunan stunting di indonesia.
“Saya mengajak jajaran Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten Kota se-Kalimantan Selatan, untuk mensinergikan langkah dengan BKKBN, dalam rangka menuntaskan permasalahan stunting dan mewujudkan keluarga berkualitas menuju indonesia emas,” ujarnya.
Adapun Plt Kepala Perwakilan BKKBN Kalsel, Nyigit Wudi Amini, S.Sos, M.Sc, menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang menyukseskan acara hari
Puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) Tingkat Provinsi Kalsel 2024 dan mengucapkan selamat Kepada Pemerintah Daerah, Bupati Wali Kota yang mendapat penghargan. (mns/K-2)
Foto deputi Adpin