Oleh : Saad Pamungkas
Unit Publikasi Tim SRB ( Syafiq Riza Basalamah Official )
Kebanyakan orang sering kali memikirkan warisan dalam konteks harta benda—seperti rumah, tanah, atau uang. Memang, harta benda ini penting, tetapi ada jenis warisan lain yang lebih abadi dan bernilai. Yakni tulisan. Tulisan yang sering kali terabaikan, sejatinya memiliki kekuatan luar biasa untuk menyampaikan ilmu, sejarah, dan nilai-nilai yang bermanfaat bagi generasi mendatang.
Tulisan memiliki potensi untuk menjangkau masa depan jauh melampaui batas waktu dan ruang. Berbeda dengan harta benda yang bisa habis atau rusak, tulisan memiliki kemampuan untuk menyampaikan gagasan dan pengetahuan kepada cucu, cicit, dan seterusnya. Sebagai contoh, tulisan-tulisan klasik dari berbagai peradaban masih bisa dinikmati dan dipelajari hingga hari ini. Bahkan, tulisan tidak hanya bermanfaat untuk keluarga si penulis tetapi juga untuk khalayak umum.
Banyak orang terjebak dalam pemikiran bahwa menulis haruslah sempurna dan diterbitkan di media massa untuk memiliki nilai. Padahal, tulisan yang paling berharga sering kali tidak memerlukan kesempurnaan atau pengakuan publik. Menulis adalah tentang refleksi diri dan evaluasi pribadi. Ini bisa berupa buku harian, catatan pribadi, atau dokumen digital yang mendokumentasikan pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan. Melalui tulisan, kita bisa merekam ide-ide dan cerita yang mungkin tidak pernah terdengar jika hanya bergantung pada ucapan atau komunikasi lisan.
Misalnya, seorang chef terkenal yang menulis resep-resep rahasianya. Saat chef tersebut tiada, resep-resep tersebut dapat diwariskan kepada penerusnya, memungkinkan keahlian dan tradisi kuliner untuk terus hidup. Ini menunjukkan bagaimana tulisan dapat menjadi warisan berharga yang melebihi kekayaan material.
Tokoh-tokoh besar dalam sejarah juga menunjukkan kekuatan tulisan. Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis terkenal Indonesia, pernah mengatakan, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Pernyataan ini menegaskan bahwa menulis adalah cara untuk membuat diri kita abadi, meskipun secara fisik kita mungkin tidak ada lagi.
Dengan demikian, marilah kita mulai menulis, tidak hanya untuk meninggalkan jejak yang bermanfaat bagi keluarga kita, tetapi juga untuk memberikan kontribusi yang lebih luas kepada masyarakat. Tulisan kita mungkin tidak sempurna, tetapi itu adalah warisan yang dapat menginspirasi dan memberikan manfaat selama bertahun-tahun, bahkan ketika kita sudah tiada pada kehidupan ini.