Ada lima figur, cukup nama yang “diinginkan” masyarakat, tapi belum ada satu pun dilirik Parpol
BANJARMASIN, KP- Cukup menarik mengamati perkembangan politik, khususnya calon Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Tanah Laut (Tala) menjelang Pilkada pada 27 November 2024 mendatang.
Hingga saat ini baru satu pasangan calon bupati dan wakil Bupati Rahmat Riyanto dan Muhammad Jazuli yang mendeklarasikan maju di Pilkada mendatang dengan diusung di lima partai.
Menariknya, ada lima figur cukup nama yang “diinginkan masyarakat, tapi belum ada satu pun dilirik Parpol, termasuk tiga partai sisa yang belum menentukan pilihannya untuk diusung.
Menariknya lagi hingga per hari ini 4 Agustus 2024, belum ada satu pasangan calon bupati dan calon wakil bupati yang mendapatkan rekomendasi dari partai politik atau gabungan partai politik untuk memenuhi syarat minimal minimal 20 persen kursi parlemen yaitu 7 kursi dari total 35 kursi di DPRD Kabupaten Tanah Laut.
Sementara itu, Direktur Riset dan Program Lembaga Riset dan Konsultansi Politik ALGORITMA Fajar Nursahid menyampaikan proyeksi angka elektoral untuk
figur calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Tanah Laut, sudah mengerucut ke beberapa nama.
Para tokoh yang memiliki level elektabilitas yang tinggi ditopang oleh level interaksinya ke masyarakat yang tinggi mendominasi bursa calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Tanah Laut.
“Dalam survei yang baru saja kami lakukan ini, tingkat elektabilitas Bupati Tanah Laut 2018-2023 Sukamta terlihat mendominasi.
Yang terdekat level elektabilitasnya dengan Sukamta adalah Penjabat Bupati Tanah Laut, Syamsir Rahman yang kelihatannya tidak akan berlaga di Pilkada Tanah Laut 2024 pada 27 November nanti,” tutur Fajar di acara Diskusi Rilis Hasil Survei Opini Publik Dinamika Sosial dan Politik di Kabupaten Tanah Laut Menjelang Pilkada 2024.
Diskusi berlangsung di salah satu Hotel Banjarmasin, pada Minggu (4/8) juga menghadirkan nara sumber Mohammad Najeri Al Syahrin, SIP, MA yang merupakan dosen FISIP Universitas Lambung Mangkurat dan Anton Kuswoyo, dosen Politeknik Negeri Tanah Laut.
Ditambahkan Fajar, pada survei ini urutan elektabilitas tokoh dari sisi top of mind responden paling tinggi adalah Bupati Tanah Laut 2018-2023 Sukamta di angka 31,8 persen.
Disusul oleh Pj Bupati Tanah Laut Syamsir Rahman, calon legislatif DPR RI terpilih Endang Agustina 9,6 persen, serta mantan Bupati Tanah Laut 2013-2018 Bambang Alamsyah di angka 8,2 persen.
Nama-nama lain berada jauh di keempat nama dengan level elektabilitas tertinggi ini.
“Kami melihat masyarakat Kabupaten Tanah Laut ini memiliki tingkat interaksi yang cukup tinggi dengan para tokoh politik di daerahnya.
Hingga 80,2 persen responden menyatakan para tokoh politik di Kabupaten Tanah Laut pernah datang berkunjung ke sekitar lokasi tempat tinggal responden,” ujarnya.
Dari empat calon bupati dengan elektabilitas tertinggi, Sukamta yang tingkat interaksinya sangat baik dengan masyarakat, hingga 58,2 persen responden mengaku tempat tinggalnya pernah dikunjungi oleh Sukamta, jauh meninggalkan Syamsir Rahman di angka 12,2 persen, Bambang Alamsyah 8 persen dan Endang Agustina 6,6 persen,” terang Fajar.
Sementara untuk bursa calon wakil bupati sangat kompetitif diisi empat nama dengan elektabilitas tertinggi yaitu Wakil Bupati Tanah Laut 2018-2023 Abdi Rahman di angka 9,1 persen, Endang Agustina 8,2 persen Anggota DPRD Tanah Laut Yoga Pinis Suhendra 7,3 persen, serta Sekretaris Daerah Tanah 2020-2024 Laut Dahnial Kifli di angka 6,9 persen.
Fajar menjelaskan hasil survei ini bisa menjadi rujukan bagi partai politik di Tanah Laut dalam memberikan rekomendasi bagi para kandidat yang akan bertarung di Pilkada 27 November 2024.
Dengan masa kampanye yang singkat, tokoh-tokoh yang sudah memiliki interaksi yang intens dengan masyarakat dan level elektabilitas yang tinggi akan diuntungkan.
“Bisa disimpulkan nama-nama kandidat calon bupati dan wakil bupati yang bisa diterima sudah sangat mengerucut, harusnya tidak sulit bagi partai politik di Kabupaten Tanah Laut untuk memilih dan memberikan rekomendasi untuk jagonya bertarung di Pilkada Tanah Laut 27 November 2024 nanti,” paparnya.
Namun Direktur Riset dan Program Lembaga Riset dan Konsultansi Politik ALGORITMA Fajar menyampaikan merujuk pada survei, masyarakat masih mendambakan Bupati Tanah Laut 2018-2023 Sukamta untuk kembali memimpin Tanah Laut.
Dikatakannya, survei itu akan bertahan lama, kecuali ada tsunami poltik. Misalnya gerakan politik yang signifikan, ada money politik, bansos, dan lain-lain.
“Tapi dalam konteks sekarang ini, seandainya terjadi hal wajar dan kemudian kursi itu diberikan kepada sosok yang ada itu, rasanya dengan elektabilitas tinggi dan selebar itu, tidak akan berubah,” ucapnya.
Sementara itu, Anton Kuswoyo, dosen Politeknik Negeri Tanah Laut mengatakan hingga saat sudah ada enam partai yang mengusung calonnya untuk maju di Pilkada Tanah Laut yakni Rahmat Riyanto dan Muhammad Jazuli.
“Sisanya tiga partai belum mendeklarasikan golkar, PKB dan PPP siapa yang diusung,” ucapnya.
Yang diusung keenam partai itu bukan nama-nama lima kandidat yang memiliki elektabilitas tertinggi.
“Tapi kita tidak tahu apakah ketiga partai tersisa ini mendukung pasangan yang lain, bisa mungkin bisa tidak, karena sampai 27 Agustus pendaftaran ke KPU. Jadi, kurang satu bulan ini dinamikanya sangat luar biasa,” paparnya.
Kalau tidak ada partai yang mengusung, mau apalagi. Calon dari luar Tanah Laut masyarakat tentu belum mengetahui sejauh mana kinerjanya dan tak kenal.
“Ini tantangan bagaimana meyakinkan ke masyarakat mereka punya kemampuan, berkinerja baik dan sebagainya,” tegasnya.
Dosen FISIP ULM, Mohammad Najeri Al Syahrin, SIP, MA mengungkapkan di Tanah Laut penduduknya sangat heterogen dibanding daerah lain di Kalsel seperti di Hulu Sungai yang mayoritas Banjar nya sangat kuat.
“Di Tanah Laut ini menariknya disitu, sama di Banjarbaru.
Masyarakat heterogen tersebut cenderung melahirkan pluralisme politik.
Hal ini perlu dipahami partai pengusung di Tanah Laut,” tandasnya.
Menurut Najeri, tidak ada figur tunggal di Tanah Laut terlalu kuat.
Kalau pun di survei tinggi si calon dari suku misalnya Jawa membutuhkan wakil yang selama ini diambil dari etnis Banjar.
Jadi ada pasangan Banja (Banjar -Jawa) untuk calon bupati dan wakilnya di Tanah Laut.
Lalu, kondisi pekerjaan masyarakat di Tanah Laut berbeda-beda. Jadi perlu platform poltik yang harus mampu mengakomodir semua kepentingan yang harapan para pemilih.
Isu-isu yang diangkat soal kesejahteraan, tetap menjadi catatan utama terutama penyediaan lapangan pekerjaan. itu perlu diperhatikan.
“Juga perlu partai dan kandidat membranding pesan-pesan politik atau kampanye yang mudah, mengena dan langsung berdampak.
Jangan lagi ekonomi bangkit sekian persen, itu tak laku.
Kalau mau langsung saja, satu gerobak satu untuk UMKM atau 100 karung pupuk untuk 100 KK,” ucapnya.
Program-program yang disampaikan mungkin lebih riel. Makanya di tingkat nasional pun, program makan gratis itu ‘dijual’ dan laku.
Memang dia simpel, mudah dan berdampak ke masyarakat. (ful/K-2)