Ada banyak permainan tradisional Kalimantan yang hingga kini masih bertahan, meski digempur game online.
oleh: I. Husni Isnaini
Kemajuan zaman yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat membawa perubahan yang sangat drastis dalam kehidupan manusia, termasuk di Indonesia. Ditemukannya komputer pada 1941 atas pelopor Conrad Zuse dari Jerman, lalu internet pada 1969, dan telepon genggam (hape) pada 1983 oleh Martin Cooper, membawa begitu banyak perubahan dalam kehidupan keseharian, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak.
Kini anak-anak di berbagai wilayah di Indonesia sudah terbiasa bermain game di hape, yang umumnya dilakukan secara online, yang disediakan oleh banyak perusahaan pembuat aplikasi. Hampir setiap hari kita bisa menyaksikan anak-anak memaikan game di hape. Banyak juga dari mereka yang sudah kecanduan bahkan mengarah ke gangguan mental akibat bermain game.
Nah di tengah kondisi itu, masih banyak permainan tradisional, khususnya di Kalimantan, yang tetap bertahan berkat upaya para pemangku kepentingan. Pihak-pihak yang menyadari pentingnya permainan tradisional berupaya keras dengan berbagai cara agar permainan itu tidak mati digusur kemajuan teknologi.
Bagaimana pun, permainan tradisional merupakan warisan budaya dan salah satu puncak peradaban suatu bangsa. Satu lagi, permainan ini tidak membuat anak-anak kecanduan yang bisa berdampak fatal buat kesehatan mental.
Menurut data dari Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia, terdapat 2.600 permainan tradisional di Indonesia. Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak di seluruh dunia.
Lalu permainan tradisional apa saja yang hingga kini masih bertahan di Kalimantan? Berdasarkan penelusuran Kalimantan Post dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa permainan tardisional yang tetap eksis di Kalimantan. Sejumlah permaianan ini juga bisa ditemukan di daerah lain karena adanya faktor demografis (keuturunan) dan geografis (koneksi antar-wilayah).
- Gasing atau Begasing
Jika kita berkunjung ke daerah Kutai, Kalimantan Timur, maka akan menjumpai anak-anak hingga orang dewasa bermain begasing, atau biasanya disebut gasing. Di daerah lain, permainan ini disebut juga panggal.
Terdapat beberapa jenis permainan begasing yang tetap terjaga, mulai dari begasing buong, tungkul, pelele, perangat, pendada hingga begasing bengor. Ada tiga jenis sistem untuk memainkan begasing di Kutai. Mulai dari jenis sistem bekurai atau adu ketahanan gasing, beragaan hingga adu tumbuk. Setiap jenis permainan ini membutuhkan penggunaan gasing yang sesuai.
- Belogo atau Balago
Permainan ini sudah sangat akrab dengan keseharian masyarakat Kalimantan di berbagai pelosok. Nama permainan ini diambil dari alat yang digunakan yaitu ‘Logo’ yang terbuat dari bahan tempurung kelapa dengan ukuran garis tengah sekitar 5-7 cm dan tebal antara 1-2 cm dalam berbagai bentuk, seperti bentuk layang-layang, segitiga, dan bundar.
Permainan ini dimainkan dengan cara mencungkil menggunakan tongkat khusus yang disebut dengan campak. Pemain melakukannya secara beregu dan setiap regu terdiri dari tiga pemain. Tugas regu ini menjatuhkan tiga target logo yang memiliki posisi vertikal dan berderetan. Jarak antar target adalah 8 meter dengan lebar lintasan sekitar 3 meter.
- Seloko
Seloko artinya adalah tameng dalam bahasa Tunjung dan bahasa Benua. Permainan ini menggunakan potongan tongkat kecil yang disebut gai atau isai sebagai alat pemukul. Seloko terbuat dari rotan yang dibelah dan dianyam.
- Lawang Sekepeng
Permainan tradisional Kalimantan selanjutnya adalah lawang sekepeng. Permainan ini merupakan suatu seni bela diri yang berasal dari suku Dayak Ngaju yang ada pada Provinsi Kalimantan Tengah. Permainan tradisional ini menjadi ciri khas ketika upacara adat ataupun penyambutan tamu. Lawang memiliki makna sebagai pintu atau gapura, sedangkan sakepeng berarti satu keping.
Gapura Lawang Sakepeng umumnya terbuat menggunakan bahan kayu dengan lebar sekitar 1,5 meter dan tinggi 2,3 meter. Bagian atas gapura ini bermotif tanaman rambat dan gambar burung enggang.
- Cekang
Cekang merupakan salah satu permainan tradisional Kalimantan Utara yang menggunakan ketapel sebagai alat utama. Selain itu, terdapat juga buah yang nantinya sebagai peluru untuk menembak. Cekang biasanya memanfaatkan cabang dari pohon mangrove. Di Jawa, permainan ini terkenal dengan sebutan gedangan atau pisangan. - Batu Lele
Permainan tradisional Kalimantan Timur Batu Lele merupakan jenis permainan anak-anak yang menggunakan atribut dua potong kayu atau rotan. Potongan yang panjang memiliki nama sampok atau sape dalam bahasa Benua. Potongan yang lebih kecil memiliki nama ane’ yang artinya anak batu lele. Istilah “batu lele” atau “batu lili’” mengacu pada tongkat kecil-kecil.
Pemain perlu membuat lubang kecil berbentuk miring dengan panjang yang sama dengan anak batu lele. Selanjutnya, anak batu lele akan melintang di lubang tersebut dan diungkit menggunakan tongkat yang panjang.
- Belincar
Permainan tradisional Kalimantan Barat yang cukup populer adalah Belincar. Permainan ini adalah melempar objek datar ke arah taruhan yang terdiri dari dedaunan atau kertas bekas pembungkus rokok. Jumlah pemain dalam permainan ini bisa berkisar antara dua hingga enam orang, tergantung apakah permainannya bersifat individu atau kelompok.
Jika jumlah pemain hanya dua atau ganjil, permainan bersifat individu. Jika pemainnya empat atau enam (genap), permainan dilakukan secara kelompok. Umumnya, permainan ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki berusia 5 hingga 15 tahun.
Pemain perempuan yang ingin berpartisipasi bisa bergabung dengan laki-laki. Jika jumlah perempuannya lebih dari satu, maka dapat membentuk kelompok sendiri.
- Pindah Bintang
Pindah bintang terinspirasi dari gerakan berkelap-kelip bintang di langit yang seakan-akan bintang-bintang itu berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Pemain melakukan hompimpah dan yang kalah tidak memiliki tempat pijakan. Peserta yang kalah tidak diizinkan untuk memaksa mendorong peserta lain dalam upayanya merebut tempat pijakan.
Ketika pertukaran tempat terjadi, peserta harus menunggu aba-aba sebelum melakukan pertukaran tempat pijakan. Peserta yang kalah dalam hompimpah memiliki kesempatan untuk merebut tempat saat pertukaran tempat terjadi.
- Egrang
Egrang merupakan permainan tradisional yang terdiri dari dua batang bambu dengan ukuran selengan sesuai tinggi para pemain. Cara bermain egrang juga sangat sederhana karena pemain hanya perlu menginjak kaki pada titian bambu untuk berjalan.